My Blog List

Monday, December 12, 2016

Me & U - PRIVATE SECRET 24



CINTA MEMBUAT SEBUAH PERUBAHAN


Didalam ruang karaoke-an room VVIP, dimana dalam ruangan juga terdapat 2 kamar yang memang dikhususkan buat tamu untuk meng-eksekusi LCnya jika memilih di tempat atau bahkan membawa dari luar.

Nostra, yang baru saja melaksanakan tugasnya menjebol perawan seorang gadis keturunan bernama Angel dengan kulit putih bersih, payudara sekal dan rambut sedikit berwarna merah maroon di salah satu kamar, saat ini sedang masuk kedalam toilet kecil yang terdapat didalam kamar untuk membersihkan tubuhnya dari keringatnya setelah mendaki gunung lewati lembah.

Sedangkan gadis yang bernama Angel masih tertidur lemas di atas springbed, tubuhnya tertutupi oleh bedcover berwarna putih yang belum sama sekali menggunakan pakaiannya setelah pertempuran mereka berdua tadi.

Tak begitu lama, Nostra keluar dari toilet masih dalam keadaan bugil, penis panjang dan bogelnya yang sudah membuat Angel lemas dan letih, kembali berdiri mengacung dan menantang gadis itu untuk memulai pertarungan berikutnya.

"Mass, kok ngaceng lagi sih?" Tanya Angel memelas.

"Hehehe, itu artinya si dede minta nambah lagi neng." Jawab Nostra yang sudah mendekat ke gadis itu.

"Aduhhh, bentar dulu kalo gitu Mas. Angel dah habis nafas nih. Masnya sih kuat banget," Angel memohon.

"Iya iya, gw juga mau ngambil minum diluar... lu nunggu disini atau mau ikut keluar?" Nostra meraih celana boxernya sambil duduk ditepi ranjang dan memakai celana boxernya.

"Lemes nih Mas kaki Angel... Masnya aja yah, sekalian buat Angel. Hihi" ujar Angel memelas.

"Oke deh neng cantik, buat lu sih gw rela ngambil segalon air... hehehe" Nostra beranjak menuju ke pintu hanya menggunakan boxernya tanpa memakai baju. Ia pun lalu menoleh ke Angel seperti meng-isyaratkan untuk menutup tubuhnya.



Beberapa menit yang lalu...


Di dalam ruangan depan LCD, disofa berbentuk huruf U setelah 5 menit yang lalu Nostra dan Angel meninggalkan mereka untuk memulai pertarungan. L, Al, Rini dan Diah saat ini masih duduk sambil sibuk dengan urusan masing-masing. Al dan Diah saat ini sudah mulai bermesra-mesraan, saling memeluk, bahkan Al sudah mulai mencium kening gadis itu.

Tapi, L justru saat ini masih merasa sungkan dengan Al dimana ia hanya berpelukan dengan melingkarkan lengannya di perut Rini. Tapi cuma sebatas itu saja tanpa melakukan hal yang lebih seperti apa yang Al lakukan dan Diah.

"L, kamu kok diam aja?" Al mulai bertanya ke L karena sedari tadi dia perhatikan L kelihatan sungkan terhadapnya.

"Gak kok bos, gw lagi gak gitu enak badan." Jawab L.

"Ohhhhhh gitu, alesan aja kamu." Ujar Al seakan mengejeknya."kalo mau masuk kamar, silahkan aja. Gak usah pake acara sungkan segala" Al melempar senyuman ke L, tapi L masih saja bertahan dengan nafsunya saat ini. Ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat ia dan Citra selesai makan malam bersama dengan keluarga besar Al.

L menatap hampa LCD TV yang masih menampakkan sebuah video klip band ternama di indonesia, dimana Rini juga masih sibuk melantunkan lagu dengan membaca lirik di layar LCD dan tangan kanannya menggenggam microphone yang didekatkan ke mulutnya.

Ingatannya kembali ke malam itu, malam dimana ia berjanji kepada Citra untuk menjaga hati dan cintanya kepada Citra, dan tidak akan bermain gila dengan wanita lain lagi.

Yah, kejadian malam itu sangat membuat L menjadi seorang pria yang betul-betul menghargai seorang wanita. Padahal saat itu Citra sudah sangat pasrah dengannya, semua akan ia serahkan kepada pria yang selama ini sudah mengisi relung hatinya. Namun, justru L malah sadar dan ingin mengambil keperawanan Citra saat setelah mereka sah menjadi suami istri.

