My Blog List

Sunday, July 31, 2016

Sayang... Ini Hanya Sebuah Permainan Bag 6



Get Me!!


�Cantik,,,sangat cantik,,,�

Mata Bu Sofie menyapu panorama dari ruang tak berbatas, matahari pagi memberi warna berkilauan pada ombak yang pagi itu sedikit lebih jinak. Wanita berambut ikal yang diikat keatas itu melepas sendalnya, berjalan menyambut ombak kecil yang dengan cepat menjilati jari-jari dan telapak kakinya.

�Aku ingin seperti ini selamanya,,,� gumam Bu Sofie pelan, merentang kedua tangan seolah ingin memeluk langit. bibir tersenyum bahagia, bahagia dengan kebebasan yang tengah dinikmatinya.

Lepas dari sorotan mata bengis para wanita sosialita, lepas dari segala macam barang branded puluhan juta. Tas versace, gaun dari desainer ternama, jam tangan hingga kalung dan cincin berlian yang selalu menjadi barometer kesuksesan para suami.

Bu Sofie menggerak-gerakkan tangannya yang serasa begitu bebas tanpa mata berlian yang setiap hari menjepit erat aliran darah, yang terkadang membuat jari-jarinya kebas.

�Bebaaass,,,� gumamnya, tersenyum lepas, terbebas dari segala beban.Bukan sekedar bebas dari rintih persaingan para srikandi borjuis, tapi juga bebas dari kritik tajam Pak Prabu yang sehari-hari tak kalah cerewet dengannya.

Tak ada pula komentar miring dari suaminya saat mendapati pantat montoknya hanya dibalut kain pantai tipis, tanpa underwear. Bahkan beberapa kali tubuh montoknya dipeluk Dako dan Munaf dihadapan suaminya, tapi lelaki berkumis itu hanya tersenyum, seolah mengizinkan dirinya mencari bahagia ditempat itu.

Bibir Bu Sofia tersenyum kecut, saat teringat tingkah suaminya yang pura-pura tidak melihat saat tubuh montoknya diseret Dako ke kaki sebuah tebing.�Pemuda yang nakal,� kepala Bu Sofie menggeleng-geleng, coba mengingat bagaimana lelaki muda itu menggumuli dirinya dengan begitu buas di atas pasir pantai.

Teringat pula bagaimana serunya persaingan antara dirinya dan Aida saat berebut mengendarai batang Adit subuh tadi. �Keponakan geloo,,dikira pingsan beneran, ga taunya malah main kuda-kudaan sama Aida,� umpat Bu Sofie sambil tertawa.

Parahnya lagi, beberapa saat lalu, secara terang-terangan dirinya menawarkan tubuh montoknya kepada Arga, �Uuugghhh,,,dasar betina gatel,,,ga punya maluuu,,� Bu Sofie memaki dirinya sendiri, sambil tertawa kecil. Kakinya menendang gumpalan ombak kecil.�Ibu baik-baik aja kan Bu?,,,�

Tanya Mang Oyik yang heran melihat tingkah Bu Sofie yang tertawa sendiri.�Ehh,,, iyaa,, baik,, Mang,,kenapa di sini lebih banyak batu karangnya dibanding pantai di depan cottage?,,�

Bu Sofie berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah, malu dengan tingkahnya sendiri, bertanya pada Mang Oyik, namun lelaki berambut kriwel itu mengangkat kedua pundaknya tanda tak tau.

Mata belo (baca: mata bola pingpong nya Bung Iwan Fals) yang dihias bulu mata lentik itu beralih menuyusuri bibir pantai. Tiba-tiba pandangannya beralih pada ATV yang masih diduduki Mang Oyik. �Mang,, ajarin saya nyetir ATV dong,,, kaya nya seru kalo bisa ngebut di pantai sepi begini,,� pinta Bu Sofie.

�Lhaa,, terus nyiapin peralatan game nya gimana Bu?,,� Mang Oyik menjawab pertanyaan bu Sofie dengan mata yang tak lepas dari payudara besar Bu Sofie yang dipastikan tidak mengenakan bra. �Gilaa,, pentilnya aja gede banget,,� gumam Mang Oyik penuh birahi.

�Kenapa Mang?,,,�

�Eenghh,, maksud saya,,, saya ga enak kalo mereka ke sini peralatan game belum siap,,,�
Kali ini mata Mang Oyik lebih beruntung, angin pantai begitu lihai meniup rok lebar Bu Sofie, hingga menampilkan pantat yang begitu montok.

�Itu gampang Mang,,lagian mereka masih lama ke sini,,kita aja yang terlalu pagi,, Ayolaaah, ajarin sayaaa,,,� rengek Bu Sofie, begitu acuh dengan kenakalan angin yang memanjakan mata Mang Oyik.

Mang Oyik meneguk ludah, saat Bu Sofie berbalik menghadapnya, memohon dengan gaya centil khas ABG, tak peduli dengan ulah angin yang berhasil menyingkap rok bagian depannya, hingga menampilkan gundukan vagina yang gemuk.

Tangan Mang Oyik gemetar menyerahkan kunci, disambut tawa Bu Sofia yang sukses mengerjai lelaki berambut kriting itu.

�Ayo naik,, biar saya bonceng,� seru Bu Sofia yang sudah duduk manis mengangkangi ATV.

Dan ternyata,,, memang tidak sulit bagi Bu Sofia untuk menjinakkan ATV di atas pasir pantai, ulah ngebut Bu Sofie membuat membuat Mang Oyik sedikit terganggu menikmati tubuh dan paha mulus di depannya.

�Jangan terlalu ngebut Bu,,, pasir pantai bikin roda jadi liar lhoo,,apalagi kalo mau naik tanjakan bukit itu,,� seru Mang Oyik menunjuk bukit pasir yang tengah dituju oleh Bu Sofie,

Laju ATV yang mulai liar, memberi alasan bagi Mang oyik untuk berpegangan pada pinggang yang sedikit berlemak.

Bu Sofia justru tertawa, menggeber gas semakin kencang. Namun tiba-tiba laju ATV mulai menurun saat Mang Oyik mengelusi paha. ATV Menaiki bukit pasir yang landai namun cukup tinggi dengan gas tertatih, akibat ulah Mang Oyik yang berhasil mengganggu konsentrasi wanita itu, hingga akhirnya kendaraan beroda 4 itu turun dengan sendirinya dari bukit.

�Mang,, kalo mamang takut jatuh, pegangan yang kenceng,,,� seru Bu Sofie, yang diamini mang Oyik, memindah telapak tangannya ke payudara besar Bu Sofia, dan meremasnya dengan kuat.

�Pegangan seperti ini Bu?,,,�

�Tidaaak,,, lebiiih kencaaang lagiii,,,� rintih Bu Sofie, menikmati keberanian tangan Mang Oyik. ATV terhenti ketika Mang Oyik berusaha menarik keluar sepasang payudara.
�Silahkan jalan lagi buu,,� bisik Mang Oyik, ditengah kekaguman, telapak tangannya yang kasar tak mampu sepenuhnya menangkup kedua daging milik Bu Sofie.

ATV berjalan dengan sangat lambat, bibir wanita itu terus mendesis, putingnya yang mengeras terasa sedikit pedih saat jari-jari Mang Oyik mencubit dan memelintir. Tubuh Bu Sofie semakin gemetar saat pantatnya merasakan menggesek batang yang sudah sangat keras.

�yang nempel di pantat saya ini apa Mang?,�

�Cuma tongkat persneling koq Bu,,,�

�Mana ada sih ATV pake persneling,hahahaa,,oowwwhsss,,,� Bu Sofie tertawa di sela rintihannya.

�hahahaa,, ya artinya ini tongkat persneling saya bu,, hahaha,,Pengen nyoba tongkat persneling saya?,,,�

Deg,,, Laju ATV direm mendadak, Bu Sofie memang sudah sering mencoba ketangguhan para pejantan muda yang menjadi bahan arisan teman-temannya, tentunya tanpa sepengetahuan suami-suami mereka, tapi Mang Oyik adalah manusia paling amburadul yang pernah menjamah tubuh sosialita itu.

Matanya menyusur bibir pantai, menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak ada seorangpun selain mereka ditempat itu. Mengucap terimakasih pada bukit pasir yang tadi dinakinya, menutup akses pandangan dari arah cottage

�Boleehhh,,, biar saya coba,,� jawab Bu Sofie dengan jantung berdebar, coba merasakan batang keras yang terus menggesek-gesek sekitar pinggang dan pantatnya.

Wanita itu berdiri, mengangkangi jok ATV, perlahan menurunkan celana dalamnya dengan mata waspada mengamati sekitar pantai. Melihat pantat montok mulus yang terbuka di depan wajahnya Mang Oyik langsung membenamkan wajahnya ke belahan pantat Bu Sofie.

�Aaaakkkhhh,,, Maaaangssss,,,,� tubuh wanita terlonjak, tak menduga dengan serangan Mang Oyik, tangannya segera memegang stang menahan tubuhnya yang terhuyung kedepan.

�Oowwwhhssss,,,Ganas baangeetss ni Orang,,, Aaaggghhhsss,,,� gumam wanita itu tak jelas, merasakan lidah panas Mang Oyik yang dengan cepat melakukan sapuan panjang di selangkangannya, menjilati bibir vaginanya dan terus menyapu hingga ke lubang anusnya.Terus berulang-ulang, menyapu, menggelitik, sesekali menusuk lorong vagina dan anusnya, membuat tubuhnya merinding.

�Aaaaggghhh,,, gilaaaa,,, masukin maaaaang kalo beraniii,,,� rintih Bu Sofie semakin membuka lebar pahanya, dan benar saja, sesaat kemudian Mang Oyik menjawab tantangannya.

Lidah panas itu berusaha menguak lubang anus Bu Sofie. Akibatnya wanita itu semakin kalang kabut dilanda birahi. Tak pernah dirinya diperlakukan seperti ini, selama ini pejantan muda yang dibokingnya kebanyakan dari kalangan mahasiswa, yang minim pengalaman dan terlalu menjaga sopan santun.

Tapi kini, wanita itu dapat merasakan lidah panas yang berhasil menerobos liang kotor itu, menggelitik liar berusaha masuk semakin dalam, �Aaaaaggghhhh,, Maaaang,,,jilaaaatin dalam nyaaa jugaaaa Maaaangssshhh,,,� pantat besar Bu Sofie menekan wajah Mang Oyik.

Tak ingin mengecewakan tamunya, Mang Oyik tak lagi peduli dengan rasa pahit di lidah, daging tak bertulang itu menari, melengkung ke kiri ke kanan seolah mencari sesuatu di lorong anus Bu Sofie.

�Dasaaarrr,,, betinaaa binaaaallll,,,� rintihnya, mengakat pantatnya semakin tinggi, memberi akses sepenuhnya pada lidah Mang Oyik untuk bertualang. Bibirnya terus mendesis, merintih, menjerit histeris.

�Aaaaakkkkhhhhhh,,,,, pindaaaah depaaaaannn,,, sedooottt yang didepaaaan Maaaaang,,,,� jerit Bu Sofia tiba-tiba, menjambak rambut kriting Mang Oyik, mengangkangi wajah Mang Oyik, mengarahkan lidah yang masih terjulur itu kebagian depan.

Tapi, belum puas dengan gerakan lidah Mang Oyik di vaginanya, pantat Bu Sofie bergerak semakin liar, menggesek-gesek bibir vaginanya yang penuh lendir ke wajah mang Oyik dengan kuat. Hingga akhirnya gelombang orgasme menyerang tubuhnya.�Aaaaggghhh,,, keluaaaaaarrrr,,,,�

�Sedooot Maaang,,, minuuuum,,,sedoooot semuaaaa,,,� perintah Bu Sofie yang merintih penuh kenikmatan, menjejalkan bibir vaginanya ke mulut Mang Oyik yang terbuka.

Tapi bukan Mang Oyik namanya jika pasrah begitu saja menjadi objek pelampiasan seorang wanita. Karena bibir tebalnya tiba-tiba membekap seluruh pintu vagina Bu Sofie, dan melakukan sedotan kuat, hingga wanita itu terkencing-kencing.

Didera orgasme panjang kaki montok itu gemetar, �Sudaaaah Maaaang,,,stooop,,,� namun bibir Mang Oyik terus menghisap, menyedot lorong vaginanya, memaksa semua cairan keluar dan beralih ke mulutnya.

�Uuuuggghhh,,,�
Seeeerrr.... lagi-lagi Bu Sofie squirt, memuntahkan air seni yang dipaksa keluar. Tubuhnya roboh memeluk stang ATV, menungging membelakangi Mang Oyik yang tertawa puas dengan wajah basah oleh cairan vagina.

�Saat nya beraksi,,,� batin Mang Oyik, Tangan kirinya mengocoki batang yang sudah mengeras, sementara tangan kanannya mengusap-usap bibir vagina yang penuh dengan tetesan lendir.

�Oooowwwwhhhssss,,,� lenguh Bu Sofie, saat merasakan batang Mang Oyik yang dengan mudah menerobos vagina yang basah, tanpa menunggu dirinya siap, Mang Oyik langsung menggenjot dengan kasar.

Bu Sofie tertawa melihat ulah Mang Oyik yang begitu bernafsu, wajar saja, sangat jarang lelaki itu bisa merasakan barang semulus milik Bu Sofie.

�Selamat menikmati,,� seru Bu Sofie dengan gaya yang sangat genit, menduduki batang Mang Oyik di atas ATV.

Menggerakkan pinggulnya pelan. Wanita itu sadar, lorong vaginanya yang terbiasa dengan batang besar, terasa sedikit longgar saat berusaha mengempot batang Mang Oyik.

�Waaahhh,,, Mang Oyik, ada barang bagus dipake sendiri nih,,,� seru seseorang dari arah belakang. Bu Sofie yang terlalu asik dengan Mang Oyik tak menyadari seorang pemuda menghampiri mereka.

Bu Sofie berusaha meloncat turun dari atas tubuh Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya sambil tertawa. akhirnya wanita itu hanya bisa berusaha menutupi selangkangannya dengan rok yang terlalu pendek.

�Tenang Bu, dia si Kontet teman saya koq, penjaga cottage sebelah, ga usah takut, Kontet ini kalo ga diizinin ga bakalan ikut nyodok koq,� terang Mang Oyik, yang langsung dijawab Kontet dengan plototan mata.

�Gila lu Mang, barang bagus gini masa gue cuma disuruh nonton, aaahh,,, tai lu Mang, bini gue kemarin lu obrak-abrik gue santai aja, sekarang elu ada barang bagus dipake sendiri, liat aja ntar bini lu gue pake siang malam jangan protes lu,,,�

�Aaahh,, berisik Lu Tet, bikin orang ga khusu aja,� Mang Oyik melempar sendal ke arah Kontet.
Bu Sofie tak bisa menahan tawanya, meski tampangnya lebih sangar dan punya body yang jauh lebih besar dari Mang Oyik, ternyata lelaki itu cerewetnya minta ampun.

�Bu,, gimana?,,, boleh ikut gabung ga?,,,�

�Eeenghh,, iya deehh,, eemmh,,terserah deh maksud sayaa,,� wajah Bu Sofie panas seketika, bibirnya telah mempersilahkan dua manusia amburadul itu untuk menikmati tubuhnya, tubuh istri dari seorang direktur cabang perusahaan besar di negeri maritim ini.

Tapi ulah Kontet yang tertawa girang menampilkan gigi yang sebagian ompong itu, membuat Bu Sofie tak mampu lagi menahan tawanya. Dan akhirnya hanya bisa merutuki nasibnya yang harus menjadi pemuas nafsu dua kura-kura pantai selatan.

�Tapi bilangin Mang, kalo nusuk punya saya ini mulut harus diam, ga boleh cerewet,,Hihihihi,,,�

Namun tawa Bu Sofie terhenti saat Kontet mengeluarkan batangnya. Batang yang lebih besar dari milik suaminya yang sudah termasuk kategori big size. Berselimut kulit yang coklat kehitaman, membuat tampilannya semakin sangar.

�Kenapa Bu,, gede banget ya,,,hehehee,,, makanya saya ga pernah ngizinin dia ngentotin bini saya, pasti ancur meqi Marni kalo disodok tu batang,,,hehehee,,,�
Jantung Bu Sofie bergemuruh mendengar paparan dari Mang Oyik yang begitu vulgar, khas orang pinggiran.

Tapi batang itu memang sangat besar. Pinggul Bu Sofie kembali bergerak, berusaha sekuat mungkin menjepit batang Mang Oyik agar lelaki itu cepat selesai.

Sementara Kontet berjalan ke depan ATV, seolah ingin memamerkan batang gorilanya kepada Bu Sofie yang tak berkedip memandang dengan bibir mendesis birahi. Tak sabar menunggu giliran.

�Bu,,, kelamaan kalo nungguin Mang Oyik kelar,,langsung masukin double dong Bu,,,��Gila kamuu,, bisa hancur beneran punya sayaa,,, Sini deehhh,,Aaawwwhh,, pelan Mangss,,�Bu Sofie kembali menungging, agar mulutnya dapat menjangkau batang besar itu.

�Dasar kau Sofiee,, ga pernah bisa sabar kalo liat batang besar,� batinnya tertawa girang bercampur ngeri.

�Ooowwwhhh,,,yaaa,,, jilaaat buuu,,,yaaa,,,basaaahiin dulu batangnyaaa,, jilat memutar buuu,, oowwhhh,,,�

�yaaa sekarang masukin kemulut ibu,,, ooowwwhhhsss,,, gilaaa,, mulut ibuuu hangaaat bangeeettt,,masukiiin semua dong Buuu,,ayoo buuu semuaaa,,�

�AAAAWWWW,,, SAKIT BUUUU,,,�Kontet menjerit seketika, batang besarnya digigit oleh Bu Sofie.

�Makanya diam,,, tinggal nikmatin aja repot bener sih,,, ga tau apa kalo ni batang gede banget,, ga bisa masuk semua tauu,,,�

�Tapi Bu, kan ga usah pake digi,,,�

�Diam!!!,,�Kontet langsung menutup rapat mulutnya.

�Whuahahahaa,, emang bener Lu Tet, sampe ngentot aja mulut lu ga bisa diam,,,� Mang Oyik sontak tertawa. disambut tawa Bu Sofie yang ga sanggup melihat wajah Kontet yang seketika pucat, mendengar bentakannya.
Kehadiran Kontet membuat Bu Sofie bisa lebih rileks, seakan lupa dengan status sosialnya.

�Waduuuhh,,, koq malah ngecil sih ni batang,� Bu Sofie tiba-tiba panik saat mendapati batang Kontet yang keras seperti kayu mulai loyo.

�Sini dehh,, ibu masukin semuuaaa,, Eeemmmpphhh,,,, uuummpphhh,,,�Bu Sofie berusaha menjejalkan batang gemuk itu kemulutnya, membekap dengan lidahnya. Namun batang itu hanya mampu masuk setengah.

�Uuugggmmpphhh,, Ooommppphh,,,� Bu Sofie gelagapan, saat batang kontet yang hitam kembali membesar di dalam mulutnya. Tapi mulut wanita itu enggan untuk melepaskan.Ini adalah persetubuhan paling gila dari yang pernah dialaminya. Tangan Bu Sofie mencengkram pantat Kontet, memberi perintah agar batang itu bergerak di dalam mulutnya.

�Ooommmpphhh,,, uuggmmmppp,,,� jari lentiknya menekan pantat Kontet lebih kuat, hingga batang besar itu hampir masuk ke kerongkongannya, menutup saluran nafasnya.�

�Ooogghhhh,,,� mulut Bu Sofie tersedak, melepaskan batang besar, matanya berair akibat tersedak, tapi gilanya bibir sensualnya itu justru tersenyum.

�Gimanaa Tet,,,nikmat mana sama meqi binimu,,�

�Juancuuuk,, mulut Ibu ganas banget,,nikmat banget Bu,,,hampir aja saya muncrat di mulut ibuuu,� telinga Bu Sofie terasa panas saat mendengar Kontet hampir saja memenuhi mulutnya dengan sperma, batangnya saja sudah bau, bagaimana spermanya.

�Buu,, sebelum mulut ibu menampung sperma kita-kita,, saya cium dulu dong Buu,,� Mang Oyik yang merasa diacuhkan memalingkan wajah Bu Sofie, lalu dengan cepat melumat ganas.

�Eeemmpphhh,,, Mmaamgghhh,, emmpphh,,� Bu Sofie gelagapan, mulutnya dihisap Mang Oyik, lidahnya membelit, menarik masuk lidah wanita cantik itu ke dalam mulut yang bau tembakau.

Tak henti-hentinya Mang Oyik menyedot dan meneguk ludah Bu Sofie yang terkumpul. Sementara batangnya kembali bergerak menghajar kemaluan wanita itu. Belum lagi Kontet yang begitu ganas menyusu di payudara besarnya.

�Bolehkan? kalo saya nyemprot di mulut ibu?,,� tanya Mang Oyik, dengan nafas memburu. Pantatnya semakin cepat bergerak.

�mulut sayaa?,, Yaaa,, saya rasa itu lebih baik, saya sedang subuurrr,� ucap Bu Sofie terengah-engah, entah apa maksudnya, padahal subuh tadi keponakannya Adit berkali-kali memenuhi rahimnya dengan benih yang sangat subur. Tapi yang pasti, mulut Mang Oyik yang bau itu hampir saja menghantarnya pada orgasme yang liar.

�Buu,, isep punya saya lagi buuu,,,� pinta Kontet dengan suara memelas, sesaat Bu Sofie menatap wajah Kontet yang penuh harap. Haapp...Kembali batang besar itu memenuhi mulut Bu Sofie.�Eeemmpphh,, Oooommggghh,, Ooowwhhggg,,,�

�Ooowwhhhsss,, Buuu enaaaak Buuu,,,�Tangan Bu Sofie kembali mencengkram pantat kekar Kontet, memandu agar batang besar itu bergerak lebih cepat di dalam mulutnya, begitu kompak dengan kedua tangan kontet yang memegangi kepala Bu Sofie, seakan benar-benar tengah menyenggamai mulut wanita cantik itu.

�Oooommmgggghh,,, Aaaaagghhmmm,,,�Mata Bu Sofie kembali berair, berkali-kali batang besar itu menyodok tenggorokannya dengan kasar. Tapi wanita enggan melepaskan, bahkan lidahnya semakin liar menggelitik batang besar Kontet.

�Buuu,,, sayaaa keluaar duluaaannn,,, Aggghhhh,,,� tiba-tiba Mang Oyik mendengus liar, menghambur sperma di lorong kemaluan Bu Sofie.

Wanita itu berusaha berdiri, melepaskan batang Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya, menekan kuat pantatnya ke bawah, membuat Batang Mang Oyik semakin jauh tenggelam.

Mati-matian Bu Sofie berusaha melepaskan batang yang terus berkedut menghambur benih, tapi sangat sulit, mulutnyapun masih dipenuhi oleh Batang besar. Bahkan gerakan batang itu semakin kasar. Bu Sofie menatap wajah Kontet yang habang ijo mengejar kenikmatan tertinggi.

�Uuugghhh,, Siaaal,,� hati Bu Sofie mengumpat melihat wajah Kontet yang menunjukkan bagaimana besarnya kenikmatan yang diberikan oleh mulut seorang wanita sosialitas kelas atas.

�Ooommmggghhh,,, uuuggmmhhhh,,,,� tangan Bu Sofie meremas erat pantat Kontet, pinggul besar wanita itu kembali bergerak, berharap batang Mang Oyik masih dapat melaksanakan tugasnya.Terlanjur basah, dirinyapun tak ingin rugi, harus mendaptkan orgasme seperti yang tengah dikejar Kontet, dengan mulut menggeram, penuh dengan jejalan batang besar, mata wanita itu menatap Kontet memberi sinyal. Inilah saat yang tepat.

�Oooowwwhhhsss,, Buuu,,,Aaaagghhhh,,,�

�Gilaaa,, nikmat bangeeeet,,,� Kontet histeris menghambur sperma, yang sigap disambut mulut Bu Sofie, berkali-kali mulutnya meneguk sperma Kontet yang memancar, seiring lorong vaginanya yang juga menghambur cairan orgasme ditengah sumpalan batang Mang Oyik.

�Ooommpphh,, puiihh,,puaahh,, puihhh,, asin banget sperma mu Tet,,,�

�Haayyaaaahh,, kalo asin kenapa ditelan Buu,, heheheee,,�

�Terpaksa tau,,�Bu Sofie mencoba berdalih, meski mulutnya sudah terbiasa dengan beberapa cita rasa sperma.

�Buu,,,� Kontet kembali merengek, meminta bibir mungil Bu Sofie membersihkan batangnya.

�Aaahhh,, ngelunjak Lu Tet,, gue kan juga mau disepong ama Bu Sofie,,,� protes Mang Oyik yang merasa tersisih.

�Iyaa,,iyaa,, sini gantian,,,� wanita itu melepaskan batang Mang Oyik dari vaginanya. Lalu turun dari ATV, tanpa tendeng aling langsung melahap batang yang masih mengeras, dan itu membuatnya sangat heran.

BREEMMM...BREEEMMMM... BREEEEMMMMM....
tiba-tiba terdengar suara ATV di kejauhan. Bu Sofie terkaget, itu pasti rombongan suaminya. dan mereka pasti mencari dirinya yang tiba lebih dulu.

Sebenarnya Bu Sofie bisa saja langsung melepaskan batang Mang Oyik, membenahi pakaiannya lalu menghampiri mereka.

Tapi matanya menatap nanar batang Kontet yang besar dan masih mengeras. Yaa,, dirinya masih ingin merasakan batang yang lebih besar dari milik suaminya itu memasuki tubuhnya.�Aaahh,, persetanlah,, ntar gampang cari-cari alasan,� batin Bu Sofie menghentak.

�Tet,, cepet tiduran,,� BU Sofie mendorong tubuh besar Kontet kepasir, lalu dengan sigap menggenggam batang besar pemuda itu, dan mengarahkan keliang kemaluannya.

�Oooowwhhhhsss,, Gilaaa,, emang besar bangeeeettsss,,�

�Aaagghhh,,, Tai Lu,, jangan diaaam,, cepet masukiin batang Luu,,�Bentak Bu Sofie panik,kata-katanya terdengar vulgar. Tanpa pikir panjang Kontet menghentak dengan kuat, bahkan terlalu kuat, hingga batang besarnya menggelosor masuk menghentak hingga ke lorong rahim.

�Aaagghhhh,,, begooo,,,sakiiitt,,kegedeaaann,,�

�Tapi bisa masuk koq Bu,,,� jawab Kontet cengengesan, antara takut dan nikmat.

�Yaaa,, masuukk,,Aaahhhss,, sampe mentoookss,,� Bu Sofie coba meresapi kenikmatan di lorong vaginanya.

�Maaang,,,mau Apaa?,,,jangaaan disituuu,,�

�Aaagghhh,, gilaaa,,,masuuukk,,jangaaann,,sakiitt begooo,,,Aaagghhh,, dikit lagiii,,,�
Bu Sofie kalang kabut, kedua lubangnya dipenuhi batang.

Tiba-tiba terdengar teriakan memanggil-manggil namanya.

�Buu Sofieee,,, Buuu,,,�

�Sayaaaang,,, yu huuuu,,,�

�Buuuu,,, bu Sofie dimana?,,,,�

�Mang Oyiiiik,,, Woooyy,,, Maaaang,,,�

Teriakan-teriakan samar mulai ramai terdengar memanggil. Tapi sudah terlambat untuk menyudahi permainan. Kini dua buah batang pejantan telah memenuhi kedua lorongnya.

�Ayoo Tett,, Hajaaarrr,,� seru Mang Oyik. Memegangi pantat Bu Sofie yang begitu indah, seperti berbentuk amor yang sangat besar, dengan dua panah besar menembusi bagian tengahnya. Assseeeeemm,, pantat besar kaya gini yang dari dulu gue cari-cari,�

�Hehehee,, iyaa Mang,,kapan lagi bisa ngerasain barang kelas atas yang bisa dipake join depan belakang kaya gini,,,� jawab Kontet,mulai bergerak liar, batang besarnya bergerak cepat memaksa sperma Mang Oyik keluar.

�Ooowwwhhhss,,, Gilaaa,,kaliaaan,,ayooo hajaaarr punya Ibuuu,,,� rintih Bu Sofie yang kerepotan menahan tubuhnya, menjaga posisi agar kedua batang itu dapat bergerak cepat dan leluasa menikmati sempit kedua liang kemaluannya.

�Oooowwhhhsss,,, seperti inikah nikmatnya di gangbang, seperti kata Bu Ningrum,, Aaahhhsss,,,� Bu Sofie teringat cerita temannya yang terbiasa digangbang oleh suami dan anak kandungnya.

�Aaarrrgghhhssss,,papii,,, yang cepeeeet,, Sandyyy,,hajar memek Ibuuuu muuu ,,,� tiba-tiba mulut Bu Sofie meracau, membayangkan yang tengah menyetubuhinya adalah suaminya dan anaknya Sandy Prabu, yang tengah kuliah di Australia. Menyodorkan payudara besarnya ke mulut Kontet yang segera melahap rakus.

�Aaaaggghh,,, teruusss soddoook yang kuaaaat Saaandyyy,, masukin memek ibuuu yang dalaaaam Naaak,,�
Tubuh wanita itu mulai gemetar bersiap menyambut orgasme, bertepatan dengan matanya yang menangkap sosok suaminya berdiri di atas bukit pasir, menatap tak percaya.�Papiii,,, Maaf Piii,, mamiii,,keluaaarrrrhhhh,,, Aaaarrrgggghhh,,,�

Mata Pak Prabu melotot, mulutnya ternganga melihat istrinya dihimpit dua lelaki dengan kejantanan bersemayam di lorong vagina dan anusnya. Sangat persis saat dirinya menunggangi Aryanti bersama Dako.

Tapi kenapa istrinya justru menyebut namanya dan anaknya Sandy saat menyambut orgasme. Terlihat jelas bagaimana tubuh montok itu bergetar, pantatnya menekan batang Kontet hingga ke muara rahimnya. Hingga akhirnyaaa,,

�Uuunnghhh,,,Arrggghhh,, masuuuk semuaaaa,,,�Pak Prabu terbelalak saat Istrinya menghentak keras, sangat keras. Hingga batang yang besar dan panjangnya melebihi miliknya itu tenggelam sepenuhnya kedalam kemaluan istrinya.
Mungkinkah batang itu menerobos pintu rahim istrinya yang sudah melahirkan 3 orang anak.

�Buuuu,,, sayaaaa ngecrooot di memek ibuuuuu,,� teriak Kontet yang tak lagi mampu bertahan, jepitan vagina wanita itu tiba-tiba begitu kuat mencengkram seluruh penisnya.

Tak pernah ada wanita yang sanggup melumat seluruh batangnya, dan apa yang dilakukan Bu Sofie bener-bener membuat batangnya begitu nikmat.

�Gilaaa kau Teeet,,, cabuuuut,,, cepet cabuuuut,,,� Wanita itu panik, semprotan lahar hangat Kontet dengan cepat memenuhi rahimnya.

�Sayaaa jugaaa keluaaar Buuu,,,� teriak Mang Oyik, menekan kuat batangnya kedalam anus Bu Sofie, hingga menggagalkan usaha wanita itu melepaskan batang Kontet yang terus menghambur cairan kental.

�Ooowwwwghhhhh,,, gilaaa kaliaaaannn,,, aku keluaaar lageeehhhh,,,� lagi-lagi tubuh montok itu menggelinjang, saat merasakan kedua lorongnya terasa begitu penuh.
Akhirnya Bu Sofie jatuh lemas dalam pelukan Kontet, menatap mata suaminya yang berubah seperti orang linglung. �Ooggghh,,ooghh,,� sesekali bibir tipisnya melenguh saat salah satu penis dalam tubuhnya menggeliat ke kiri dan ke kanan.

�Mereka tidak ada disini,,,� teriak Pak Prabu parau. Menuruni bukit, meninggalkan istrinya yang masih terengah-engah kelelahan diantara dua pejantan yang begitu enggan melepaskan batangnya. �Fifty-fifty,,,� gumam lelaki berkumis itu,suaranya begitu lirih.


* * *
Prepare

Di saat yang sama, tepatnya beberapa menit sebelumnya. Di tepi kolam renang.�Dako,, sudah kau kumpulkan semua milik mereka?,,,� tanya Pak Prabu tertawa cengengesan, memasukkan beberapa potong bra milik Sintya dan Bu Sofie kedalam kerdus besar yang dipegang Dako.

�Beres Paak, Semua udah ngumpul disini, dipastikan tak ada satupun yang tersisa,, Hahahahaaa,,,�

�Terus punya Aryanti mana?,,,�

�Tuhh,, dipegang sama Adit,,� Dako memonyongkan bibirnya menunjuk Adit yang berdiri bersandar ke tembok, matanya terpejam begitu khusu menciumi bra berwarna pink dan cream.

�Asseeem,,, terus punya Zuraida, istrimu mana?,,,�

�Tadi, diambil sama Munaf,,,� Mata Dako celingak-celinguk mencari Munaf

�Juancuk,,, taik kau Naf,, awas aja kalo sampe bra istriku basah ama coli mu,,,� rutuk Dako, ketika mendapati Munaf menggosok-gosok bra warna ungu, ke selangkangan celananya, sambil tertawa.

�Cepet banget sih kalian nyerobot hak atasan,,,� umpat Pak Prabu kesal.

�Tenang Pak, bra Aryanti yang sudah dipake dan belum dicuci ada di bagian bawah kerdus,,,hehehehee,,,� celetuk Dako, membuat wajah Pak Prabu berbinar. Dengan cepat tangannya mengais tumpukan bra dalam kerdus.

�Yang ini?,,,� Pak Prabu menarik tali bra warna hitam dengan bahan yang sangat lembut, hampir saja membenamkan wajahnya ke dalam mangkok bra, tapi untunglah matanya masih jeli menangkap gumpalan sperma yang masih basah di kain itu.

�Dakooo,,, taik kaaauu,,, siapa yang udah make bra ini buat coli?,,,�

�Hahahaa,,sorry Paak, habisnya ga tahan kalo ingat tadi malam, tapi itu bener punya Aryanti koq,,� teriak Dako yang sudah lebih dulu menghindar menjauh. Disambut tawa Munaf dan Adit. Lalu masuk ke ruang tengah cottage.

�Waahh,,Dari mana saja kalian, cepatlah makan, kita mau ngadain game paling panas dari semua game yang ada,,,hahahaa,,� sambut Munaf, saat Arga dan Zuraida memasuki ruang tengah cottage, di samping Munaf tampak Aida yang pagi itu terlihat begitu cantik.

Tak jauh dari mereka, Andini begitu mesra memeluk Adit yang tengah ngobrol dengan Pak Prabu. wajahnya masih terlihat kelelahan akibat permainan tadi malam. Tak berbeda dengan Aida, Andini juga mengenakan kaos ketat dan rok pendek dengan lipitan yang lebar, seolah menjadi seragam wajib bagi para wanita selama liburan ini.

Tapi Arga tidak mendapati Aryanti, kemana istrinya? Sedang apa?,,, tanya itu lagi-lagi menyeruak.

�Arga,, Aku duluan ya,, perutku udah lapeeerrr,,,� ucap Zuraida seraya melambaikan tangan. Arga mengacungkan jempol tanda setuju.

�Gaa,, kalo gitu kami juga berangkat sekalian,,,� celetuk Munaf, menggandeng istrinya, Aida, wanita itu melempar senyum penuh makna kepada Arga.

Pak Prabu menghampiri Arga, lalu menepuk pundaknya,,�Mukeee gileee,, kayanya udah sukses nih eksekusi dokter cantik,� tanpa menunggu jawaban dari Arga yang sedikit kelabakan ditembak seperti itu, Pak Prabu berlalu sambil tersenyum.

�Aryanti,,,� gumam Arga, lalu bergegas menaiki tangga. Didalam kamar Aryanti baru saja selesai mandi, mengenakan kaos putih, dengan tulisan �Touch Me� tepat dibagian payudara nya yang membusung.

Begitu serasi dengan rok warna merah menyala yang begitu pendek.�Haaiii Sayaaaang,,� sapa Aryanti sambil menyisir rambutnya yang masih basah.

�Cantik,,, kau memang cantik,,,� ucap Arga mendekat, lalu memeluk dari belakang. Membuat istrinya tersenyum. Wajah wanita itu begitu segar, seakan pertarungan ganas tadi malam adalah hal yang biasa bagi tubuh indahnya yang terbiasa mengikuti aerobik.