Akhirnya Citra hanya bisa meneteskan air matanya karena bangga akan L yang ternyata masih bisa menjaga tubuhnya dan tak mengambil mahkotanya sebelum saatnya tiba.





Berbeda dengan Diah, dimana gadis itu sudah mulai rilex dengan pria disebelahnya. Tanpa malu-malu ia-pun mencium pipi Al.

"Kakak tampan banget yah" Diah masih menatap sendu wajah Al dari samping sambil tangannya memeluk manja Al.

“Mau nyanyi apa?” Ujar Al mencoba mengalihkan nafsunya yang memang juga sedikit naik. Biar bagaimana, Al adalah pria normal. Ada gadis cantik dan seksi di sebelahnya sudah jelas mengusik dede Al yang saat ini sudah mengacung didalam celananya.

"Gak mau nyanyi Kak," jawab Diah tersenyum manja.

Suara-suara manja dan desahan Diah yang sangat dekat dengan wajahnya membuat Al terpancing. Namun, ia sadar bahwa dia masih punya Reva yang saat ini sedang menunggu sebuah kepastian dari dirinya.

Seorang lelaki yang sangat tampan dan penuh kharisma. Itulah yang saat ini terbersik di benak Diah, entah mengapa gadis itu sangat nyaman berada disamping Al. Ditatapnya dalam-dalam dengan perasaan kagum wajah Al dari samping. Al tersenyum lalu menoleh kesamping, secepat kilat Diah langsung menyambar bibir Al membuat Al sedikit terkejut.

Setelah Diah mencium bibir Al, ia pun menatap sendu wajah Al dan hanya diam sambil terus menatapnya. Namun begutu teringat apa yg membawanya sampe ketemu al disini, tatapan kekaguman itu kemudian berubah menjadi tatapan murung dan penuh kesedihan. Lalu, setetes air mata membasahi kedua pipi Diah membuat Al terkejut saat melihatnya.

"Kok nangis?" Al mencoba mengusap kedua pipi Diah, lalu Al mengangkat dagu gadis itu dan sekilas terlihat kesedihan kembali diwajah Diah.

"Hikzzz... ggak kok Kak, gak apa-apa" ucap Diah.

Al mulai memeluk tubuh Diah sambil mencium rambut Diah lalu menarik kepala gadis itu untuk bersandar ditubuhnya. Al mengusap rambut Diah dengan lembut untuk memberikan sebuah kehangatan.

"Kak," Diah berdesis pelan sambil wajahnya mendongah ke atas.

"Hemmm..., gak usah cerita kalo belum siap." Al mampu membaca situasi hati Diah saat ini, walau gadis itu seakan ingin menceritakan masalahnya tapi sepertinya Al mencoba membuatnya biar rilex dulu dan menghilangkan pikiran yang membebaninya selama ini.

Perlahan Al melepaskan pelukannya. Ia menatap gadis yang ada disampingnya. Begitu cantik, tak kalah cantik dengan wajah Reva. Pikiran Al melayang, biar bagaimanapun ia butuh seorang kekasih untuk mendampinginya. Ia sadar, karena sudah membuat Reva menunggunya. Dan mengawali sebuah kebohongan yang sampai sekarang membuat Al dan Reva terjebak dalam permainan yang entah siapa yang memulainya duluan. "Maafkan aku Va," gumam Al perlahan tapi tak terdengar oleh Diah saat Al mengingat apa yang selama ini ia lakukan terhadap Reva. Bahkan sampai tega mengambil keperawanan gadis itu. Mulai malam ini ia berjanji dalam dirinya bahwa akan menjaga keperawanan Diah, dan akan berniat membantu gadis disebelahnya agar keluar dari masalahnya yang saat ini menimpanya.

“kenapa kamu memilih pekerjaan ini ...malam ini?” tanya Al pelan.

“Karena dia kak... karena seorang lelaki pengecut yang meninggalkanku dengan sesuatu yang ia tinggalkan kepadaku”

"Hemmm... boleh tau, apa yang ia tinggalkan?" Tanya Al tanpa melepaskan belaiannya di tubuh gadis itu.

"Hutang kak,"

"Hemm... gak usah dilanjut, dan aku pastikan kamu akan keluar dari masalah itu besok. Trust me" Al meyakinkan Diah, entah mengapa gadis itu langsung menangis dan bahagia mengenal Al. Ada sebuah perasaan yang tiba-tiba menghampiri hatinya. Perasaan aneh. Apakah sayang? Tapi kan ia baru bertemu dan pertemuan mereka ditempat yang tak semestinya.

“Kak... hikz... hikz.. makasih banyakkkkk, malam ini silahkan ambil apa yang menjadi hak kakak terhadapku... Diah udah pasrah dan ikhlas memberikan semuanya ke kakak... dan" Ujar Diah terhenti karena Al sudah menutup mulut gadis itu dengan jari telunjuknya lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Bukan untukku, tapi untuk suami kamu kelak. Dan berjanjilah untuk tidak melakukan pekerjaan ini lagi nantinya." Ujar Al dan Diah hanya mengangguk menjawab ucapan Al.

Diah kembali memeluk erat tubuh Al, seakan tak ingin melepaskan tubuh pria tampan dan berkharisma itu dari sisinya.

"Kak, kok teman kakak gak masuk ke kamar sama si Rini?" Tanya Diah yang masih memeluk manja tubuh Al.

"Hehe... tanya saja sendiri," ujar Al lalu keduanya menoleh ke L dan Rini yang masih saja berpelukan sambil menyanyi.

"Masnya kok gak lanjut ama Rini?" Diah sedikit berteriak ke L dan Rini.

"Masnya lagi gak berselera Cyin... hadehh, padahal tadi gw udah ngerayunya" ujar Rini yang terlihat sedikit gondok dengan kelakuan L disebelahnya.

"Bagus donk, kan lu nya masih tetap dapat duit dan masih tetap perawan," ujar L tapi lengannya masih memeluk Rini.

"Uhhhhhhhhh...."

"Ahhhhhhhhhhh massssss Angeeellll pengennnn pipiiiisssss"

Suara-suara gaduh dan desahan didalam kamar saat musik di sound system terhenti. Kelihatan kalau L saat ini sangat gelisah mendengar pertempuran hebat antara Nos dan Angel didalam kamar.

"Njiiirrrrrr... ribut amat yah mereka Al," celetuk L.

"Kalo mau, tuh kamar satunya masih kosong" ujar Al membuat L menatapnya dan menggelengkan kepalanya membuat Al hanya bisa cengingisan.

"Lu kenapa gak masuk bos?" Tanya L.

"Bentar, nunggu kamu masuk dulu"

"Hadehhh... gak bakalan gw masuklah bos, lu aja sana... kasian tuh si Diahnya Al." Ujar L.

Tapi sepertinya Al enggan untuk membalas candaan L, lalu kembali sibuk bersama gadis disampingnya.

"Hei, kok diam." Tanya Al saat gadis itu terdiam kembali sambil menerawang jauh menatap kosong dinding didepannya.

"Gak kok kak, Diah kok merasa kakak itu orang baik" jawab Diah menoleh ke Al sambil tersenyum.

"Masa sih? Padahal banyak yang bilang aku jahat loh" Al kembali memeluknya. Tak bisa dipungkiri saat ini Al juga merasakan gairahnya kembali naik saat melihat tubuh Diah yang hanya terbalutkan dengan lingerie tipis dan transparan memperlihatkan bra tipis milik Diah. Gundukan payudaranya juga sangat menantang sekali untuk segera di sentuh.

"Gak kok Kak, dan Diah merasa kak Al itu salah satu pria yang baik didunia ini. Jarang kok, Diah temukan pria kayak kakak yang sangat menghargai seorang wanita."

"Itu, teman aku juga kan gak masuk ama si Rini... dia juga baik kok" Al menunjuk L sambil tersenyum.

"Iya sih kak, tapi pokoknya kak Al itu beda dari yang lainnya... unik gitu" jawab Diah membuat Al hanya bisa tersenyum.

"Ya udah, trus kalo aku baik. Kenapa?"

"Hehehe... andai saja kak Al jadi cowok Diah... uhhhh pasti Diah bakalan bahagia banget deh, tapi sayang. Semuanya hanya angan-angan semata" jawab Diah yang kembali melamun dan menundukkan wajahnya.

"Udah, gak usah sedih... anggap aja aku cowok kamu. Simple kan" jawab Al membuat Diah mengangkat wajahnya lalu tersenyum.

"Hemm... kak,"

"Yap... kenapa?"

"Gak jadi... hehehehe" jawab Diah sambil menyandarkan kepalanya di bahu Al.

Tanpa sadar tangan Diah tiba-tiba bergeser dan singgah di atas selangkangan Al membuatnya terkejut lalu menepis tangannya.