�Apakah kau sudah sarapan?,,,�

�Belum,� jawab Arga, tangannya menyusuri pinggang ramping yang bersinergi dengan pinggul dan pantat yang montok berisi. �Apa kau ingin menemaniku sarapan?,�

�Sebenarnya aku sangat ingin menemanimu makan, tapi aku harus membawa barang-barang itu ke tempat game, mungkin Dako yang akan mengantarku,� jawab Aryanti dengan wajah menyesal.

�Yaa,, kurasa tak mengapa,,,� jawab Arga berusaha rileks saat telapak tangannya tiba di selangkangan wanita yang mengikat janji setia untuk hidup bersamanya.
Tatapan mata sepasang suami istri bertemu di cermin, Aryanti tersenyum, namun seketika berubah murung saat suaminya mengusap lembut gundukan vaginanya.

�Cepatlah mandi sayang,,, kasian teman-teman mu menunggu terlalu lama,�Hampir saja Arga menurunkan kain tipis di selangkangan Aryanti. Menarik nafas panjang, membaui rambut Aryanti, mengecup lembut rambut istrinya.

Aryanti berjalan ke samping kasur, menunduk mengambil pakaian kotor yang ada di lantai, saat itulah jantung Arga tersentak, rok Aryanti terlalu pendek, siapapun dapat melihat pantatnya yang montok bila sedang menungging seperti itu.

Jantung Arga semakin berdetak kencang, pakaian kotor yang ada di tangan Aryanti tidak lain adalah kaos dan leggins yang dipakainya tadi malam.

�Kenapa celana mu robek sayang?�

�Owwhhh ini,,, ini ulah teman-temanmu saat bermain game tadi malam,� jawab Aryanti dengan mimik salah tingkah.

�Game?,,,� Arga berpura-pura tak tau dengan apa yang dialami istrinya tadi malam.

�Yaaa,, hanya permainan yang sedikit nakal, yang diusulkan oleh sahabatmu Dako,,,�

�Hanya permainan?,,,� tanya Arga dengan suara lembut tapi begitu tajam.
Wajah Aryanti berubah pucat seketika, dirinya tidak pernah mampu berbohong saat Arga bertanya padanya dengan sebuah senyum yang menyejukkan. Seketika itu juga Aryanti memeluk tubuh Arga,

�Maaf sayaaang,,,� sesal Aryanti dengan suara berat, �aku terlalu terbawa permainan,� matanya yang indah mulai sembab, penyesalan mengalir tak terbendung.

Sangat sulit bagi Arga untuk meneruskan percakapan itu, yang akan membuat hatinya sakit saat harus mengingat kembali kejadian tadi malam, toh apa yang dilakukannya tak jauh berbeda dengan Aryanti. Lagipula, istrinya sudah mengakui kesalahannya.

�Sudahalah,,, bukan kah itu hanya sebuah permainan?,,,� Arga tersenyum sambil menatap mata Aryanti. Tapi,,,

�Sayaaang,, apa kamu,, eenghh,, tidak memakai bra?,,,� tanya Arga ragu-ragu saat merasakan gumpalan empuk yang menyentuh dadanya tidak mengenakan pelindung bra.

�Oohh iya,, bra ku dan semua bra para wanita disita oleh Pak Prabu, karena kami kalah taruhan saat sarapan tadi pagi,,,��Taruhan?,,,�

�Yaaa,, bos mu itu menantang kami para wanita untuk menebak, batang siapa yang sanggup tetap tertidur bila Lik Marni memperlihatkan payudaranya yang kencang itu,,� Aryanti bercerita penuh semangat.

�Ohhh,, sayaaang,,, seharusnya kau ada di ruang makan saat itu, karena Lik Marni akhirnya benar-benar memperlihatkan dagingnya yang bulat besar dan kencang itu, kurasa batangmu pun pasti akan dengan cepat mengeras bila melihatnya. Hasilnyaa,,,
semua batang milik teman-temanmu itu mengeras semua, hahahahaa,,,sesuai tebakan kami,,, tapi tidak dengan batang Pak Prabu,,�

�Ohh yaa,,,� Arga meneguk liurnya, apa yang digambarkan Aryanti sama persis dengan apa yang dinikmatinya dari tubuh istri penjaga cottage itu.

�Bagaimana kalian tau, bukankah mereka mengenakan celana,,,�

�Yaaa,, karena penasaran, dan untuk memastikan siapa yang memenangkan pertaruhan, kami mengecek batang mereka satu persatu,,�

�Ohh,, apakah kamu juga ikut mengecek batang mereka satu persatu?,,�

�Yaaa,, karena para wanita melakukannya, kurasa tidak mengapa jika aku turut memastikan,� jawab Aryanti, sambil menggelayut manja, tangannya merogoh ke dalam celana Arga mengelus lembut batang yang mulai mengeras.

�Tapi lucunya,,, batang Pak Prabu yang tetap tertidur setelah disentuh para wanita itu, justru mengeras saat kusentuh,,, dan itu membuat semua yang ada di ruang makan tertawa, jadi aku terus meremasnya hingga batang itu menegang sepenuhnya, tapi aku melakukannya dari luar celana, jadi,, kurasa itu tak masalah,, bukan begitu sayang?,,,�

�Eehhh,, iya,, selama kau tidak menyentuhnya langsung, tapi,,,�
tok,,tok,,tok,,�Sayaaaang,, apa kau sudah siap?,,,�

Seseorang mengetuk pintu, dan pemilik suara itu lain adalah Dako. Pintu terkuak sebelum sempat Arga dan Aryanti menjawab.

�Tidak apa-apa kan, bila Dako yang mengantarku? Nanti kau susullah bersama Zuraida dan Sintya, sepertinya dia juga belum selesai bersiap-siap,�

�Okee,, berhati-hatilah,, jangan ngebut walau pake ATV,� Arga berusaha tidak mempermasalahkan panggilan sayang yang diucapkan Dako kepada istrinya.

�Sob,,, tolong bocengin istriku ya,,,� seru Dako sambil mengedipkan matanya, lalu menggamit pinggang Aryanti yang membawa kerdus berisi bola, menuruni tangga.

�Aryantii,,, Apa kau masih bisa membawa beberapa kain ini?� seru Sintya dari arah ruang makan, membawa segumpalan kain bali, �Pak Prabu memintaku untuk membawa kain ini, tapi sepertinya aku akan terlambat,�

�Waaahh,,,sudah penuh Sin, taruh aja di kamarku, nanti biar Arga yang bawa,� jawab Aryanti sambil memperlihatkan isi kotak.

�Owwhh,, okee,, biar kuantar kekamarmu,,� jawab Sintya yang melihat sosok Arga yang masih di atas, berdiri di pinggiran tangga. Lalu melambai kepada Aryanti yang kemudian menghilang di pintu keluar.

Sintya menaiki tangga, tersenyum penuh makna, manatap Arga dengan kerlingan nakal.

�Apa kau ke kamarku hanya untuk mengantar kain itu?,,,� goda Arga, matanya menatap tonjolan mungil pada kaos ketat Sintya yang membulat padat.
Saat tiba di hadapan Arga, wanita cantik itu menepis poni yang menutupi mata indahnya sambil membusungkan dada semakin ke depan.

�Menurutmu?,,, apalagi yang kubawa selain barang-barang ini?,,� Sintya mengerling matanya menunjuk kain-kain yang ada di kedua tangannya. Tapi itu tak ubahnya seperti menunjuk kedua payudara yang membusung.

Lalu berlenggok genit menuju kamar, sengaja menggoyangkan pantatnya sedikit berlebihan untuk menggoda Arga.

�Okeee,,bawalah barang ini ke kamarku,,,� seru Arga yang menubruk tubuh Sintya dari belakang. Tangannya segera meremas payudara yang hanya ditutupi kaos tipis.

�Uuuugghhh,,, kurasa kau salah,,, karena barang ini milik Pak Prabu, Bos ku di kantor,,� rintih Sitya yang menahan geli ketika payudaranya diremas dengan kuat, memainkan puting yang begitu cepat mengeras.

�Ohh,, yaa?,,, kurasa Pak Prabu tak akan keberatan jika barang spesial ini dihibahkan untuk pimpinan cabang yang baru,,�
Blaam,,,

Arga segera menutup pintu dengan kakinya, ketika keduanya sudah berada di dalam. Lalu menyeret tubuh Sintya ke ranjang.

�Boleh aku mencobanya?,,,� tanya Arga, memandangi payudara yang kini terpapar bebas di depan matanya, tubuhnya beringsut menaiki, menindih tubuh Sintya yang menggeliat manja.

�Sudah kubilang, itu punya Bos ku di kantor,, jika kau adalah bos baruku, maka kau bebas untuk mencicipinya,,,� wajah Sintya memerah, menunggu bibir Arga yang berada beberapa senti dari putingnya.

�Ooowwwhhh,,, Emmmppphhh,,,�

�Yaaa,, yaaang kanaaan jugaaa,,,, aaaggghhh,,�

�Boosss,,, gimanaaa,,, apa aku masih layak jadi sekretarismu nanti,,� tangan Sintya mengelus wajah Arga yang masih sibuk mengenyoti dua puting yang sudah mengeras.

�Apa kau masih membawa alat tester kelamin para lelaki?� tanya Arga, membuat Sintya bingung, lalu tertawa terbahak saat teringat kejadian di gazebo, saat mereka bercanda dalam birahi, tentang barang siapa yang lebih besar, apakah milik Arga ataukah milik Pak Prabu.

�Hahahaa,,Yaa,, kurasa aku membawanya,, cobalah cek, apakah alat itu masih ada di bawah sana?� Sintya menunjuk selangkangannya dengan menggerakkan wajahnya.

Arga tertawa girang, �kurasa kita harus menyelesaikan tugas kita di gazebo, mengukur punya siapa yang lebih besar,� tangan Arga menarik tepian celana panjang dari bahan katun yang membekap tubuh bagian bawah Sintya.

�Yaaa,, benar katamu,,kita harus menyelesaikannya,,� dengus Sintya, mengangkat pantat sekalnya memudahkan usaha Arga.
Tapi tiba-tiba terdengar suara derap langkah mendekat dari luar kamar

�Argaaaa,,,�

�Gaaa,,, Argaaaa,,,�
Zuraida memanggil dari depan pintu, sontak keduanya meloncat bangun, membenahi pakaian yang mulai berantakan.

�Yaa,, Ada apa,, engghhh,, apa kau sudah sarapan?,,, aku,, aku belum mandi,,� Arga gelagapan saat pintu terbuka, sementara Sintya baru saja berhasil memasukkan payudaranya yang besar kembali ke dalam kaos.

�Hohohohooo,,, ternyata kau nakal juga yaa,,� seru Zuraida sambil berkecak pinggang, bola matanya melotot menyelidik wajah Arga yang pucat, layaknya maling tertangkap tangan.

�Huuhh,, ku kira kau memang berbeda dengan mereka,, ternyata,,,� wajah Zuraida yang kaget berubah menggoda Arga, tertawa genit, lalu berjalan menghampiri Sintya yang masih di atas kasur.

�Tunggu Zee,,, kami hanyaaa,, emmhhh,, maksudku,,,�
Tapi Wanita anggun itu tampak cuek, mengacuhkan Arga yang mati-matian mencari alasan, menghampiri Sintya lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.

�Iiihh,, mba Zuraida apaan sih,,,� wajah Sintya tersipu malu, entah apa yang dibisikkan Zuraida ke telinganya.
Zuraida balik menghampiri Arga, berdiri tepat di depan lelaki yang terlihat canggung itu.

�Sayaaang,, Pak Prabu, Munaf, Bu Sofie, Aida, bahkan suamiku dan istrimu, Sepertinya mereka benar-benar menikmati permainan ini, lalu kenapa kita harus menahan diri,� ucap Zuraida.

Tangan lentiknya perlahan meraih selangkangan Arga, lalu tertawa genit, saat mendapati batang Arga yang keras mulai lunglai karena kaget.

�Kau punya waktu beberapa menit, sampai aku selesai mandi, tapi ingat,,, berusahalah untuk tidak memasukkan barang ini kedalam tubuh Sintya, karena aku bisa cemburu,,� ucap Zuraida dengan suara bergetar, tangannya mencengkram erat batang Arga yang dengan cepat kembali keras.

�Weelll,, aku mandi dulu ya sayang, manfaatkan waktumu dengan baik,,, Sintya, ingat kata-kataku tadi ya,,� seru Zuraida melepaskan batang Arga, mengedip genit ke arah Sintya. Lalu melangkah keluar dan menutup pintu.Tinggal Arga dan Sintya yang saling pandang.

�Apa yang dikatakan Zuraida tadi?,� tanya Arga, duduk ditepi ranjang.

�Adda aja,,,� Sintya tertawa genit, berusaha menurunkan celananya yang ketat hingga ke lutut, memamerkan gundukan vagina yang begitu indah, tersembunyi penuh misteri di balik kain segitiga berenda yang tipis.

�Soo,,, apa kau masih ingin alat ini mengukur batangmu itu,� tanya Sintya, jarinya mengusap-usap kain tepat di bibir vagina, membuat kain itu mulai basah.

�Aaaawwww,,, Argaaa,,,� Sintya terpekik, Arga membenamkan wajahnya ke selangkangannya, lalu mengusapi kain pelindung dengan hidung dan bibirnya.

�Gaaa,, ingaaat kata Zuraida, waktu kita hanya sebentaaar,,� Sintya berusaha melepaskan celana dalamnya, lalu membuka lebar pahanya.
Arga yang tengah melepas celana, harus meneguk ludahnya, barang itu statusnya memang milik Pak Prabu, tapi bos nya itu sangat jarang menggunakan, hanya pada saat berpergian keluar daerah bersama Sintya.

�Maaf Sin,, aku ga bisa memasukkan punyaku,,, tapi,,, kurasa bibir mu ini cukup mahir untuk mengukur seberapa besar batangku ini,,,� Arga memegangi batang besarnya yang sudah mengeras sempurna.

Mau tak mau Sintya harus mengakui keunggulan batang Arga dari milik Pak Prabu, tanpa menyentuhnya pun semua wanita pasti sudah tau.

�Sini Gaaa,, biar bibirku yang memastikan,,� Sintya membuka lebar mulutnya, tanpa basa-basi wanita itu ingin segera melumat seluruh batang Arga ke dalam mulutnya.

�Eeemmmhhh,,, Ghheedhheee bhhaaangheeed,,,� Sintya memutar-mutar wajahnya, membuat batang Arga serasa dipelintir. Menariknya keluar memandangi dengan takjub, lalu kembali memasukkan sambil menggerakkan kepalanya maju mundur.

Arga tertawa bangga. �hehehee,,,bagaimana? punya siapa yang lebih besar,,,�
Wanita itu memandangi Arga dengan tatapan birahi, �Masukkanlah ke dalam tubuhku,,, hingga aku benar-benar bisa mengukurnya,,,� Sintya mengangkat pinggulnya, seolah memamerkan kenikmatan yang siap diberikan oleh kemaluannya.

Sintya menggeliat, tubuhnya sudah tak tahan untuk merasakan kejantanan Arga, apalagi saat teringat kejadian di gazebo, saat batang itu memenuhi lorong vaginanya dengan sempurna.

Mata Arga memandangi vagina yang terus dielus-elus oleh Sintya, membuat permukaannya begitu basah. Tapi Arga menggelengkan kepala dengan sangat berat.

�Aku ga bisaaa, Sin,,� pesan Zuraida terombang-ambing di pikirannya.

�Gaa,, Pleasee,,,� Sintya merengek, semakin tinggi mengakat vaginanya, memamerkan pada Arga yang masih berlutut di samping kepalanya. Menguak kedua pintu vagina, hingga mata Arga dapat melihat lorong yang begitu sempit.

�Aaagghhh,, Siaaal,,, Zeee,,, maaaf sayaaang,,aku ga tahaaaan pengen nusuuuk lubang Sintyaaa,,,� Arga menggeram, menindih tubuh montok Sintya, mengarahkan batangnya ke pintu vagina, dan dalam tiga hentakan batang besar itu berhasil masuk sepenuhnya.Tanpa sepengetahuan Arga, mata indah milik Zuraida mengamati dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Tersenyum lembut sambil menggeleng-gelengkan kepala.

�Gaa,,Usahamu untuk bertahan boleh juga,,� gumamnya pelan, lalu berbalik menuju kamar dengan birahi yang ikut tersulut.

�Gaaa,,, Oooowwwhhh,,, penuh banget Gaaa,,,�

�Mba Zuraidaaa,,,sudaaah masuk semua Mbaaa,,,�

�Oooowwwhh,,,�
Arga terkaget, menghentikan gerakannya, �Apa maksud mu Sin,,,�

�Mba Zuraida membisikiku,, menantang, apakah aku bisa menelan semua batangmu,,,�

�Owwhhh yaaa?,,,jadi memang ini yang diinginkannya?,,lalu apalagi,,� Arga menjadi bingung dengan Zuraida, dirinya dilarang tapi justru menantang Sintya untuk menggodanya.

Tapi masa bodoh lah bila itu adalah ujian untuk dirinya, karena vagina Sintya sangat mahir memanjakan batangnya di dalam sana. Pinggulnya kembali bergerak menghentak dengan ganas.

�Mba Zuraida juga pengen Pak Arga nyemprot di dalam sebelum dia selesaai maandiiii,,, Aaahhhh,, yaaa,,,Oooowwwhhh,,,�

�Owwwhh,,,tapi apa kau sanggup membuat aku keluar secepat itu? Arrggghhh,,,�

�Aaahhhssss,,, bisaaa,, haruuusss bisaaa,,, Sintyaaa pengeeen disemproot punyaaa bapaaaak,,,� paha montok itu menjepit pinggul Arga, kakinya membelit kaki Arga dan menekan pinggulnya keatas. Membuat batang Arga masuk semakin dalam dan terjepit begitu erat.

�Gilaaa,, ada jugaaa ternyata tehnik seperti ini,,, Uuugghhh,, tapi ini belum cukup Sin,,,� Sintya tertawa sambil terengah-engah di sela sodokan Arga yang semakin keras. Lalu mendorong Arga hingga duduk bersimpuh di atas kedua kaki, dan menaikinya, tanpa menunggu Arga siap, Sintya yang kini dalam posisi dipangku segera menggerakkan pantatnya dengan liar.

�Oooowwwhhh,,, Paaaak,,, bagaimanaaa,,, Aaagghhhh,,,�
Membekap wajah Arga di antara kedua payudara, pinggul montok itu kini bergerak menghentak dengan kasar dengan lorong vagina yang menjepit erat.