"Kak, kok besar sekali?”, bisik Diah malu setelah menyentuh sesuatu yang tegang di balik celana Al.

"Hehehe... masa sih?" Tanya Al.

"Iya kak, mana udah bangun lagi si dedenya"

"Namanya juga cowok, ada cewek seksi dan cantik disebelahnya pasti efeknya yah itunya bakalan kek gitu" jawab Al seadanya, tapi sejujurnya ia menahan untuk tidak menggauli gadis itu.

"Hemmm... Diah sebetulnya pengen ngerasain main gituan... tapi,"

"Gak usah deh, sakit loh" jawab Al.

"Kak, Diah boleh gak minta sesuatu ke kakak?" Tanya Diah malu.

"Silahkan," jawab Al.

"Hemmm, bisa gak Diah sehari saja menjadi kekasih kak Al?" Setelah mengucapkan kalimat barusan, Diah menatap wajah Al dengan tatapan memohon. Keningnya mengerut matanya sayup.

"Hehehe, terserah kamu aja. Ya udah yuk kita nyanyi-nyanyi lagi. Biar kamu gak sedih lagi... kan sekarang aku sudah jadi cowok kamu," ujar Al mencoba menghibur Diah.

"Oke siapa takut," lanjut Diah.

Akhirnya mereka berempat larut dalam alunan bit musik yang terdengar keras didalam ruangan, L dan Rini pun ikut bergoyang dan bersorak menyanyikan lagu-lagu pilihan mereka.

Sesekali dua payudara milik Rini tersenggol dilengan L, kadang juga mereka saling berciuman. Menikmati sensasi mereka malam ini, walau gak sampai melampiaskannya diranjang tapi bagi Al ini sudah sangat cukup untuk menghibur mereka diwaktu kesibukan mereka beberapa hari belakangan.

Tubuh Al dan Diah menyatu, saling berpelukan. Saling berpandangan penuh arti, lalu tersenyum berdua karena melihat kekonyolan mereka yang sudah terbawa suasana dan tentu saja kepalanya sedikit pusing akibat minuman alkohol.

Al menarik lengan Diah untuk duduk kembali ke sofa tempat mereka duduk semula. Mereka saling tertawa, tiba-tiba entah siapa yang memulai. Bibir mereka menyatu, memberikan kenikmatan dalam sebuah ciuman panas.

Diah melingkarkan lengannya dibelakang leher Al, matanya terpejam, mulutnya terbuka dan membiarkan lidah Al untuk memasuki rongga mulutnya. Mereka saling berbagi air liur, saling melumat dan menghisap bibir bawah dan atas bergantian.

Sepertinya Al maupun Diah sudah terpancing kembali gairah mereka yang sebelumnya sempat surut. Aroma alkohol dimulut masing-masing tak membuat mereka menghentikan hisapan dibibir mereka yang masih menyatu. Tak sadar, jemari Al mulai mengelus punggung Diah dan mengusapnya naik ke leher dan turun ke lengan gadis itu.

"Hhmmmmm..."

Diah mendesis saat Al mulai menghisapi leher jenjangnya, mencium tiap inci kulit putuh dan bersih milik Diah. Bulu kudunya sudah berdiri menandakan kalau dirinya saat ini sudah sangat bergairah dan menikmati perlakuan Al terhadapnya.

"Huuuuuu.."

"Sudah yah... hash... hash..." Al menghentikan kegiatannya lalu mengecup kening Diah membuat gadis itu seakan bertanya dengan raut wajahnya memelas.

"Hehe, wajah kamu lucu kalau kayak gitu" ledek Al membuat Diah hanya menggelembungkan kedua pipinya.

"Kak, mau lihat Diah menari striptise gak ” ujar Diah lalu berdiri tapi masih memegang tangan Al.

"Gak perlu, duduk aja sini" ujar Al tapi Diah segera menepisnya lalu melangkah ke Rini yang masih sibuk bergumul dengan L disudut sofa. Sepertinya ia berbisik ditelinga Rini lalu sepertinya Rini meng-iyakan permintaan Diah sambil tersenyum mengangguk.

Walaupun agak sedikit kaget, Al hanya bisa diam dan mengangguk menyetujui perbuatan Diah. Rini mulai memilih lagu yang akan menemani mereka menari-nari. Saat sebuah lagu remix dengan dentuman musik disco, Diah dan Rini mulai berdiri di tengah-tengah ruangan lalu mereka mulai meliuk-liukkan tubuhnya.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar terbuka dan Nos yang baru saja menyelesaikan tugasnya berdiri didepan pintu hanya menggunakan celana boxer satu-satunya yang menutupi tubuh atletisnya. Ia melihat ke arah L yang masih sibuk berciuman dengan Rini disudut sofa. Dan bergantian ke arah Al yang hanya santai sambil mengobrol dengan Diah. Nos hanya mengernyitkan alisnya merasa kedua sahabatnya kenapa masih belum ada yang bergerak.

"Woi L, lu belom masuk?" Teriak Nos sambil melangkah mengecilkan volume suara.

"Njirrrr... pake baju dulu kek. Sialan emang lu Nos," ujar L saat melihat penampilan Nos saat ini.

Gluukkk... glukkk...

Nos meneguk sebotol mineral water lalu tertawa dengan wajah tengilnya mengejek si L.

"Hahahahhaha, kenapa? Nafsu lu ama gw?" Celetuk Nos sambil berdecak pinggang.

"Gimana kang? Udah berapa ronde?" Tanya Al.

"Baru sekali sih buat gw mah Al, kalo si Angel mah udah berkali-kali... hahahahah"

Plookkkk...

Botol kosong mineral water melayang ke tubuh Nos, untuk saja Nos segera menghindar lalu tertawa mengejek L yang baru saja melemparnya.

"Anjirrrrr lu Nos, masuk kagak lu" teriak L tapi sepertinya Nostra masih pengen ngeledeknya.

"Hahahahahaha, nih kontol gw masih berdiri L.... sini nungging lu aaaahhhhhh" ujar Nostra sambil mengarahkan ujung penisnya yang masih ngaceng dibalik celana boxernya ke arah L sambil kedua tangannya memegang pinggangnya.

"Wanjiiiiirrrrrr... geblek lu emang"

"Uhhhh gede banget itunya mas," celetuk Rini melihat celana Nos.

"Hahahhahaha, rasain kamu L. Kayaknya si tengil Nostra bakalan ngerjain kamu" celetuk Al membuat Diah hanya tersenyum.

"L jadi masuk kagak nih?" Tanya Nostra yang langsung duduk disebelah Rini.

"Kagak Nos, gw mah lagi gak enak body"

"Lagak lu L, ya udah... daripada rugi... hemmm mending" ujar Nostra menghentikan ucapannya lalu menoleh ke Rini sambil memasang muka mesumnya. "Neng, ikut ama abang ye" lanjut Nos memegang jemari Rini yang tentu saja langsung disambut oleh gadis itu.

"Njirrrr serius Nos?" Tanya L.

"Gw yang bayar kok, jadi ya udah mending gw pake keduanya... lumayan ncukkk trisuuummmm... hahahahaha" ejek Nostra yang sudah menarik Rini untuk ikut masuk bersamanya.

Kemudian Nostra menoleh ke Al sambil menggandeng lengan Rini, L yang hanya bisa keki menahan konaknya saat ini dan tak bisa berbuat apa-apa. Karena sebuah janji, yah. Jani kepada Citra untuk menjaga cintanya saat ini.

"Lu Al, mau make dia? Kalo gak skalian gw bawa aja masuk... lumayan kan bisa 4some... hehehe" ujar Nostra menoleh ke Al tapi langsung cengengesan dengan wajah kecut saat mendapatkan jawaban tatapan menantang dari Al.

Paham akan kelakuan Al, ia pun membatalkan niatnya mengajak Diah untuk bergabung dengannya.

Nos melangkah ke kamar sambil bergoyang memaju mundurkan pantatnya membuat L makin gerang lalu melempar kembali botol bekas air mineral ke arah Nostra.

Plokkkkk....

"Anjirrrr... sakit dodol" kali ini tepat mengenai kepala Nostra membuatnya meringis dan tertawa kecut menoleh ke L.

"Rasain lu, awas lu Nos... gw balas lu nanti" ujar L membuat Nos hanya tertawa cengengesan.

Saat tepat berada didepan pintu kamar, Nos menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah L sambil menarik lengan Rini untuk memeluknya dari belakang. Dengan gaya tengilnya, Nos menggoda L didepan pintu membuat L makin kesal atas kelakuan sahabatnya itu.