�Paaaak,,, cepeeet keluaaarin Paaaak,,, Sintya udaaah ga kuaaaaat,,�

�Ooowwwhhh,,, batang mu gedeee bangeeet Paaak,,,�
Gerakan liar wanita cantik berponi itu membuat Arga kelabakan, batangnya dengan cepat keluar masuk.

�Uuugghh,, gila kamu Sin,,, Aaaghhh,, barangmu ini haruss menjadi milikkuuu Aaarrgghh,,,�

�Please semprotin meeeemek aaahh,,,Sintyaaaa,,�

�Pleaseeee,,, Sintyaaa keluaaaarrrr,,,�

�Aaarrrgggghhh,,,�

�Akuuu semprooot memeeeeeek mu Siiin,,, Aaaarrrgghhhh,,,�
Kedua tubuh manusia berlainan jenis itu berkelojotan, saling melumat bibir, bertukar ludah, seiring cairan kelamin mereka yang menyatu dalam vagina Sintya.

�Oowwhh,, nikmat banget punyamu Sin,,,hehehee� ucap Arga, menjatuhkan tubuh Sintya ke kasur, dan menindihnya.

�Punya bapak tuh yang gila,, nusuknya dalem banget, sampe mentok,,hihihi,,,�

�Paak,, Apa bener bapak mau ngambil saya dari Pak Prabu,,,� tanya Sintya, tatapannya begitu serius, membuat Arga bingung.

�Eeeenghhh,, maksud ku,,�

�Hehehe,, tenang aja pak,, Sintya Cuma bercanda koq,,hehehe,,�

�Tapi kalo kapan-kapan bapak mau nyoba alatnya Sintya lagi, boleh koq,� Wanita itu tersenyum, menyembunyikan wajahnya ke dada bidang Arga. Memeluk erat, dalam desir hati yang berbeda.

* * *
�Waahh,,, cepet banget,,, tau-tau udah makan disini,,,� Sapa Zuraida saat mendapati Arga dan Sintya sudah berada di ruang tamu. �Tapi kamu sudah mandi kan Ga?,,�

�Ya sudahlah,, kamu aja yang terlalu lama mandinya,,� jawab lelaki itu sambil memandangi tubuh Zuraida yang dibalut kaos putih yang ketat. lebih ketat dari biasanya.

�Gimana tadi?,,,� bisik Zuraida, duduk di sisi Sintya.

�Aku menang,,Mba kalah,,,� jawab Sintya malu-malu.Zuraida langsung melotot ke arah Arga, yang tiba-tiba keselek dipandangi wanita berwajah cantik itu. penutup kepalanya diikat keleher seakan sengaja memamerkan sepasang gundukan payudara yang membulat padat dibalik kaos ketat.

�Aku ke kamar sebentar, ngambil kacamata, pasti panas banget nanti,,� pamit Sintya, menuju kamar.

�Sempurnaaa,,� ucap Arga pelan. Matanya tak sengaja menangkap tonjolan mungil, puting Zuraida tercetak jelas di kaos putihnya yang ketat. Bulatan payudara yang tidak ditopang oleh bra itu tetap membusung tegak, bergerak begitu indah mengikuti gerakan tubuh sang wanita. Sontak wanita itu tersipu malu, menundukkan wajahnya.

�Argaa,,, apakah aku masih terlihat cantik?,,� Hati Zuraida bergemuruh, ingin mendapatkan pengakuan dari lelaki yang dulu begitu dikaguminya.

�Cantik, bahkan sekarang kau bertambah lebih montok,,� Arga berdiri, mendekati bangku Zuraida. �Tapi bagiku, kau lebih dari sekedar cantik dan seksi, kau masih yang terindah,,�

�hohohoo,,, tidak,,tidaaak, jangan menggodaku lagi,,,� Zuraida bangkit, berusaha mengelak dari Arga yang ingin merengkuh pinggangnya. �Kau sudah gagal tadi,, u are a looser,, hahaaha,,,� lalu berjalan menuju keluar.

�Aaahhh Siaaaal,,,� Arga memang sudah menduga jika Zuraida tadi tengah mengujinya.

�Zeee,,, Sayaaaang,,,� Arga menggenggam tangan Zuraida, menahan wanita itu. Menatap dengan penuh harap.

Setidaknya...
Biarkan di waktu yang tersisa ini aku memilikimu...
Merengkuh hatimu yang begitu jauh...
Meski sesaat, itu sangat berarti bagiku...
Aku ingin dirimu...

ZUraida terdiam, mendengus kesal atas pertahanan hatinya yang begitu lemah, Lagi-lagi harus menyerah pada tatapan teduh itu. Berjalan mendekat, masuk dalam pelukan sang lelaki.

�Arga,,, meski untuk sesaat, liburan ini juga sangat berarti bagiku,,, berusahalah untuk mendapatkan ku,, mendapatkan tubuhku,,,� ucap wanita yang hatinya tengah goyah itu.

Ada hasrat untuk menyerahkan tubuhnya dalam keperkasaan sang pejantan, tapi tidak dalam birahi liar. Wanita itu menginginkan sang pejantan menikmati tubuhnya dalam ritual hasrat yang sengaja dicipta, mencinta dan dicinta.

�Mbaaa,, Hehehee,, sorry,, lagi-lagi aku ngeganggu, Cepet Yuk,,, udah ditunggu sama yang lain,� seru Sintya, tepat saat Arga mengecup lembut Zuraida, yang menyambut dengan bibir terbuka.

Bersambung...

By Mojo Joss

Sayang... Ini Hanya Sebuah Permainan Bag 5


Every Ending, Is Just Another beginning

-Spear Of Destiny

Arga terbangun dari tidur dengan perasaan cemas, istrinya Aryanti tidak ada disamping. Seingatnya, setelah menggotong Adit kekamarnya, Arga menyempatkan diri untuk sekali lagi menggarap Andini disamping suaminya yang tepar, entah tidur, entah memang benar pingsan. Dan ketika kembali kekamar, Aryanti sudah tertidur dengan pulas.

Rasa was-was segera menyergap dirinya, Arga sangat sadar dengan perjanjian yang mereka terapkan dalam liburan ini. Sebuah pertanyaan mencuat dipikirannya ‘Siapa yang tengah menindih tubuh Aryanti saat ini’.

Dengan langkah perlahan menghindari timbulnya suara Arga mendekati pintu kamarnya, dan menyelinap keluar bagai seorang maling. Pendengarannya bekerja lebih ekstra mencari kemungkinan adanya suara ganjil, buah dari persetubuhan. Arga sendiri tidak mengerti kenapa dirinya harus begitu hati-hati, seakan memang mengharapkan dapat memergoki istrinya yang berbuat nakal, atau pasangan lain yang tengah berlomba memacu birahi

Tapi nihil, cottage begitu sepi.

Sekilas Arga melirik celah dibagian bawah pintu kamar Dako dan Zuraida yang tampak masih menyala terang, mungkin saja penghuninya masih belum tidur, ada keinginan untuk mengetuk, tapi diurungkannya.

Perlahan Arga menuruni tangga, lantai satu pun sepi. Begitu juga dengan beranda dan gazebo.

Jam dinding menunjukkan pukul 1.25

Dengan cemas bercampur bingung Arga kembali masuk kedalam cottage, namun langkahnya terhenti saat telinganya sayup-sayup mendengar gelak tawa dari arah ruang samping yang biasa digunakan untuk menggelar pertemuan, bangunan itu memang terpisah dan hanya dibuka jika ada pertemuan atau pesta.

Bergegas kakinya melangkah, dan ternyata pintu nya memang terbuka, lampu dibagian tengah ruangan tampak masih menyala.

Kembali dirinya mendengar gelak tawa. Tak salah lagi itu adalah tawa Pak Prabu dan Dako.

Ketika dirinya ingin menghampiri teman-temannya yang asyik bercengkarama mengelilingi sebuah meja bundar, langkahnya tertahan saat melihat sosok Aryanti yang tengah dipangku oleh Munaf. Sementara disebrang mejanya, Andini tengah dipangku oleh Pak Prabu.

Dengan sangat pelan Arga menyelinap, melewati pintu yang terbuka, ada keinginan hatinya untuk melihat langsung, bagaimana sikap Istrinya jika dirinya tidak ada disamping.

Tampaknya Pak Prabu, dako dan Munaf tengah bermain kartu. Namun yang membuat Arga heran kenapa istrinya sampai bersedia duduk dipangkuan Munaf dan tertawa melihat ulah nakal tangan munaf yang mencoba bergerilya ditubuh indahnya.

Tangan kanan Munaf yang tampak aktif mengelus paha istrinya yang saat itu hanya mengenakan celana lagging sedengkul yang biasa digunakannya ketika berada dirumah, sementara kaos tanpa lengan yang digunakannya tampak kebesaran.

Meladeni kenakalan tangan Munaf yang semakin tidak terkendali, Aryanti harus berulangkali memukul jemari yang berusaha menyelusup kedalam kaosnya, bibir dari istri Arga itu terus tertawa sambil menahan pangkal lengan Munaf yang berusaha menerobos kaos longgar istrinya.

Setelah merasa kurang beruntung dengan serangan bagian atas, kini Munaf mencoba meraba selangkangan Aryanti, meremas dengan rasa gregetan akan benda yang ada diantara dua paha montoknya.

Arga sedikit lega ketika melihat Aryanti segera menyilangkan kedua pahanya, mencoba menutup akses serangan, setidaknya istrinya tidak membiarkan lelaki lain menjamah tubuhnya dengan bebas.

Tapi tiba-tiba Aryanti tertawa terpingkal, rupanya telunjuk Munaf masih berhasil menyelusup diantara pahanya, bahkan berulangkali menekan telunjuknya pada kemaluan yang tertutup rapat.

Awalnya Aryanti terus berusaha menahan lengan Munaf, tapi entah kenapa jemari-jemari lentik itu tiba-tiba melepaskan genggamannya, dan mengambil botol chivas yang masih tersisa setengah. Dituangkannya air berwarna putih bening itu ke gelas yang tidak pernah lepas dari tangan kirinya.

Tangan Munaf kini bisa sedikit lebih bebas menggasak selangkangan Aryanti yang tertutup lipatan paha dan usahanya mulai membuahkan hasil ketika Aryanti mulai melonggarkan lipatan pahanya tapi masih dengan posisi menyilang.

Rupanya Aryanti merasa kasihan dengan usaha Munaf yang begitu gencar, tidak ada salahnya jika dirinya sedikit berbaik hati membiarkan teman sekantor suaminya itu untuk sedikit mengenali bagian intimnya. Namun tetap saja remasan itu tidak membuat puas Munaf karena masih terhalang oleh lagging yang sangat ketat.

Bibir Aryanti sesekali tertawa ketika merasakan Munaf berhasil mendorong celana dalamnya masuk kesela-sela belahan vagina. Dan itu jelas membuat perempuan itu menggelinjang.

Sementara Pak Prabu tampaknya lebih beruntung, karena lengan kanannya dapat dengan bebas menyelusup kebalik kaos Andini, mengelus, meremas dan sesekali memelintir payudara mungil yang masih terbilang ranum itu.

Andini dan Pak Prabu sebenarnya lebih terlihat seperti anak dengan bapak, karena pertautan umur mereka yang sangat jauh. Arga tersenyum ketika teringat Aditya, suami Andini yang mungkin saja saat ini masih pingsan.

Sesekali tangan kiri Andini mengarahkan gelas yang dipegangnya ke bibir Pak Prabu, diselingi kecupan bibir Andini yang membersihkan martini yang menetes disamping bibir Pak Prabu.

Namun Andini tidak membiarkan bibir Pak Prabu berlabuh kebibirnya, meski sesekali dirinya tidak dapat mengelak ketika Pak Prabu menyosor dan memagut bibirnya dengan cepat.

Permainan kartu itu terasa sangat lambat, karena masing-masing pemain sibuk dengan pialanya.

Bahkan sesekali pak prabu memaksa Andini untuk membuka kaosnya, Aksi itu hanya membuahkan jeritan protes diiringi seringai tawa dari bibir mungilnya, dengan tangan kanannya Andini berusaha menahan kaosnya. Rupanya Andini hanya mengizinkan tangan Pak Prabu menggerayangi payudaranya, tetapi tidak untuk diekspos, karena dirinya masih terlalu malu untuk itu.

Aksi pak Prabu itu membuat Aryanti tergelak tertawa dan melupakan aksi tangan munaf yang terus berusaha menyusup di belahan selangkangannya. Ketika merasakan tangan Munaf yang dingin mencoba menyusup kebalik kaos, dan merabai pusarnya, dengan cepat Aryanti menarik tangan itu sambil tertawa.

“Hahahahaa,,, kalo mau netek, sama Andini aja tuh,,” kelakar Aryanti disambut Andini dengan memeletkan lidahnya lalu ikut tertawa.

Tapi anehnya, Aryanti justru kembali meletakkan tangan Munaf yang nakal keselangkangannya yang masih saling terjepit menyilang. Seakan memberi tanda bahwa izin bagi jemari Munaf hanyalah pada bagian luarnya.

“YEEEAAHHH,,,,,” tiba-tiba Dako berteriak keras dan menghempaskan kartu yang dipegangnya kemeja. Gelasnya yang terisi penuh ditelannya dalam satu tegukan.

Penderitaan dako memang cukup panjang, hanya dapat membagikan kartu sambil menyaksikan pak Prabu dan Munaf mencumbu pialanya. Kini dirinya memiliki wewenang penuh untuk memilih Piala yang akan duduk dipangkuannya. Sementara kartu Munaf yang lebih unggul dari milik Pak Prabu harus menerima wanita yang tidak dipilih oleh Dako.

Sesaat Dako menatap tubuh indah Andini yang kaosnya sedikit terangkat didepan payudara, memperlihatkan perut ramping yang mulus, dan kemudian beralih kepada Aryanti yang selangkangannya masih menjepit jemari Munaf.

“Aryantiii,,,” teriak Dako sambil menepuk paha kanannya sebagai isyarat bahwa Aryanti lah yang harus duduk dipangkuannya.

Sekilas Arga melihat Munaf membisikkan sesuatu ke telinga Aryanti yang masih dipangkunya. Kemudian Aryanti berdiri menghadap Munaf yang menunggu aksi apa yang akan dilakukan Aryanti kepada dirinya.

“Hahahaha,, Jadi kau ingin sedikit hadiah sebelum aku meninggalkan pangkuan mu?,,lalu apa yang kau mau?” ucap Aryanti yang terlihat pongah berkecak pinggang, namun bibir mungilnya tersenyum genit.

“Terserah kau,,, tapi ku harap itu sesuatu yang luar biasa,,,,”

Sesaat tubuh semapai Aryanti mematung dihadapan Munaf, telunjuknya memegang dagu seolang sedang berfikir. “Okkk,,, ini pasti cukup untuk mu,” seru Aryanti, matanya mengerling nakal kearah Dako dan pak Prabu, seolah ingin mengatakan bahwa hadiah yang akan diberikannya memang hanya untuk Munaf.

“Owwwhhhh shit,,, apa yang kau lakukan Sayang,” jerit hati Arga ketika tiba-tiba Aryanti memasukkan kepala munaf kedalam baju kaosnya sambil tertawa terpingkal disambut tepuk tangan yang lainnya.

Dengan cepat kepala Munaf bergerak liar, menyerang payudara yang selama ini hanya pernah dinikmati oleh Arga. Aryanti tampak berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya ketika kepala Munaf melakukan berbagai gerakan kekiri dan kekanan, sesekali bibir mungilnya mendesis menahan erangan, entah apa yang dilakukan Munaf didalam sana.

Kedua tangan manager SDM itu memeluk erat belahan pantat Aryanti untuk menahan badan Aryanti yang menggelinjang geli akibat aksinya.

Arga benar-benar penasaran apa yang dilakukan pria itu dibalik kaos istrinya, apakah bibirnya berusaha menghisap putting istrinya yang masih terbalut bra, tentu bukan pekerjaan yang mudah karena istrinya biasa menggunakan bra yang kencang untuk menopang payudaranya yang cukup besar.

“Yup berhasiiiiil,” teriak Munaf saat kepalanya menyembul keluar dari kaos istri Arga, sambil mengepal kedua tangannya keatas tanda kemenangan, disambut sorak mereka yang ada disitu. Aryanti hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Sekarang bra mu sudah terlepas lalu untuk apalagi kain merah itu terselip dibalik kaosmu,” seru Munaf.

Arga terkejut, artinya kini payudara istrinya tidak lagi terlindungi oleh bra. Artinya tadi Munaf bergulat dengan kancing bra milik Aryanti yang berkait didepan.

Namun Arga masih merasa beruntung karena Aryanti menjitak kepala Munaf, meski sambil tertawa tetap saja itu adalah tanda penolakannya.

“Lepas,Lepas,lepas,,,” yel-yel yang diteriakkan oleh Dako serentak diikuti oleh Pak Prabu dan Munaf, bahkan oleh Andini.

Arga sangat berharap Aryanti tetap pada keputusan awalnya. Meski dirinya tidak yakin, karena tantangan yang dilontarkan Munaf mendapat dukungan dari semua pemain.

“Oke, oke,,, kalian memang selalu berhasil memaksaku,,,”

“DUERRRR,,,” lagi-lagi tubuh Arga bagai terhantam palu godam yang sangat besar. Apakah itu artinya istrinya akan melepaskan kaos untuk melepas bra. Dibalik persembunyiannya Arga sudah merasa tidak sanggup untuk menyaksikan usaha teman-temannya menelanjangi pakaian istrinya. Perjanjian yang mengikat mereka membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa.

Tapi rupanya Aryanti masih memegang kepercayaan sebagai seorang istri Arga, tanpa melepas kaosnya tangan Aryanti menyusup masuk untuk melepas branya. Melalui pangkal lengannya Aryanti melepas satu persatu tali bra yang tersampir dipundak.

“Ini kan yang kalian mau?” teriak Aryanti sambil mengangkat bra merah dengan renda warna pink. Jelas saja aksi itu membuat kecewa Dako, Pak Prabu, dan tentunya Munaf sendiri. Karena mereka ingin melepas serta kaosnya untuk membuang bra tersebut.

Tapi, kini mereka dapat lebih jelas melihat puting payudara dari istri Arga yang tercetak pada kaos tipis itu. Bahkan dari sela-sela kaos yang kebesaran itu terlihat dengan jelas bagaimana kedua bukit putih itu tampak bergoyang mengikuti hentakan tubuh Aryanti yang tertawa puas karena dapat memenuhi keinginan teman-teman suaminya.

“Andini, untuk babak berikutnya ini apakah kau akan tetap seperti itu, tidak adakah sedikit bonus untuk kami, seperti yang dilakukan Aryanti?” tantang Dako.

Arga kembali bergairah untuk kembali menyaksikan pertunjukan, tubuh ranum Andini memang menggoda setiap lelaki. Jika Andini turut melepas branya, dengan kaos warna kuning yang ngepres dibadannya itu jelas akan mencetak keseluruhan bentuk payudaranya.

Meski telah menikmati bagimana ranumnya payudara mungil Andini, tetap saja rasa penasaran bercokol diotak mesum, membayangkan aerola merah muda yang mengelilingi puting mungil milik remaja itu terpapar bebas didepan publik.

Apa yang dilakukan Andini rupanya melebihi dari apa yang diharapkan oleh Dako, Pak Prabu dan Munaf.

Dengan perlahan, Andini memasukkan tangannya ke bagian rok samping, gerakan slow motion yang sengaja dilakukan Andini membuat jantung para pria berdegub kencang, apakah Andini akan lebih berani mengekspos miliknya.

“Owhhh,,, shit,,,” Arga tidak dapat menutupi kekagumannya atas kenakalan gadis itu, jari-jari lentik Andini menarik turun celana dalam berwarna putih yang dibagian tengahnya sudah tampak basah.

Andini mengangkat CD nya tepat diwajah Pak Prabu yang dengan sigap membaui aroma yang tersaji, lalu menarik kain itu dengan giginya, membuat semua yang ada diruangan tertawa.

Gadis itu merapikan limpitan roknya yang lebar untuk memastikan tidak ada seorang pun yang dapat mengintip keselangkangan yang tak lagi memiliki pelindungan. Lalu beranjak hendak meninggalkan pangkuan Pak Prabu.

“Heeyyy tunggu,, itu adalah hadiah kecil yang kau berikan untuk semua, apakah tidak ada yang lebih spesial untukku,” seru Pak Prabu, menahan lengan dari istri keponakannya itu.

Andini tertawa sendiri memikirkan hadiah apalagi yang akan diberikan khusus untuk Pak Prabu. Lalu sambil menutup wajah dengan tangan kanan, tangan kirinya mengangkat bagian depan rok.

“Wwwhhhoooo,,, mantaaaap,, bener-bener hadiah yang spesial, hahahaa,,” Teriak Dako bertepuk tangan, sambil berusaha ikut mengintip,namun terhalang tepian rok.

Andini yang nekat mengambil keputusan gila itu hanya dapat menutup wajahnya dengan telapak tangan sambil terus tertawa, semua hanya gara-gara gairah mudanya yang tertantang oleh aksi berani yang dilakukan Aryanti. Sebuah persaingan terselubung antara betina dewasa dan remaja.

Ketika Pak Prabu berusaha menundukkan kepala untuk mengecup vagina mungil yang dapat dinikmati oleh matanya, tiba Dako berteriak.

“Ok,,, saatnya pertukaran,” teriak Dako yang sudah tidak sabar mendapatkan pialanya.

“Berikanlah aku salam perpisahan, sayaang,” rengek Pak Prabu yang merasa berat melepas tubuh Andini.

Melihat Andni hanya tertawa, Pak Prabu segera melabuhkan lidahnya kebibir vagina yang masih tertutup rapat namun dihiasi precume yang merembes keluar, hingga membuat Andini menjerit, tak menduga.

“Owghh,, cukup pak, sudaaaahh,,aaahh, Sudaaahhh,,” Andini berusaha mendorong kepala Pak Prabu menjauh, posisi Pak Prabu yang duduk dikursi membuat lidahnya cukup sulit untuk menjelajah celahnya. Namun lelaki paruh baya itu terus saja bereksplorasi.

Dengan badan masih menunduk, Pak Prabu berusaha menatap Andini mencoba meminta sedikit kemudahan bagi lidahnya yang haus, dengan wajah super memelas. Proposal yang diajukan Pak Prabu melalui lirikan mata itu tampaknya berhasil, karena Andini berusaha mengangkat kakinya kesisi kursi Pak Prabu.

“Aaahh,,, cukuuupp,, jangan terlalu daaaalaaaamm,,,” jerit Andini saat lidah Pak Prabu dengan cepat menyelusup kecelah vagina yang semakin basah. Namun Pak Prabu seolah tak peduli.

Sesekali Andini menjerit kecil ketika bibir vaginanya yang mulus tertusuk oleh kumis Pak Prabu, tapi tusukan itu bagaikan sengatan birahi bagi Andini untuk semakin menyodorkan vaginanya ke lidah milik paman dari suaminya itu.

Setelah beberapa saat wajah Pak Prabu terangkat sambil tersenyum lebar, bibirnya dan kumisnya berlepotan selai puti, puas mencecapi vagina ranum, membiarkan Andini yang terombang-ambing birahi. Ingin sekali Andini menahan kepala Pak Prabu untuk melanjutkan cumbuan hingga menuju puncak, namun rasa malu sebagai wanita baik-baik berhasil menahan.

Munaf yang saat itu menonton aksi Pak Prabu sambil memeluk pinggul Aryanti dibuat iri dengan salam perpisahan yang diberikan Andini kepada atasannya.

“Andini sudah memberikan salam perpisahannya, apakah aku juga akan mendapatkannya darimu cantik,” rayu Munaf sambil mengadopsi wajah melas Pak Prabu yang telah sukses mencecapi payudara Andini.

“Bukankah kalo kau menang nanti aku akan kembali berada dipangkuanmu,” jawab Aryanti yang kembali berbalik menghadap Munaf, sementara Munaf semakin mengokohkan pelukannya dipinggul Aryanti.

“Please,,,Ayolah Yant,,,”
Belum sempat Munaf menyelesaikan kata-katanya Aryanti sudah kembali memasukkan kepala munaf kedalam kaosnya.

Bagai orang kesurupan, Munaf langsung menyedot dengan keras puting Aryanti yang tidak lagi terhalang oleh bra, seakan takut payudara itu akan menghilang.

“Aaaaahhh,,, ooowwhhhhssssss,,,”
Aryanti merintih, dirinya memang menginginkan seseorang melakukan sesuatu kepada putingnya yang mulai mengeras.

Beberapa kali Aryanti mengelinjang, terkadang kepalanya terangkat keatas ketika Munaf mengigit putingnya. Desahannya sambung menyambung, setelah salah satu tangan Munaf ikut masuk kedalam kaosnya.

“Aassshhh,,, Muunnaaaf,,,” teriak Aryanti sambil mengarahkan kepala Munaf kedaerah yang ingin dijamah oleh lidah pria itu,”

“Yaaa,, iyaaaa,,, pelaaan,,,”
“Owwwhhhss,,,”

Aryanti yang asyik menikmati permainan bibir Munaf pada daerah payudara yang diinginkannya terpekik ketika kepala yang ada dalam kaosnya kembali menggigit sedikit lebih keras.

“Ok,,,cukup bro,,, Kita harus melanjutkan permainan,” seru Dako yang rasa iri yang memuncak, berkali-kali Dako meremas penisnya yang terasa sakit karena tidak dapat bebas menghirup udara.

“Ayolah kawaaaannn,,,” seru nya kembali ketika melihat tidak ada tanda-tanda kedua rekannya ingin mengakhiri percumbuan.

Setelah cukup lama, akhirnya Munaf menampakkan batang hidungnya, rambutnya tampak kusai berantakan, sementara Aryanti berusaha mengatur nafasnya. Dengan langkah terhuyung Aryanti melangkah kepangkuan Dako.

Andini yang juga harus beralih kepangkuan Munaf memilih berjalan didepan tempat Dako duduk dengan kaki yang masih gemetaran menahan birahi.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Dako untuk menyelusupkan tangan nakalnya kebalik rok Andini, lalu mencoleh pintu vagina yang begitu basah.

“Aaawww,,” jerit Andini berusaha menarik tangan Dako keluar, yang dijawab dengan pekikan tawa. Aryanti pun tidak tinggal diam dirinya turut meremas dengan gemes pantat Andini. Suara tawa bersahutan menggema diruangan yang memang terpisah dengan kamar-kamar.

Dako sempat tergiur dengan kemolekan tubuh Andini yang telah terbuka disana-sini, tapi melihat kecantikan Aryanti dan misteri dibalik pakaiannya kembali meneguhkan pilihannya. Kapan lagi dirinya dapat menikmati tubuh Aryanti dan payudaranya yang selama ini membuatnya penasaran.

Dako membuka pahanya lebar-lebar mempersilahkan Aryanti untuk duduk disalah satu pahanya. Berbeda dengan posisi ketika dirinya duduk di pangkuan Munaf yang membelakangi, kini dengan duduk dipaha kanan Dako Aryanti dapat lebih leluasa apakah harus menghadap dako ataukah kearah teman-temannya yang lain.

Tapi sial bagi Arga, posisi duduk Dako justru membelakangi tempat persembunyianya. Ada rasa cemas dihati Arga dengan apa yang akan terjadi pada istrinya, karena matanya tidak dapat mengawasi aktifitas tangan Dako dengan jelas.

Baru saja Aryanti menghenyakkan pantatnya yang padat montok pada paha yang disediakan, tangan Dako langsung bergerilya menyusup kebalik kaosnya. Lagi-lagi Aryanti hanya tertawa, melalui kerah lehernya yang lebar mata indah Aryanti mengintip payudaranya yang dimainkan oleh Dako, sesekali tawanya menggelegar mendominasi suara diruangan saat Dako membisikkan sesuatu ketelinganya.

Sementara Andini belum sempat duduk dipaha Munaf, lagi-lagi harus merelakan payudaranya diremas oleh Munaf yang memaksa Andini mengakat kaos nya lebih tinggi, lelaki itu tidak peduli dengan penolakan Andini, Yang ada dibenaknya saat ini adalah menikmati sepuas-puasnya payudara yang kini menjadi piala miliknya.

“Sebelum kita memulai babak ini sepertinya ada peraturan yang harus ditambahkan, karena dari tadi saya melihat tangan kanan piala-piala kita ini lebih banyak menganggur, bagaimana jika kalian memainkan ‘perseneling’ kami, agar kami dapat menanjak dengan cepat,”

“Setujuuuu,” teriak Munaf sementara Pak Prabu hanya mengumpat, kenapa peraturan itu tidak ditetapkan dari tadi, saat dirinya masih memangku Andini. Tapi Aryanti dan Andini yang terlihat mulai mabuk justru tertawa. Keduanya sesaat saling melemparkan senyum penuh persaingan.

Meskipun istrinya dalam keadaan mabuk, Arga berharap rasa malu yang tersisa dalam diri Aryanti dapat mengajukan penolakan.

“Ok, Siapa takut,” teriak Aryanti sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi. Yang disambut tawa Andini yang telah duduk manis dipangkuan Munaf.

Persetujuan Aryanti bagaikan kilatan petir yang menyambar kepala Arga, bagaimana mungkin istrinya yang selama ini selalu menjaga sopan santun, kini secara terbuka akan menggenggam penis lelaki lain didepan banyak orang.

Tubuh Arga merinding, sampai mana kegilaan ini akan berakhir, berhasilkah Dako menjejalkan penisnya kedalam tubuh indah istrinya. “Aaakhhh,,,” Arga menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba membuang pikiran akan kemungkinan terburuk yang dapat terjadi.

“Kyaaaaa,,,,”
Arga terjaga saat mendengar teriakan Aryanti, wajah cantik istrinya menunjukkan raut keterpesonaan akan sesuatu yang kini ada dalam genggamannya.

“Bagaimana mungkin milikmu bisa seperti ini,” pertanyaan Aryanti yang penuh rasa kagum mengalir ringan dari bibir mungilnya.

Aryanti yang akhir-akhir ini mulai mengenal beberapa bentuk penis selain milik suaminya, dibuat kaget oleh pusaka kebanggan Dako, dengan bentuk yang melengkung keatas. Kepala batangnya memang standar tapi semakin membesar menuju kepangkal.

“Lalu,, kau ingin aku melakukan apa dengan milikmu ini,” birahi Aryanti bergemuruh, dirinya tidak dapat menghindari pikiran mesum, membayangkan jika batang bengkok itu menyerang kemaluannya dinding vagina bagian mana sajakah yang harus menerima hantaman-hantaman keras milik Dako.

“Arggghhh,,,” pekik Aryanti pelan ketika pikiran-pikiran mesum semakin meracuni otaknya.

“Hey,hey,, Aryanti, kurasa kita dapat melakukannya dengan pelan-pelan,” bisik Dako ketika penisnya diremas dengan keras oleh jemari Aryanti.

“Letakkanlah gelasmu, sehingga kau dapat membantuku untuk memegang kartu-kartu yang merepotkan ini,” pinta Dako setelah menerima kartu yang dibagikan Pak Prabu.

“Owh,,, tentu sayang,” balasnya sambil mengambil kartu-kartu diatas meja yang baru dibagikan Pak Prabu.

“Hei, lihatlah kartu-kartu mu, aku tidak yakin untuk babak selanjutnya aku dapat terus memegang batangmu ini,” ucap Aryanti dengan kening berkerut, ada rasa enggan dihatinya bila harus melepas penis teman suaminya itu.

“Yaaa,,, itu artinya kau harus membantuku untuk memecah konsentrasi pak prabu, agar aku tetap bisa meremas dua payudaramu ini,” jawab Dako yang kini sibuk mengenali dua gunung kembar yang ada ditelapak tangannya.

Berbeda dengan Munaf, yang mendapatkan kartu cukup baik, sepertinya lelaki tidak perlu takut akan kemungkinan kemenangan Pak Prabu yang tertawa puas mengamati kartunya, karena kalaupun menang atau menjadi yang kedua, Munaf pasti akan tetap mendapatkan Andini yang terlihat kewalahan meladeni isapan lidah Munaf pada payudaranya, sedangkan tangan kanannya terus mengocoki penis Munaf yang sudah sangat keras. Artinya dia hanya perlu mengalahkan Pak Prabu.

Aryanti kembali tertawa, “Boleh juga usulmu, aku akan menolongmu, tapi aku tidak yakin ini bisa berhasil,”

Dengan gerakan pelan Aryanti menggeliat bagai cacing, meregangkan otot tubuhnya, dua tangannya yang terangkat keatas memberikan pemandangan yang eksotis bagi Pak Prabu. Melalui celah lebar diketiak kaos, lelaki yang telah memasuki usia 50an itu dapat melihat dengan jelas bagaimana ganasnya jemari Dako meremas dan memilin putting Aryanti.

“aaahhhh,,, jangan disitu Dakooo,,,” Aryanti menggelinjang manja ketika dako menggelitik kupingnya dengan lidah. Tapi Dako justru memeluknya semakin erat.

“Siaaaal,,,, kenapa bagian itu harus terjamah olehnya,” pekik Arga dengan kesal, telinga adalah bagian paling sensitive bagi Aryanti, Arga berani bertaruh jika selangkangan istrinya pasti akan semakin membanjir.

“Bila Munaf telah meminta salam perpisahan, apakah kau tidak ingin memberikan salam sambutan kepada tubuhku ini, Dako?”

“Kurasa aku bisa membantumu memainkan kartu-kartu ini selama kau beraksi didalam kaosku?,” tawar Aryanti yang mulai gerah dengan suasana. Tidak perlu pertimbangan bagi Dako untuk segera menenggelamkan kepalanya kedalam kaos Aryanti.

“Ooowwgghhh,,,hahahhahahassss,, oopppsss,, pelaaann...uugghhhsss,”
Aryanti tidak dapat menahan serangan Dako, ketika kulit payudaranya yang kedinginan merasakan panasnya lidah Dako. Membelit, menghisap, menggigit.

Penis Dako yang ada dalam genggamanyan semakin mengeras, kepala penis unik yang mencuat keatas itu mulai mengeluarkan lendirnya. Namun sayangnya penis itu sekali-sekali harus dilepasnya untuk mengambil kartu tambahan yang terus dibagikan Pak prabu sekaligus membuang kartu yang tidak dibutuhkannya.

Arga seakan tidak percaya, bila wanita yang tengah mengerang dan terus bergerak erotis menggoda Pak Prabu itu adalah istrinya, seorang wanita yang selama ini dikenalnya sangat setia dan selalu menjaga sopan santun

“Aaahhh,,, apa yang kau lakukan,” jerit Aryanti saat merasakan jemari Dako berhasil menerobos leggins nya.
“Aaahhh,,, cepat tarik tangan mu daaari sana Daaakkkkooo,” tangan kanan Aryanti terpaksa melepas penis Dako untuk menahan tangan lelaki itu.

Tapi telunjuk Dako terlanjur menyentuh pintu vagina yang masih terlindung kain tipis, membuat kaki Aryanti terhentak menahan kilatan birahi, wanita itu bingung apa yang harus dilakukan.

“Aku tidak pernah menduga jika milikmu sesempurna ini, beruntung sekali Arga bisa melesakkan penisnya kapanpun dia mau kevagina gemuk mu,,” bisik Dako.

Mendengar kata-kata Dako, Aryanti bukannya menarik tangan Dako keluar tetapi justru menekan semakin kedalam. Bahkan ada rasa sesal dihati Aryanti yang telah dipenuhi oleh nafsu, kenapa tadi dirinya tidak mengenakan rok pendek seperti Andini, dengan celana leggins yang dikenakannya saat ini jemari Dako begitu sulit untuk beraksi didalam sana.

“Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan milikku sempurna, sedangkan kau tidak pernah melihatnya,” sela Aryanti sambil berusaha melebarkan pahanya, seakan memberikan izin jemari dako untuk terus beraksi.

“Aku bisa merasakan, celana dalam mu ini menyembunyikan sebuah lorong yang indah dan mempesona, yaaahh,,, setidaknya sempurna untuk batang yang tengah kau remas ini,” ucap dako sambil sesekali merasakan rambut yang tumbuh lebat disekitarnya.

“Tapi jika kau mengizinkan aku untuk melihat langsung bagaimana bentuk yang sebenarnya, pastinya aku tidak akan menolak,”

“Hahaha,,, dasar gombaaal, memang lelaki kalau sudah ada maunya bisa mengatakan apa saja,” gelak tawa Aryanti mengagetkan Andini yang tengah menikmati jemari Munaf yang berhasil mengobok-obok vaginanya.