"Neng, sepertinya beneran si L udah gak normal lagi... hihihi"

"Iyaaaaa Mass... ssshhhhh, mending samaaaa mas Nostraaaa... yang panjanggg ouhhhhhh" desah Rini sambil meraba perut Nos lalu turun ke selangkangannya kemudian naik lagi ke dada bidangnya dari belakang.

"Masuk kagakkkk luuu kampret" hardik L gerang bercampur nafsu.

Tiba-tiba sebuah tangan lain meraba wajah Nos, kemudian sosok Angel dari pintu muncul dengan menggunakan Bra dan gstring membuat L makin panas.

"Auwwww..." pekik Rini saat Nos menggigit telinganya saat menarik tubuh gadis itu disampingnya.

"Bruakakakakkaka..." Al akhirnya ngakak melihat muka mupeng L yang digoda oleh Nos dan ke dua bidadarinya.

"Oughhttttt" desah angel berada di sisi kanan Nos saat payudaranya diremas oleh Nos sang pejantan tangguh.

"Kalo gak tahan silahkan gabung aja L, belaga sok alim kamu"

"Hadehhhhh..." L bimbang, antar ya atau tidak. Tapi, saat ini otaknya sedang berkecamuk memilih antara mengikuti godaan Nostra atau mempertahankan cintanya demi Citra.

"Udah lah sayang, kayaknya si L emang beneran gak nafsu... yuk aaahhhhh" ujar Nostra sambil berbalik menggandeng dua bidadarinya masuk kedalam kamar.

"Daaaaaaaaahhhh... muaaachhhhh" Angel dan Rini menoleh ke L lalu melemparkan sebuah kecupan jauh membuat L makin keringat dingin.

"Grrrrrrrrr..."

Brakkkkk...

Pintu tertutup lalu sunyi senyap.

"Oughhhhtttttt" suara-suara desahan pun mulai terdengar samar-samar dari dalam kamar. L yang mendengarnya makin tambah stress dan tambah keringatan menahan konaknya saat ini.

Saking konaknya akhirnya L berdiri lalu melangkah meninggalkan tempatnya.

"Kemana L?" Tanya Al.

"Toilet boss... hadehhhh," jawab L yang terlihat saat ini keringatnya sudah bercucuran.

"Hahahahahaha, mau cokli yah?" Ledek Al dan Diahpun akhirnya ikut menertawainya.

"Hadehhhhh... gw tinggal yah bos," ujar L lalu dengan cepat masuk kedalam toilet.

"Bruuuaaakakakakaka... dasar"

Al maupun Diah tiba-tiba terdiam saat tinggal mereka saja berdua di ruangan. Diah menunduk, dan Al hanya memeluknya dari samping.

"Kak,"

"Hemmm..." jawab Al.

"Kok tadi gak biarin Diah ikut dengan temannya didalam?" Tanya Diah ragu.

"Masa iya, pacar sendiri aku serahkan ke pria lain?" Jawab Al membuat Diah menoleh pelan lalu menatap wajah Al dengan mata nanar.

"Kak,"

"Hemmm..."

"Makasihhhhh" isak tangis Diah mulai terdengar kembali, Al kemudian memeluk tubuh gadis itu dengan erat.

Al merasakan sebuah ketulusan dari gadis itu, yang sebenarnya memang tak menginginkan pekerjaan semacam ini. Sebuah tekad bahwa ia harus menjaga gadis itu dan jangan sampai ia terjerumus lagi masuk kedalam dunia seperti ini.

Diah memeluk erat tubuh Al, wajahnya dibenamkan ke dada pria yang menurutnya begitu baik kepadanya. Ia tak tau akan membalasnya seperti apa. Hanya satu hal yang saat ini ia rasakan, perasaan sayang dan tak ingin lepas dan jauh dari sisi Al.

Beberapa saat kemudian pintu toilet terbuka, L yang keluar dari toilet terlihat begitu lemas dan wajah sebuah kepuasan yang entah apa yang ia lakukan didalam toilet. Al yang melihat L baru saja keluar hanya bisa menahan tawa dan matanya mengikuti langkah L menuju tempat duduknya sebelumnya.

"Udah?" Tanya Al.