Rok longgar selutut yang dikenakan Andini rupanya cukup membantu menyembunyikan jemari Munaf, beraksi dengan bebas divagina mungil Andini yang tidak lagi memiliki pelindung. Membuat gadis itu merintih tertahan, menikmati jari tengah Munaf yang bergerak keluar masuk, menjelajah dan mengorek precume nya keluar.

“Lalu, kenapa kau tidak meminta padaku agar jari-jarimu bisa lebih mengenali milik sahabat mu ini, kurasa tidak ada bedanya ketika kau meremasnya diluar ataupun didalam kain segitiga ini,” bisik Aryanti sambil menarik tangan Dako keluar, tapi kemudian justru menarik karet leggins dan celana dalamnya kedepan.


“Hahahahaaa,, ternyata benar apa yang sering dikatakan Arga, kau memang baik hati dan dermawan,” tawa Dako, yang sontak membuat Arga bingung, apa yang tengah terjadi diantara mereka.

“Huusss,, diamlah, kalau kau tak mau, aku akan menutupnya,” Aryanti merasa tidak nyaman saat nama suaminya disebut.

Dengan cepat Dako menahan tangan Aryanti, mencoba mengintip, namun begitu gelap, hanya rambut-rambut yang begitu tebal yang tampak. Dengan sangat bernafsu Dako segera melesakkan tangannya.

“Owwghhh,,,pelaaaan dako,,,” jerit Aryanti dengan keras ketika dua jemari Dako langsung menciduk kebagian dalam vaginanya yang memang sudah sangat basah.

“Hei,,, adakah dari kalian yang ingin menikmati ice cream ini,” teriak dako sambil mengacungkan tangannya yang sudah penuh oleh cairan milik Aryanti.

Tentu saja Aryanti sangat malu, lalu memukul-mukulkan bantal kecil kekapala Dako. “Kalau kau terus membuatku malu, maka aku akan menutup milikku ini selamanya,” ancam Aryanti.

Dako hanya tertawa, ancaman Aryanti dianggapnya pepesan kosong, karena Dako sangat yakin bila istri Arga itu telah tunduk sepenuhnya pada dirinya. Dengan pasti Dako kembali memasukkan tangannya.

“Aaahhh,,,” Andini yang tidak dapat menahan rangsangan dari jemari Munaf kembali merintih. Kocokannya pada penis munaf bertambah cepat, membuat suasana semakin panas, berkali-kali Pak Prabu melirik Andini dan Aryanti dengan pandangan iri.

“Yeaaahhhh,,,,” sepertinya salah satu diantara kalian harus kembali kepangkuanku, teriak Pak Prabu ketika berhasil mendapatkan kartu yang lebih bagus. Namun permainan masih beberapa putaran lagi, Pak prabu cukup kewalahan menahan birahinya yang tidak tersalurkan.
Teriakan Pak Prabu menyadarkan Dako dan Munaf yang asik mencumbu tubuh panas dipangkuan mereka. The game must go on.

“Hey,,, rasanya tidak adil bila kita tidak berbagi dengan Pak Prabu, bukan begitu Aryanti?”
Aryanti menjadi bingung, apalagi yang akan dilakukan Dako pada dirinya.

Tiba-tiba Dako menyuruh Aryanti berdiri merubah posisi dengan mengangkangi kedua pahanya, membuat penisnya menyundul tepat dibawah vagina.

“Krraaaaakkk,” Aryanti terkaget, dengan kasar tangan Dako merobek leggins nya tepat ditengah selangkangannya, dan dengan cepat Aryanti menutupi celana dalam berwarna putih yang telah basah dari tatapan mata Pak Prabu.

“Dakoooooo,,,,,” Aryanti berteriak keras, untuk kesekian kali pria itu membuatnya malu. Namun disambut decak kagum dan gelak tawa Pak prabu dan Munaf.

“Ayolah,,, bukankah kau ingin membantuku untuk mengalahkan Prabu,” bisik Dako sambil menarik kedua tangan Aryanti yang menutupi selangkangannya.

Sambil membuang muka kesamping Aryanti menarik tangannya, dan terpampanglah celana dalam yang sudah sangat basah, sehingga mencetak sebuah garis yang melintang tepat diselangkangannya. Beberapa rambut kemaluannya mengintip keluar.

Dada Aryanti semakin bergemuruh, saat menyaksikan nafas Munaf dan Pak Prabu mendengus penuh nafsu memandang selangkangannya yang terbuka bebas. “Tatapan mereka seperti ingin melumat vaginakuuu,,, Uuuhhhh,,, permainan ini benar-benar membuatku gila” dengus hati Aryanti yang terbakar birahi.

Ingin sekali Aryanti membuka kain terakhir yang tersisa untuk memberikan hiburan kepada teman-teman suaminya itu, namun rasa malu masih merajai hatinya.

Dengan sedikit gerakan Dako berhasil membuat penisnya menyembul, tepat didepan kain penutup vagina Aryanti yang telah basah, seandainya tidak ada kain tipis berwarna putih itu, pastinya kedua kulit mereka akan bertemu. Dengan sedikit malu Aryanti kembali meremas penis unik yang menggeliat manja didepan vaginanya.

“Ooohhh yeeaaahhh,,,” dako memegang pinggul Aryanti dengan kuat, Aryanti tidak hanya mengocok penisnya, namun berulangkali menggesekkan batang itu kevaginanya yang terbalut kain tipis. Kartu yang dipegangnya tergeletak dimeja ketika tangannya terayun kebelakang untuk menjambak rambut Dako, lenguhan semakin sering terdengar saat tangannya terlalu keras menekan batang Dako ke vaginanya.

Aryanti tidak berani bertaruh apakah dirinya mampu bertahan dengan godaan ini, apalagi setelah Pak Prabu juga mengeluarkan penisnya yang besar diselimuti kulit yang kecoklatan, dipenuhi dengan rambut-rambut yang mengelilingi tongkat kebanggaannya. Persis seperti miliknya yang sangat rimbun.

Aryanti bergidik, menatap batang kekar yang cukup besar, mungkin seukuran milik Arga hanya saja milik Pak Prabu belum disunat. Tapi saat ini dirinya hanya dapat menyaksikan bagaimana tangan Pak Prabu yang penuh bulu mengocok penisnya dengan cepat.

“Aku ingin batang itu lagi,,,” lirih Aryanti.

“Apaa?,,, kau ingin batang Pak Prabu lagi? Apa sebelumnya kau sudah pernah mencoba?,,” tanya Dako yang bingung.

“Ohh tidaak,, kau salah dengar,,”

Jawab Aryanti cepat, tidak berani berangan lebih jauh, saat ini saja dirinya sudah sangat malu, apalagi bila harus meminta Pak Prabu menghujamkan penis hitam itu ke kemaluannya.

“Aaahhhhh,,,,eehhhhmmm,,” terdengar teriakan tertahan dari mulut Andini, mengagetkan khayalan dan birahi Aryanti.

Tanpa sepengetahuan Aryanti, Dako dan Pak Prabu, Rupanya Andini yang sudah tidak mampu menahan birahi akhirnya menyerah, dan mengijinkan Munaf untuk menghujamkan penis keliang kemaluannya. Lagi-lagi rok mini itu berhasil menyembunyikan bagaimana beringasnya penis Munaf menjelajah masuk ke kemaluan mungil gadis muda itu.

Meski Dako, Munaf dan Aryanti sangat tau dengan apa yang tengah dialami Andini, namun tetap saja wanita muda itu terlihat malu-malu untuk menunjukkan ekspresi kenikmatan yang tengah melanda tubuhnya. Tidak ada gerakan dari pantat itu, namun membiarkan batang penis milik teman suaminya itu menghujam keras dibelahan vagina.

“Ooowwwhhh,, itu pasti sangat nikmat,” gumam Arga saat teringat bagaimana batangnya berhasil menyelinap masuk kedalam kemalaun Andini, dan berhasil memenuhi rahimnya dengan sperma.

Munaf menyelipkan empat lembar kartu yang dipegangnya pada rok Andini, membuat gadis itu terlihat semakin nakal.
Kini tangan yang telah bebas itu mulai memegang pinggul Andini dan mengayun pelan, mengomando Andini untuk bergerak kedepan dan kebelakang dengan malu-malu.

Semua pandangan tertuju kearah Rok Andini yang mulai berkibar mengiringi goyangan yang kini semakin cepat.

Dengan matanya Pak Prabu mencoba memberi isyarat kepada Munaf untuk menyingsingkan kain yang sangat mengganggu pandangannya. Andini yang rupanya sempat membaca isyarat itu segera memegang roknya dengan kuat. Dirinya terlalu malu bila vaginanya yang merah merona tengah melumat penis yang bukan milik suaminyam, menjadi tontonan.

“Apakah kau tidak ingin sedikit berbagi dengan Pak Prabu, lihatlah wajahnya yang memelas untuk sebuah pemandangan indah dari tubuhmu,” rayu Munaf. Namun Andini tetap kekeuh memegang erat kain roknya dengan tubuh yang terus bergoyang kedepan dan kebelakang yang diarahkan oleh lengan Munaf pada pinggulnya.

Posisi ini memang cukup sulit jika si wanita tidak berperan aktif menggoyang tubuhnya, tak perlu waktu lama tubuh Munaf telah bermandi keringat. Tapi dirinya tidak memiliki pilihan lain selain posisi ini.

Tapi tetap saja, perubahan wajah Andini yang terkedang mendesah, meringis, bahkan sesekali menjerit memberi tanda kuatnya serangan Munaf disela-sela pantatnya.

“Bila aku menjadi Andini tentunya akupun akan malu jika tubuhku yang tengah disetubuhi oleh orang lain menjadi tontonan,” ucap Aryanti sambil terus meremas batang Dako digenggamannya.

“Lalu kenapa tidak kau ambil selimutmu itu, dan biarkan aku bermain dikemaluanmu tanpa diketahui orang lain,” balas Dako cepat ketika melihat peluang.

“Hahahahaa,,,Tapi bukan itu yang kumaksud, tunggulah Munaf menyelesaikan aksinya, mungkin Andini akan sedikit berbelas kasihan pada dirimu,” jawab Aryanti sambil tertawa.

“Mba Aryantiii,, ga booleeeh cuurang yaaa,,” seru Andini yang terengah-engah meladeni serangan penis Munaf, tubuh indah itu tidak lagi bergerak maju mundur, tapi sudah mulai menghentak, dan terus semakin keras hingga membuat vaginanya yang belumur oli putih, mencengkram erat penis Munaf. Rok mini itu tak mampu lagi melindungi tubuh pemiliknya setelah kedua tangannya berpindah kepegangan kursi.

“Mbaaa Aryantiii,,, tolongin akuu mbaa,,” desahan Andini semakin menjadi, entah apa maksud teriakan permintaan tolongnya, karena sangat jelas jika wanita muda itu tengah menikmati permainan munaf.

Permainan kartu itu sepertinya telah berhenti total, karena kini Pak Prabu pun sibuk memainkan penisnya sendiri.

Tanpa diduga Aryanti berdiri dari pangkuan Dako, dengan cepat mengambil selimut tebal yang sangat lebar sehingga dapat menyembunyikan tubuh semampainya.

“Siaaaalll,,, itukan selimut kesayanganku, ngapain Aryanti membawa kesitu,” umpat Arga saat melihat selimut dengan gambar Hello kitty. (Weeww,,, )

Dengan cepat Aryanti membalutkan kain tersebut ketubuhnya dan kembali kepangkuan Dako, dengan sangat mesra Dako mempersilahkan Aryanti untuk duduk diatas pangkuannya, dan kembali keposisi semula, memangku dan dipangku.

“Aku rasa aku dapat memberikan permainan yang lebih hebat dari mereka,” bisik Dako sambil menggigit telinga Aryanti.

“Oh yaaa,,, dengan kain ini kurasa kau dapat dengan bebas membuktikannya,” seru Aryanti sambil tertawa nyaring.

Hati Arga memanas, bagaimana mungkin istrinya bisa begitu mesra terhadap Dako sahabatnya. Kini dua tubuh yang berselimut kain itu tampak sibuk dengan aksi mereka. Kepala Dako menghilang kedalam selimut, lidahnya menjangkau puting Aryanti, membuat wanita terpaksa sedikit memiringkan tubuhnya, menyambut keinginan Dako.

Dari sela-sela Kursi yang tidak tertutup selimut Arga dapat melihat bagaimana lidah Dako bermain-main dengan sepasang payudara yang selama ini selalu dibanggakannya. Sementara tangan Aryanti memeluk kepala Dako dengan erat, memaksa kepala itu tidak pergi jauh dari kedua putingnya.

“Kyyaaaa,,,Dakooo”,,,

“Yeeeaaahhh,,,,”
Teriakan Aryanti disambut dengan pekik kemenangan Dako, lengan kanannya muncul dari balik selimut dengan membawa serta sepasang kain, dengan semangat dako mengibarkan kedua kain itu keatas sambil tertawa riang.

“Sudahlah,,, kau hanya membuatku malu,,,” teriak Aryanti berusaha merebut kain tersebut. Namun dako terlebih dahulu melempar kain itu kearah Pak Prabu.

Arga semakin terkesiap, ketika kedua lengan Pak Prabu merentangkan kain yang tidak lain adalah leggins dan celana dalam Aryanti.

“Arga pernah bertanya kepadaku, milik siapa yang lebih nikmat, apakah milik Zuraida istriku, ataukah milikmu ini,” ucap Dako pelan sambil tersenyum, tangannya mengusap-usap bibir klentit Aryanti yang sudah sangat basah.

“Owwwhhh,, yaaa?,,,kurasaaaa,, sebelum Arga dapat membuktikannya, Emmmhhh,,, kau bisa lebih dulu untuk menilai milik siapa yang lebih nikmat,,,”

Dada Aryanti bergemuruh seiring tubuhnya yang mengangkat sedikit pinggulnya,, dengan kepala tertunduk kebawah seakan ingin memastikan sesuatu yang ada diantara tubuh mereka dapat melakukannya tugasnya dengan baik.

“Oooowwwhhhhssss,,,Ughh,,Yaaa,, sedikiiit lagiiii, yeaahhh,,,,” teriak Aryanti.
“Aaaaaakkkhhhhh,,, Dakooo,,,”seketika kepalanya terdongak keatas. Dako tersenyum puas, sesaat tubuh keduanya terdiam saling meresapi kenikmatan yang tengah terjadi.



“Aryantiiii,,,” gumam Arga lirih, saat mendengar bibir istrinya yang memproklamirkan kenikmatan dari batang yang berhasil masuk kedalam kemaluannya. Arga merasa benar-benar kacau, disaat hatinya begitu sakit, penisnya justru mengeras dengan sempurna.



“Akhirnya kau berhasil menempatkan senjatamu dikemaluanku, kau telah mendapatkan tubuhku,” bisik Aryanti, kedua telapak tangannya mengelusi wajah Dako dengan penuh birahi.

“Bukankah kau memang menginginkan ini, sebuah petualangan yang panas,” balas Dako, tangannya tidak lagi memegangi selimut yang menutupi tubuh mereka, telah masuk kebalik kaos Aryanti, merabai punuk, punggung, pinggul hingga pantat Aryanti, meresapi dengan sepenuh hati keindahan dan kemulusan kulit pegawai bank swasta tersebut.

“Aku juga pernah mendengar dari Arga, vaginamu memiliki kemampuan yang jarang dimiliki oleh wanita lain, jika kau tidak keberatan aku ingin sedikit merasakannya,”

Kening Aryanti berkerut tidak mengerti. Pinggulnya mulai bergerak. “Bukan,, bukan itu yang kumaksud,” sergah Dako cepat, seraya menahan pinggul Aryanti.

“Lalu,,,” Aryanti semakin, bingung, namun dinding vaginanya berkedut setelah merasakan pergesekan dua kulit kemaluan, otot vaginanya berkontraksi. “Yaa,, terusss,,, Aaahhh,,, empotan ini yang membuatku penasaran selama iniii,,,”

“Hahahahahaaa,, berarti kau sudah lama ingin mencicipi tubuhkuuu,, sekarang nikmatilah sepuasssmuuu,,, eeeemmhhhh,,,” Aryanti tersenyum genit, tubuhnya tak bergerak, tapi otot vaginanya membetot erat batang Dako,, melonggar,, dan kembali mencengkram dengan kuat, membuat Dako mendesah nikmat. “Oooowwwhhhh,,, gilaaaa,,,”

Kini selimut itu hanya menutupi bagian bawah tubuh mereka. Sesekali kepala Aryanti menoleh kearah Pak Prabu dan memainkan lidahnya dengan nakal, menggoda pria yang hanya bisa memegangi penisnya sendiri.

“Baiklah, aku menyerah, permainan usai, boleh aku bergabung dengan salah satu dari kalian,” Pak Prabu berdiri dan menggosok-gosok kedua telapak tangannya. Penisnya yang hitam besar dengan congkak menantang kedepan.

Namun harapannya pudar saat melihat Aryanti yang begitu erat menempel ketubuh Dako, kembali bergerak liar, mengacuhkan semua yang ada disitu, Dako sendiri tampak kewalahan dengan hentakan tubuh Aryanti yang bergerak cepat. Tak ada lagi rasa malu pada wanita itu. Yang ada hanya bagaimana cara untuk mendapatkan orgasme ternikmat yang bisa diberikan oleh penis selain milik suaminya.

Kini harapan Pak Prabu hanya pada Andini, yang juga tak lagi mampu mengontrol birahinya, pinggulnya bergerak maju mundur, bermain-main dengan penis Munaf yang sesekali membuatnya berteriak nikmat.

Dengan nakal Andini mengangkat tangannya dan dengan telunjuknya memberi tanda larangan. Bibirnya masih tersenyum dengan selangkangan yang kembali bergoyang mengiringi semua kehendak Munaf.

”Muungkiiin,, Andiniii bisaa membantu Baapaak,” suara Aryanti tersengal-sengal.
”Aaahh,, kenapa dilepaaasss,” rengek Aryanti tiba-tiba saat Dako mengangkat tubuhnya hingga batang yang memenuhi rongga vaginanya terlepas.

”Kenapa kau bisa begitu pelit dengan bos dari suamimu, berilah dia sedikit tontonan mungkin itu bisa sedikit membantunya.”

”Yup,, sekarang saatnya show,” Teriak Dako dan seketika melempar selimut yang menutupi tubuh mereka. Dan tampaklah tubuh Aryanti yang berjongkok diatas kedua paha Dako, memamerkan vagina yang menganga basah, berhadapan dengan penis Dako yang dipenuhi lendir senggama Aryanti

”Kyaaaaaaa,,,” Aryanti berusaha meloncat, dan mengambil selimut yang terlempar kearah Pak Prabu.

Namun Dako sudah lebih siap dan menekuk tubuhnya, hal ini justru membuat penisnya tertanam semakin dalam dan seakan mengunci tubuh Aryanti.

”Hahahahaaa gilaaaa kauu Dakoooo,, Aku maaluuu tauuu,,, punyaku lebaaat kaya giniii,” jerit yang diselingi suara tawa Aryanti memenuhi ruangan yang penuh aura birahi. Sambil menutupi kedua wajahnya Aryanti mencoba menutup kedua lututnya, dari sela jemarinya Aryanti mengintip Pak Prabu yang melongo memandang tubuhnya penuh rasa kagum.

Sepasang paha yang begitu mulus berujung pada selangkangan yang merekah dengan rambut kemaluan yang rimbun. Sementara pintu vaginanya terbuka lebar seakan ingin melahap batang kokoh yang ada didepannya.

”Whuaahhaaha,,, Dakooo,,,” lagi-lagi Aryanti dibuat terpekik dan tertawa setelah kedua pahanya di angkat keatas dan terbuka lebar, membuat Pak Prabu sekilas dapat dengan jelas melihat setiap sisi pintu vagina yang mengkilat.

Kini hanya kaos longgar yang menutupi bagian atas tubuhnya, sementara bagian bawah tubuhnya terpampang dihadapan dua pria perkasa, dengan selangkangan yang terbuka lebar, seakan pasrah menerima setiap hujaman penis.

Sungguh dirinya merasa sangat malu, belum pernah seumur hidupnya tubuh indahnya dapat dinikmati dengan bebas oleh para lelaki, tapi ini terlalu menantang untuk dilewatkan.

Darahnya berdesir, Terbesit dalam hati untuk membiarkan tubuhnya dinikmati oleh mereka secara bersamaan, seperti yang ada diotak liarnya selama ini. Dan kini salah satu penis telah berada dalam tubuhnya, mungkinkah dirinya memohon penis yang telah siaga didepannya untuk ambil bagian masuk kedalam lorong tubuhnya yang lain.

Namun Aryanti teralalu malu untuk meminta itu, tapi jika tidak sekarang, kapan lagi dirinya bisa mewujudkan keinginan liarnya.

“Apakaah kau bisa membuatnya semakin bergairah dengan aksi nakal mu?,,,” bisik Dako menggoda Aryanti.

Aryanti menarik tangannya, membiarkan vaginanya terekspos bebas, lalu kedua tangannya menarik setiap sisi pintu vaginanya, hingga lorong gelap yang mengalirkan cairan dapat terlihat oleh mata Pak Prabu.

“Batang bapak ingin dilumat seperti ini?,,, Oooowwwhhhh,,,,” dengan sangat perlahan kemaluan Aryanti yang terpapar melahap batang Dako,, sangat perlahan, seakan sangat menikmati setiap inci gesekan kulit kedua kelamin.

”Uuuhhh,,,” bibirnya melenguh saat batang Dako tiba-tiba menghentak. Wanita yang tengah dipenuhi birahi itu tak mampu lagi untuk berfikir, kini dirinya hanya bisa pasrah menerima perlakuan Dako yang juga tersulut aksi nakalnya.

Aryanti memandang wajah Pak Prabu dengan nafas terengah, bersahutan dengan suara kecipak kemaluan yang basah. Andaipun Pak Prabu ingin ambil bagian atas tubuhnya, Aryanti tak yakin dirinya mampu menolak.

”Yeeaaaahhhh,,,, aaaggrrhh,,,” Suara Munaf melengking, tubuhnya bergetar hebat, memeluk gadis yang menelan penisnya disela selangkangan dengan erat. Jemarinya dengan kuat meremas payudara yang ada digenggaman seakan menjadi pelarian dari rasa nikmat yang dirasakan seluruh tubuhnya.

Namun tidak begitu halnya dengan Andini yang masih sibuk mengejar orgasme. Pantatnya masih bergerak, menggesek dan menghentak batang yang ada didalam tubuhnya, berharap penis itu dapat menghantarkan kenikmatan serupa. Namun batang itu mulai mengecil sang empunya pun hanya dapat tersenyum kecut mengakui kekalahannya.

Melihat peluang itu, Pak Prabu dengan cepat menarik tubuh Andini dari pangkuan Munaf. Tak pernah terpikir olehnya jika kini dirinya dapat menikmati tubuh dari istri keponakannya.

Tanpa diminta Andini yang dibaringkan diatas karpet lantai, membuka selangkangannya selebar mungkin, memberi tempat kepada tubuh pak Prabu yang terbilang besar, agar dapat menempatkan pinggulnya didepan selangkangannya yang terus berkedut minta diisi, berusaha memberikan akses seluas-luasnya kepada batang besar yang menghitam dan penuh dengan rambut yang mengelilingi.

Namun tetap saja penis itu agak kesulitan menerobos lubang yang terbiasa dengan batang yang memiliki diameter lebih kecil. “Uuugghhh,, tekan aja om, punya Dini bisa nelen punya om koq,,” suara Andini merintih. Gadis itu tau jika lelaki yang ingin menikmati tubuhnya ini tak ingin menyakitinya.

Tapi Andini sangat yakin jika vagina mungilnya mampu menampung seluruh diameter batang itu. Seperti saat Arga menghujamkan batangnya dikolam renang, meski sangat sulit akhirnya lelaki itu dapat bersemayam divaginanya, tepat didepan suaminya.

“Aaaarrrgghhh,,, Ooomm,,,,,eehmmh,,,,” Seluruh tubuhnya bekerjasama, berusaha menyelusupkan penis Pak Prabu jauh kedalam lorong kemaluannya. Pahanya dengan keras menjepit pinggul, tangannya dengan kuat menekan, dan selangkangannya terangkat bergoyang, bibir vaginanya menganga lebar menyambut batang yang begitu susah payah menghadapi otot vagina yang tiba-tiba menjepit saat merasakan sebuah benda menggasak dinding-dinding yang sensitif.

“Bisakan Ooom,, Eeehhh,” tubuh Andini bergetar, bibirnya mengerang penuh birahi saat merasakan batang besar itu akhirnya berhasil menerobos celah sempit yang telah basah oleh sperma Munaf.

“Uuugghh,,” Namun Pinggul montoknya sekali lagi menghentak keatas saat merasakan masih ada bagian dari rongga vaginanya yang kosong dan tentunya batang Pak Prabu masih terlalu panjang untuk lorong vagina Andini yang dangkal.

“Arrggghhhh,,,Adduuuuuuuhhhh,,Aaaaaaahh,,,” jemari kecilnya mencengkram pantat Pak Prabu seiring tubuh yang bergetar hebat menyambut orgasme yang sangat tiba-tiba dan begitu mudah menghampiri syaraf ektasinya.

Pak Prabu tertawa dengan ulah Andini, menikmati batang yang diguyur oleh cairan birahi Andini yang cukup banyak. Sesaat dibiarkannya tubuh sintal itu menikmati orgasmenya.

“Sekarang giliran Om ya,” ucap Pak Prabu sambil menggoyang-goyang batang yang menghujam jauh kedalam kemaluan Andini. Sementara gadis yang begitu pasrah ditindih oleh paman dari suaminya itu hanya tersipu malu, dengan malu-malu tangannya merabai tubuh besar yang selama ini memang menghantui fantasi seksualnya.

”Aaauugghh,,, udah mentok om, jangan terlalu dalam, ntar punya dede sakit,” Prabu tersenyum dengan kalimat manja yang begitu saja terlontar. Kedunya melihat kebawah menyaksikan bagaimana batang besar itu menggasak pintu vagina yang dipaksa menelan batang yang lebih besar dari biasanya.

Perlahan Prabu menarik pinggulnya, belum sempat helm besar itu keluar, pinggulnya kembali menghujam jauh kedalam. “Ooomm,, gede banget om,,, seperti punya Pak Arga,, Adduuuhh,,Aaahhh,,”

“Arga?,,, apa Arga sudah pernah menyetubuhi mu?,,,”

“Ststsssss,,, jangan kenceng-kenceng, entar kedengeran sama Mba Aryanti,” Andini mengutuki kecorobohannya menyebut nama Arga.

“Hahahaaa,, dasar kau Arga,, jangan-jangan kedua istriku juga sudah kau cicipi,” gumam Pak Prabu. Lalu menghentak batangnya dengan lebih keras dan cepat.

“Ooomm,,, pelan Ooomm,, memek Andini ntar jeboooll,, aaagghhhh,,,” gadis itu meringis menahan perih didinding rahimnya yang digedor-gedor. Apa smua batang besar emang beringas seperti ini, pikir Andini yang kewalahan, berpegangan pada pundak Pak Prabu.

Melihat aksi Pak Prabu, Aryanti menjadi semakin panas, iri melihat kemujuran Andini yang hanya dalam beberapa menit bisa menikmati dua buah batang. “Aaaggghhhh,,, Dakooo,,, lalkukan apapun yang ingin kaauuu lakukaaaannn,, Aaaahhh,,,”

Wajah Andini memucat, puncak birahi tengah menantang pertahanannya, namun akhirnya harus menyerah dalam lenguhan yang panjang.

“Oooommm,,, Andiniiiii,,, keluaaaaaarrrr,, Aaagghhhh,,,” pangkatnya terangkat tinggi menantang hentakan batang Pak Prabu. “Aaahhh,,, Ahhh,,, ga Kuat lagi Oommm,,” rintih Andini menyerah, vaginanya terasa panas akibat gesekan yang terlalu ketat dan cepat.

“Mbaaa,,,Aaarrr,, tolongin aku mbaaa,,,”
“Aaaaaggghhhh,,, keluaaaar lagiiiii,,,,”
Rintih gadis itu dengan nafas terengah, tak menyangkan orgasme begitu cepat, silih berganti menyapanya, membuat tubuhnya terasa begitu lemas.

Sementara Pak Prabu terus saja menghajar vagina mungil itu, semakin bergairah melihat rintihan Andini,”

“Dakooo,,, Aaahhhsss,,, apa kauuu ingiiiin sediiikit berbaaaagi dengan Pak Prabuuuhhhh?,,, aku haaanya ingin membantu gadis itu,” rintih Aryanti.

“Boleh,, tapi setelah aku selesaaaii menikmati vaginamu iniii,,,”
Dako jelas menolak jika kenikmatannya terpotong oleh Pak Prabu.

“Tak perluu takuuuut,,, bahkaaan kau akaaan merasakaaann apa yaaang tidak pernaaahhh diberikaaan istrimuuu Zuraidaaa,,,” jawab Aryanti, lalu melumat bibir Dako dengan ganas.

Ploopp....
Batang Dako terlepas, tapi belum sempat protes, Aryanti telah menggenggam penisnya, lalu mengarahkan kepintu belakang. “Masukkan dengan perlahaan, sayaaang,,” bisik Aryanti dengan nakal.

“Ooowwwhhhh shhhiiiitttt,,,” teriak Dako, saat kepala penisnya perlahan menghilang ditelan pintu anus yang telah lama ingin ikut dihajar.

“Aaaahhh,,, gimaaanaaa,, apa kaauu sukaaa,,aaaahhh,,,”

“Sempiiiitt,,, sempiiit bangeeeett,,, ini nikmaaat bangeeet,, kau nakaaaal Aryantiii,,”
Aryanti terkekeh disela lenguhannya, mendengar pengakuan Dako yang mencengkram pinggulnya Aryanti, agar menghentak lebih kuat.

“Sekarang undanglaaahh Pak Prabuuu untuk bergabuuung,,,”

“Apa kaauu yakinnn,,,”

“sangaaat yakiiinnn,,, akuuu bisaaa meladenii keberingasaaan kaliaaan berduaaa,,,” lenguh Aryanti yang benar-benar terlihat nakal.

“Pak Prabuu,, ada yang menantang kita berdua nihh,,, Apa kau beranii,,” teriak Dako, membuat gerakan Pak Prabu terhenti tepat disaat lenguhan Andini yang kembali mendapatkan orgasmenya.

“Hahaahahaaaa,, aku tak menyangka, jika istri Arga bisa sebinal ini,,,Okkeee,,, Dakoo, kita penuhi tantangan teller Bank cantik ini,” Pak Prabu menjawab sambil tertawa melihat Aryanti menggosok-gosok bibir vaginanya, sesekali menguak pintunya sebagai tantangan pada Pak Prabu. Sementara anusnya membetot batang Dako dengan sempurna.

Lelaki paruh baya itu mengecup bibir Andini yang tersenyum lemah, setelah tenaganya dikuras rentetan orgasme, lalu melepaskan batangnya, beranjak menuju kursi Dako dan Aryanti sambil terus mengocok batangnya yang penuh lendir milik Andini.


“Sayaaaang,,, apalagi yang kau inginkaaan,,” tak pernah Arga secemas ini,,, tanpa sadar lelaki itu mencengkram tepian meja dengan begitu kuatnya.


Kini batang besar Pak Prabu telah berada tepat didepan wajah Aryanti.
“Cobalahh dulu dengan bibirmu ini,, bial kau mampu melahapnya, kurasa bibir bawahmupun takkan kesulitan,”

Mata Aryanti tersenyum nakal, jemarinya dengan gemulai meraih batang Pak Prabu dan menariknya keatas, dengan tenang gadis itu menjulurkan lidah, perlahan mendekat, menyapa kantong zakar Pak Prabu,menyentil-nyentil kedua bola sambil melirik wajah Pak Prabu dengan genit.

Lalu perlahan menyisir keatas, menyapu setiap gumpalan lendir putih, hingga akhirnya sampai pada kepala penis yang menyembul disela kulup yang tidak disunat, Aryanti mencengkram batang Pak Prabu dengan kuat sebelum akhirnya kepala penis itu masuk kedalam mulut Aryanti yang panas.

“Aaaaagggghhhhh,,, gilaaaaa,,,Argaaa,,, istrimu benar-benar dahsyaaaaat,,, aaarrgghh,,” Pak Prabu tak tahan melihat ulah Aryanti, lalu mencengkram rambut wanita.

“Nikmatilaaahh,,, rasakanlaaaahh batangkuuu,,,Aaaagghhh,,” Pak Prabu dengan sangat bernafsu menyenggamai mulut Aryanti. Batangnya keluar masuk dengan cepat.


“Gila, ini memang sudah benar-benar gila,” gigi Arga gemeretak menahan amarah, tetapi tangannya bergerak mengurut penisnya yang membatu.


Tak tahan melihat kenikmatan yang diperoleh Pak Prabu, Dako kembali mengangkat pinggul Aryanti, meminta wanita itu kembali bergerak.

“Aaaaggghhhh,,, kau nakal Yaaaan,, bener-bener nakaaal,,,” dengus Dako dengan pantat naik turun menghajar dubur Aryanti. Pantat Aryanti terdiam, pasrah dengan serangan Dako dibelakang tubuhnya yang semakin cepat.

“Yaaaantiiii,,, Bapaaak Semprooot yaaann,, telaaaannn,,,Arrrgghhhh,,,”
Sontak wajah Aryanti terkaget, matanya melotot saat tiba-tiba batang besar dalam mulutnya menghambur cairan kental yang panas, memenuhi mulutnya.

Tapi bibir Aryanti justru semakin kuat mengatup rapat batang Pak Prabu,, seakan tak ingin setetespun keluar dari bibirnya, sesekali meneguk cairan yang memenuhi mulut, mengalir membasahi tenggorokannya, disambung dengan tegukan berikutnya, matanya menatap wajah Pak Prabu yang terengah-engah penuh kepuasan dengan heran.

“Gilaaa,, banyak banget spermanya,” gumam Aryanti yang kini bibirnya berusaha menyedot, memaksa sperma yang tersisa untuk keluar.

“Aaaaarrrgghhhhh,,, Yaaaann,,, aku jugaaa gaa kuaaaat laggiii,,,” Dako menarik turunkan pinggul nya dengan semakin cepat. “Oooowwwgghhhhh,,, Yaaaannn,,,”

Sadar jika Dako juga tengah menghantar orgasme di anusnya, Aryanti menekan pantatnya semakin kebawah, melumat habis batang, membuat Dako semakin kesurupan dan akhirnya memeluk tubuh Aryanti dari belakang dengan kuat seiring spermanya yang mengalir deras.

Dengan usil Aryanti memutar-mutar pantatnya, membuat Dako semakin tersika dalam kenikmatan.

“Bajingaaaaann,,,” rutuk Arga saat menyaksikan bagaimana temannya orgasme dengan begitu dahsyatnya didalam tubuh istrinya. Kakinya gemetar.
Sementara lantai didepannya berceceran sperma yang kental... ya sperma Arga yang turut menghambur, seiring teriakan nikmat kedua temannya.


“Aaahhh,, payaahh,, baru segitu aja sudah tepar,,,aku kan belum apa-apaaa,, kalian tak ada apa-apanya dibandingkan keberingasan suamiku diatas ranjang,,” dengus Aryanti, lidahnya masih menjilati lubang kencing Pak Prabu, sementara pantatnya masih bergerak kedepan dan kebelakang, memainkan batang Dako, yang tersandar dikursi menikmati keindahan pantat montok Aryanti yang begitu sensual bergoyang.

Dibalik persembunyiannya Arga tersenyum kecut, tapi tetap saja kata-kata Aryanti membuatnya bangga, sedikit mengobati hati yang remuk redam.

“Kenapa cantik,, kesal yaaa?” Ledek Pak Prabu, seraya menarik kaos Aryanti keatas.

“Aku yang kanan!!!,,,”
“Okeee,, Aku yang kiriii,,”
“Oooowwwhhhhsssss,,, kaliaaaannnn iniiii,,,” Aryanti terpekik seketika, kedua payudaranya dimainkan oleh Pak Prabu dan Dako bersamaan, seperti anak kecil yang berebut bakpao besar.

“Heeeiii,,, kenapaa batang kalian masih sangat kerass?,,,” Aryanti terkaget saat menyadari batang besar yang kini mengusap-usap pipinya dan batang yang bersemayam dalam anusnya ternyata masih tetap seperti semula, keras menantang.

“Jangaaann,, jangaaaann,,, owwhhh tidaaak,,, apa kalian jugaa meminum jamu Lik Marni?,,,”

Pak Prabu tertawa, tidak menjawab pertanyaan Aryanti. “Siap untuk pertarungan yang sesungguhnya cantik?,,” wajah Aryanti tiba-tiba sumringah, jantungnya berdetak keras, merinding membayangkan permainan seperti apa lagi yang akan terjadi.