"Udah bos," jawab L saat menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Aku bangga ama kamu L"

"Iya bos makasih, gw gak mau menghianati cinta adek lu sekarang... oke gw gak munafik dulunya gw sangat brengsek jadi laki-laki... tp sorry, sekarang bukan L yang dulu. Sekarang gw adalah cowok yang menjunjung tinggi kepercayaan seorang wanita. Bukan karena lu ada di dekat gw. Tapi, karena Citra. Walau ia gak bisa melihat gw langsung, tapi gw yakin. Ada ikatan batin saat ini antara kami berdua, jadi apabila gw melakukannya maka ia pasti bisa merasakannya... gw gak mau berpisah dari dia bos. So, cinta... inilah yang dinamakan cinta bos" L menjelaskan lalu Al hanya bisa menatap wajah sahabatnya dengan tatapan bangga. Walau sebetulnya Al gak memperdulikannya apakah L brengsek atau tidak. Karena toh, mereka belum menikah jadi wajar kalau misalnya L masih ingin menghabiskan masa lajangnya dengan berkeliaran kepelukan wanita yang berbeda-beda.

"Thanks L, aku percayakan ama kamu untuk ngejagain adek aku yah."

"Pasti bos, dan kepercayaan lu itu gak bakalan gw sia-siakan" jawab L dengan mantap.

"Yuk nyanyi lagi" ujar Al lalu mereka bertiga pun bersenang-senang sambil menunggu sahabatnya Nostra selesai menghabiskan pejunya bersama kedua bidadari cantik didalam kamar.





Sebuah SUV kelas Premium milik Nostra melaju dengan kecepatan sedang di jalan Tol ibu kota saat dini hari. Nostra dan L saat ini duduk didepan, sedangkan dikabin tengah Al dan tentu saja Diah duduk.

Yah, sebelumnya Rini dan Angel memilih untuk nginap di hotel setelah mendapatkan uang hasil dari pekerjaannya yang bisa dibilang lumayan banyak. Keduanya mendapatkan tambahan Tip dari Nostra masing-masing 2juta membuat mereka berdua sangat senang dan berjanji akan bertemu kembali dengan Nostra di lain kesempatan.

Sedangkan Diah, sebelumnya berniat untuk pulang ke kosnya. Tapi, ia ingat kalau kosannya tutup jam 12 malam dan saat ini ia malas ikut bareng Rini dan Angel.

Al akhirnya menawarkan untuk menginap di rumah pribadinya, yang awalnya mendapatkan penolakan dari gadis itu. Namun, akhirnya sedikit penjelasan dari Al membuat Diah meng-iyakan tawaran Al dan sekarang disinilah mereka ber-empat. Di dalam mobil kesayangan Nostra.

Diah tak melepaskan pelukannya ditubuh Al, Nostra yang melihat mereka berdua dari spion tengah hanya senyum-senyum sendiri.

"Kenapa kamu kang?" Tanya Al melihat Nos yang sedari tadi memperhatikannya dari kaca spion.

"Gak bos, hehehe... gimana tadi? Berapa ronde?"

"Lu kira elu Nos... si bos ama gw udah insaf kali" L menjawab pertanyaan Nos.

"Hahahaha... insaf mata lu L. Kalo elu mah emang takut ama Citra dodol... ketahuan banget dah lu" ledek Nostra membuat semua yang didalam mobil tertawa bersama.

Sebuah awal baru buat Diah, entah mengapa ia sangat bahagia mengenal ke tiga pentolan 3MP. Ada perasaan bangga melihat L dan tentu saja Al. Tapi, dia juga senang melihat kelonyolan si Nostra. Walaupun Nostra memang tak seperti L dan Al, tapi dia mampu menghiburnya dengan banyolan-banyolan pria itu selama beberapa jam mereka bertemu.

"Hei Neng, ajarin ntuh si bos bagemana caranya belah duren... dia masih perjaka euy" celetuk Nostra kembali membuat Al gregetan.

"Asyem kamu kang"

"Bruakakakakkaka.... dasar perjaka tulen."

"Beneran Kakak masih perjaka?" Tanya Diah pelan.

"Kamu percaya ma mereka? Yah gak lah... gini-gini juga aku pernah ngerasainnya tau" jawab Al membuat Nostra dan L mendengarnya akhirnya ngakak kembali.

"Bo'ong banget lu Al." Celetuk L juga membuat Nostra makin ngakak.

Plakkk... plakkkk...

Tabokan Al ke kepala Nostra mampu membuat Nos terdiam dan menahan tawanya karena melihat bosnya yang di cengin kelihatan kikuk dalam mobil.

"Muke lu jauh bossssss... bruaaakakakakakka" Nostra ngakak kembali karena melihat wajah Al yang sangat aneh malam ini.

Akhirnya suasana didalam kabin mobil milik Nostra kembali riang, tawa hangat dari mereka mampu membuat Diah menghela nafas. Merasa bahagia mempunyai kenalan seperti mereka. Diah menoleh ke Al dan ternyata sedari tadi Al menatapnya. Sebuah senyuman dari wajah mereka menggambarkan sebuah perasaan senang dan tanpa disadari saat ini timbul benih-benih cinta di diri Diah terhadap Al. Apakah Al demikian? Ntah lah. Hanya dia dan sang pencipta yang tau.





Ditempat berbeda...

Semilir sepoi-sepoi angin malam ini, menerpa setiap sudut wajah seorang wanita yang sedang duduk di teras rumahnya dilantai 2. Wajahnya sangat sendu dan terlihat sedang bimbang di tengah hiruk pikuk di malam ini. Dia adalah Rahma, dimana ia saat ini sedang melamun sambil memperhatikan beberapa anak muda sedang sibuk membuat hiasan pernikahan di panggung yang sudah didirikan oleh beberapa bapak-bapak sore tadi, di sisi lain, para ibu-ibu juga sedang sibuk masing-masing ada yang masak, ada yang menyiapkan prasmanan, dan berbagai kegiatan lainnya, beberapa anak kecil sibuk berlari dari satu tempat ke tempat lainnya, wajah ceria dan senyum lepas mereka menyejukkan bagi siapa saja yang melihatnya.

Bimbang, ya hatinya bimbang saat ini, dan kembali bertanya-tanya kedalam lubuk hatinya yang paling terdalam, sudah siapkah dia untuk menikah?, apakah pilihannya menikah dengan pria pilihan ayahnya sudah benar?, akankah dikemudian hari ia tidak akan menyesal dengan keputusannya? semuanya berkecamuk mesra di dalam setiap sudut pikirannya saat ini.

Besok adalah acara besar tersebut, acara yang akan membuatnya segera melepas masa lajangnya, melepas keperawanannya, dan juga melepas masa kesendiriannya selama ini. Yah… besok akan dilaksanakan akad nikah antara Rahma dan Reza yang akan digelar dirumahnya. Lalu kemudian disusul dengan pesta resepsi pernikahan mereka disalah satu gedung di kota Makassar.

Melepas masa lajang? Kembali pikiran itu berkecamuk di hatinya, apakah dia sudah siap?, siap untuk melepas cintanya yang selama 10 tahun membuatnya tersiksa?. Tiba-tiba ia teringat dengan sosok seorang pria yang selama ini ia cintai. Alfrizzy, seorang pria yang mampu membuatnya jatuh cinta. Tapi, ia tak punya keberanian untuk menentang pilihan kedua orang tuanya.

Sepintas wajah Al terbayang di pikirannya. Raut wajahnya berubah menjadi sebuah kesedihan. Kesedihan yang mendalam dirasakan oleh gadis itu. Akankah dia akan bahagia hidup bersama dengan Reza?

"Zyyyy, aku butuh kamu saat ini... hikz... hikz... hikz..." gumam Rahma yang sudah meneteskan air matanya.

Tak terasa 10 tahun sudah berlalu, saat pertama kali Al mengungkapkan perasaannya di atas panggung 'Aula Gedung Juang 45' saat malam perpisahan kelas 3. Para guru dan siswa-siswi yang hadir di acara tersebut menjadi saksi kisah cinta Al yang pupus dan hancur saat tidak mendapatkan jawaban dari pernyataan cintanya itu waktu.

"Zyyyyy... hikzzzz... hikzzz... maafin Rahma"

Serpihan-serpihan memory yang terekam di kepala gadis itu mulai bermunculan, memory saat mereka masih duduk di bangku sekolah. Seorang cowok tampan yang mendapatkan ranking 1 umum disekolahnya selama ini memendam rasa cinta terhadapnya. Walaupun ia tau, tapi karena status Al yang saat itu hanyalah anak dari seorang pengangguran maka Rahma mengurung niatnya untuk menerima cinta si Al.

Apakah semua sudah terlambat? Tangisannya mulai pecah. Sebersik harapan yang selama ini ia punya seakan meredup. Seorang pria pilihan orang tuanya, akhirnya menjadikannya melupakan seorang Al. Apalagi ditambah perlakuan orang tuanya terhadap pria itu, membuat Rahma makin yakin bahwa memang dirinya tidak ditakdirkan bersama dengan Al.

Bersambung...

By TJ44

No comments:

Post a Comment