“Dako,, apa kau ingin bertukar tempat?”

“Ohh tidak,,trimakasih,,, aku masih belum puas menikmati pintu belakang ini, lagipula,, Sepertinya Aryanti juga belum mengeluarkan kemampuannya yang sesungguhnya.

Aryanti tersipu malu, dalam fantasi gilanya, hasrat akan permainan seperti ini memang telah lalang merongrong hatinya. Wanita itu membuka kedua kakinya, mempersilahkan Pak Prabu untuk mengambil tempat diantara selangkangannya.

“Ooowwwhhhhsss,,,, batangmu mulaaaaiii membuaaaatss tubuuuhh ku begitu penuhhh Paaak,,,” rintih wanita itu, seiring batang Pak Prabu yang merangsek memaksa masuk lorong vaginanya, bersaing dengan batang Dako yang menjajal lorong anusnya.

“Ooopppsss,,, Shhiiitttt,,, ini benar-benaaar gilaaa,,, adegan seperti ini sering kulihat di videoo,, tapi tidaaak menyangka jika bakal sedahsyat ini,,, bukan begitu Pak Prabu,,? Tangan Dako meremasi payudara Aryanti, matanya terpejam menikmati batangnya yang semakin tergencet dilubang belakang Aryanti.

“Yeeeaaahhhhh,,, ini benar-benar dahsyaaaaat,,,eeeengggghhh,,,tubuhku berhasil melumat batang kaliaaann,, Oooowwwhhhh,,, tidaaaakk,,,”
Tubuh Aryanti bergetar, saat merasakan batang Dako dan Pak Prabu yang bekerjasa, keluar masuk menusuk tubuhnya begitu dalam.

Layaknya dua buah piston yang begitu teratur, bergantian menusuk tubuh basah Aryanti.

“Paaaaakk,,, jaaangaaaaannnn,,,” Mata Aryanti melotot, berusaha menahan rasa nikmat dari aksi brutal teman-teman suaminya, terlihat jelas bagaimana wanita berkeringat itu menahan orgasme yang menggulung. Yaaa,, Aryanti tidak ingin takluk terlalu cepat dalam himpitan dua tubuh lelaki.

“Aaaaggghhhh,,, Dakooooo,,,, sakiiiiittt,, kau curaaaaang,,,,Emmmmhhhh,,, ”
Aryanti merintih tertahan merasakan putingnya yang digigit oleh Dako, tapi justru karena itulah Aryanti menuai orgasme.

“Hahahahahaa,,, bagaimana sekarang?,,,” tanya Dako, tangannya seakan tak puas terus meremasi payudara Aryanti.

“Sepertinya dia memang kewalahan meladeni kita,, Hahahaa,,,” timpal Pak Prabu, melepaskan batangnya dari jepitan Aryanti.

“Hehehehehee,, jangan bercanda, posisi kita semua sekarang adalah sama, 1-1,,,” jawab Aryanti terengah-engah, Aryanti menarik leher Pak Prabu mendekat, lalu melumat bibir atasannya itu dengan liar.

“Eeeemmmppphhhh,,,, masukkan kembali batangmu ketubuhhh kuuuu,,, Aaaahhh,,, yaaa,, aaakuuu beluuumm,,, menyeraaaahh,,”

Tubuh Aryanti kembali terhempas, kakinya yang menopang tubuh gemetar, terombang-ambing diantara dua serangan pejantan. Mulutnya bergantian meladeni permainan lidah Dako dan Pak Prabu.

Hingga beberapa menit selanjutnya Dako berteriak frustasi. Hidung Dako terbenam diketiak Aryanti membaui aroma wangi keringat dari tubuh istri Arga itu, tapi justru membuat pertahanannya semakin melemah, tak mampu lagi menahan kenikmatan yang ditawarkan anus Aryanti.

“Siaaaalll,,, akuuu ga kuaaaat lagiiii,,,”

Pak Prabu pun tak jauh berbeda, hidungnya mendengus liar dengan mulut tersumpal jari-jari kaki Aryanti yang dijilatinya. Tanganya memeluk dan mengelusi sekujur batang paha yang mulus, sementara pantatnya seakan tak terkendali merojok kemaluan Aryanti, “Shhiaaaaalllhhhh,,,,” Pekik Pak Prabu tak jelas.

Kondisi Aryanti yang lebih tragis, harus menggigit bibirnya coba mengenyahkan rasa nikmat, orgasme dapat menyapanya kapan saja. Menaklukkan kejantanan kedua pejantan itu adalah tekad nya, tapi tubuhnya berkata lain.

“AAAAGGGGHHHH,,,, TUUUSSSUUK YAAAANG DAAAAALAAAAAMMM,,,”

“AAAAKUUU MENYEEERAAAAAHHH,,, OOOWWWHHHHSSS,,,,, EEMMMHHHH,,,”

“UUUGGGHHHH,,, GILAAAAA KAAMUUUU YAAAAAANNNN,,,,GIILAAAASSSHHH”

Ketiga anak manusia itu menjerit bersamaan, menjepit tubuh mulus yang berkelojotan, bermili-mili sperma menghambur kedalam tubuh si betina yang terus menjerit histeris dengan orgasme yang paling gila, yang pernah dirasakan oleh tubuhnya.

Hingga tak ada lagi kata-kata yang keluar, hanya dengus nafas yang berebut mencari oksigen. Sesekali pinggul kedua pejantan masih bergerak mengejan, berusaha menyerahkan tetes sperma yang tersisa kedalam tubuh milik wanita cantik yang, terengah-engah sambil tersenyum penuh rasa puas.

Jantung Arga seakan berhenti berdetak, kakinya serasa lumpuh, Wanita yang begitu berati dalam hidupnya, saat ini tampak bercucuran berkeringat, membisu dalam genangan lendir para pejantan.

Tiba-tiba mata Arga menangkap kelebat bayangan dari jendela, bayangan yang tercipta oleh cahaya lampu luar yang menunjukkan keberadaan seseorang juga mengintip kejadian itu. Perlahan berjalan menjauh menuju tepian pantai.

“Siapa pula itu,,,” gumam Arga penuh curiga dan rasa was-was, takut bila pemilik bayangan itu adalah juga seorang pejantan, dan nantinya menagih hal yang sama kepada istrinya.

Arga menarik nafas panjang, menguatkan hati, baginya tak ada lagi yang harus dibuktikan. Mengendap-endap dikegelapan meninggalkan pergumulan panas Aryanti, berusaha menuju pintu dengan kaki gemetar.

“Aku rasa tubuhmu masih mampu untuk menahan beberapa serangan lagi,,”
Sebelum menghilang dibalik pintu, Arga kembali menoleh kebelakang, tampak Aryanti tersenyum lemas, tubuhnya terhuyung saat Munaf membaringkannya keatas meja. Sementara diatas karpet lantai, Andini tersenyum pucat saat Pak Prabu dan Dako menghampirinya.



Mata Arga menyapu pantai yang gelap. Sesekali mencoba mengatur nafas untuk meredakan emosi dihati, marah, kecewa, sedih, dan gelora birahi membaur didada yang masih bergemuruh. Tertatih dalam samar cahaya bulan yang dilumat oleh awan mendung.

“Wajar saja Adit sampai pingsan,,” gumamnya sambil tertawa lirih. Teringat bagaimana ia menyenggamai istri Adit yang belia dengan penuh nafsu tepat dihadapan lelaki itu.

Meski Arga telah mencicipi beberapa wanita dipetualangan pantai itu, tapi ternyata hatinya juga belum siap untuk menerima perlakuan yang sama atas istrinya.

Begitupun saat birahi menyeruak dihatinya ketika menyaksikan pergumulan Aryanti, namun hatinya tetap saja terasa sakit saat melihat teman-temannya yang tertawa terbahak sambil menghamburkan sperma dan memenuhi kemaluan istrinya.

“Aryanti hanya sedang mabuk,,,”
Bisik Arga sambil berusaha tersenyum. Mencoba menguatkan hati, Kepalanya terdongak mencoba mengisi penuh rongga paru dengan udara pantai. Lalu menghembus dengan pelan.

“Argaaa,,,”

Deg!!!,,,
“Siapa?,,,” Arga menoleh kekiri dan kekanan, matanya menyipit mencoba mencari tau saat emdapati sosok yang duduk bersandar pada sebuah pohon kelapa, yang baru tumbuh sepanjang tiga meter.

“aku,, Zuraida,,” suaranya begitu pelan, hampir tak terdengar tergulung suara ombak.

“Heehh?,, Zuraida,, lagi ngapain disitu”
Arga mendekat, menghempas pantatnya diatas pasir, disamping dokter muda itu.

“Sebenarnya apa yang ada dibenak para lelaki, saat mendapati wanita yang mungkin saja dapat ditaklukkannya?,,,” tanya Zuraida lirih. Arga mencoba mengamati wajah Zuraida namun tak terbaca dikegelapan.

“Apa kau juga melihat kejadian tadi?,,,” Arga justru balik bertanya. Mencoba menerka-nerka suasana hati istri temannya itu. Mungkin kondisinya juga tak berbeda jauh dengan dirinya.

“Yaa,, aku melihat semuanya,,,”
“Apa sih sebenarnya yang kalian rencanakan dalam liburan ini,,, kalian,, kaliaan,, begitu berbeda dengan keseharian yang kukenal,, begitupun Dako, suamiku, tidak biasanya dia meminta ini itu kepadaku,,”

DEGG!!!,,,
Arga bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan Zuraida, menatap lekat wajah bening yang menerima sinar rembulan, yang perlahan terbebas dari gulungan awan.

“Cantik,,” gumam lelaki yang tengah terluka itu, pesona keanggunan Zuraida, perlahan mengenyahkan perih hati.
Mata Arga mengaggumi lekukan dagu yang menjutai dibawah bibir yang mungil, menyusuri garis hidung mancung yang bertaut pada mata yang memiliki tatapan tajam, bulu mata lentik seakan semakin menyempurnakan kecantikan yang dimiliki seorang Cut Zuraida.

Zuraida menoleh saat merasa dirinya terus diamati lelaki disampingnya, mendapati mata Arga yang penuh rasa kagum akan kecantikannya. Perlahan bulir air mata menggenang dipelupuk, menciptakan kilatan kecil yang mendayu.

“Apa kau ingin membalas ulah suamiku, atas istrimu?,,,”
Tanya zuraida seiring air mata yang mengalir tak terbendung.

Arga terkaget dengan ucapan Zuraida, dan semakin kaget saat wanita itu dengan perlahan membaringkan tubuhnya diatas pasir, menarik turun risluiting sweater yang melindungi tubuhnya dari sergapan angin pantai.

Arga menahan nafas ketika jemari lentik yang gemetar, dengan rasa takut wanita anggun itu menarik bagian bawah kaosnya keatas, perlahan memapar perut yang rata dan mulus, terus naik keatas hingga tiba pada sepasang payudara yang didekap bra merah muda. Payudara yang kencang meski pemiliknya tengah berbaring, sedikit lebih kecil dari milik Aryanti. Tapi gumpalannya begitu sempurna.

Wajah Zuraida menoleh menjauhi tatapan Arga, menatap gulungan ombak dengan tatapan kosong.
“Lakukankanlah, untuk memuaskan hasrat lelakimu,,, puaskan sakit hatimu pada suamiku,,, lalu anggaplah semua tidak pernah terjadi,” bibir Zuraida gemetar bergerak mengucap kata, dengan air mata yang semakin deras mengalir.

Mata Arga melotot mendengar tawaran Zuraida yang pasrah, tubuh dan kecantikan wanita itu begitu sempurna dimata Arga. Aryanti memang cantik, tapi Zuraida memiliki keanggunan seorang wanita yang tidak dimiliki istrinya.

Tangan Arga terkepal erat menahan birahi, tubuh itu, yaa tubuhh itu telah menawarkan diri untuk dinikmati.

“Tutuplah tubuhmu,,, dan bangunlah,,, udara pantai terlalu dingin dan keras untuk tubuh indahmu,,”

JLEGG!!!....
“Juancuuk kau Argaaa,,,menolak tubuh seindah itu,,” setan dihati Arga menyumpah atas kata-kata yang mengalir dari bibir lelaki itu.

Arga benar-benar tak percaya dengan apa yang diucapkannya, sejak kapan ia menjadi seorang idiot seperti ini. Kecantikan Zuraida dan misteri keindahan tubuhnya yang bertahun-tahun menjadi fantasi, tersia-sia oleh ego kepahlawanannya.

“Ternyata benar,, kau memang berbeda,,tidak seperti mereka,,,” ucap Zuraida yang tergopoh bangun dan menutupi tubuhnya. Wajahnya memerah tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya, seorang wanita baik-baik dengan pasrah menyerahkan tubuhnya untuk dinikmati lelaki lain.

“Berbeda bagaimana?” Arga terkekeh mendengar kata-kata Zuraida, tak taukah wanita itu jika dirinya juga petualang birahi, bahkan sebelum menikah dirinya pernah membeli perawan seorang gadis kelas satu SMP hanya untuk memenuhi rasa penasaran.

“Yaa,, kau berbeda, saat teman-temanmu berlomba menggoda diriku dipantai ini, bahkan beberapa kali mencolek beberapa bagian tubuh ku dengan alasan tak sengaja, tapi kau,,, justru lebih suka menyendiri. Tak mempedulikan aku dan wanita-wanita disekelilingmu. Kau hanya peduli pada istrimu.

“Wuedaaaann,, kau salah Zuraida,,, dipantai ini justru akulah yang pertama kali menghambur sperma ketubuh istri temanku,,” teriak hati Arga, namun tak berani terucap.

“Itu karena kau juga berbeda dari wanita lainnya,, kau begitu anggun, begitu sempurna dimataku,,,harus kuakui aku sangat mengaggumi,”

Kata-kata Arga mengagetkan Zuraida, menatap wajah lelaki itu dengan hati tak menentu.

“Terimakasih karena sudah mengagumiku,,” ucap Zuraida dengan nada bercanda, berusaha mencairkan suasana yang dingin membeku. “Tapi aku takkan mengulangi kebodohan diriku tadi, salahmu tak memanfaatkan kesempatan,, hehehe,,,”

Srsrsrrrrtttt...
Zuraida menarik resluiting sweaternya, menutup rapat tubuhnya dari sergapan angin pantai yang dingin.

Arga tersenyum kecut, “Ingat ya cantik, Aku tak menyesal koq,, karena aku ingin terus mengaggumi,, maka tetap seperti ini,” ucap Arga seraya mengusap pipi Zuraida.
“Gombaaalll,,, baru kali aku mendengar kau menggombaaal,,hahahaa,,,” Zuraida tertawa melihat gaya Arga, tapi hatinya berdebar tak karuan, ada desir dihati yang telah lama tak dirasakannya.

“Hahahahaaa,,,” Arga ikut tertawa, sepertinya kedua insan itu sepakat untuk mengenyahkan sakit hati mereka terhadap pasangan masing-masing.

“Ayolah kita kembali,,, udara disini terlalu dingin untukmu, cantik,” ucap Arga, lalu beranjak, membersihkan celananya dari pasir.

“Arga,, tunggu,,” Zuraida menahan tangan Arga agar kembali duduk.
Sesaat Arga menatap mata Zuraida yang begitu dekat dengan wajahnya, menatap sendu, ada getar dari mata indah itu, yang tak bisa diartikan oleh Arga.

Tanpa diduga bibir mungil Zuraida terbuka, mendekat, mengecup bibir Arga dengan lembut.
Arga tersentak, bibir itu begitu lembut dan hangat.

“Boleh minta lagi?,,”
Zuraida tersipu malu, menunduk layaknya gadis belia yang baru mengenal cinta.

“Boleh?,,,” tanya Arga kembali sambil mengangkat dagu Zuraida.

Dada Zuraida berdetak cepat saat dagunya mengangguk, memberi izin pada Arga untuk menjamah bibirnya. Lalu terpejam ketika bibir Arga mengatup bibir bawahnya, melumat lembut, menyapu bibir nya denga lidah yang basah, perlahan masuk menyelusup mencari lidah Zuraida.

“Eeemmmpphhhh,, Ghhaaa,,” Zuraida melenguh saat lidah mereka bertaut, membelit, menghisap, bertukar ludah dengan penuh hasrat.

“Eeeengghhhh,,,Argaaaa,,,uuuhhhh,,,” Kepala Zuraida terbenam dileher Arga, seakan tak percaya dengan apa yang diperbuatnya, jemarinya yang lentik, menuntun tangan Arga memasuki sweater dan kaosnya, terus masuk hingga jemari kekar itu menangkup payudaranya. “Oooooowwwsssshhhhh,,,,,eemmmpphhhh,,,”

Zuraida semakin tak percaya, ketika naluri memaksa tangan kirinya menarik tubuh Arga untuk menindih tubuhnya yang perlahan menjatuhkan diri kepasir yang putih.

“Gaaa,,”
“Iyaaa cantik,,”

Sesaat hening, Zuraida bingung untuk berkata apa, saat mata mereka saling menatap,, sementara jari-jari kanan Arga tengah berusaha menyelusup kedalam bra, untuk mendapatkan puting yang telah mengeras.

“Ooowwhhh,, Aaakuuu menyukaaaimuu sejaak duluuu,, kenapa kauu membiarkaan Dakoo memilikiku Gaaa,,” rintih Zuraida sambil menikmati kemahiran jari-jari Arga yang berhasil mendapatkan putingnya.

Tiba-tiba Arga menghentikan aksinya, menarik tangannya keluar, lalu mengecup bibir Zuraida dengan sangat lembut.

“Suatu saat kau akan tau dan mengerti, dan tetaplah menjadi bintang yang tak terjangkau oleh tanganku yang kotor, agar aku bisa terus mengaggumi,” ucap Arga sambil tersenyum, mendamaikan.

“jangan berharap terlalu besar Ga,, Aku tidak seindah yang bayangkan,,” jawab Zuraida, telapak tangannya yang lembut mengusapi pipi Arga penuh rasa sayang.

“Sini,, masuklah dalam pelukanku,,, aku ingin tidur sambil memeluk wanita yang kukagumi,,”

“Tidur? Disini? Dipantai ini?,,,”
Arga mengangguk pasti, disambut senyum Zuraida yang beringsut masuk dalam pelukan Arga.



Bersambung....

By Mojo Joss