My Blog List

Wednesday, November 16, 2016

Me & U - PRIVATE SECRET 16




NEW PROJECT


Sebuah Sedan Audi berwarna putih metalic berpapasan dengan sebuah SUV Ford New Everest di pintu masuk gedung PT. TIGA MANDIRI PERKASA, TBK. Dari dalam mobil sedan nampak L baru saja turun lalu melangkah mendekat ke arah SUV yang tak lain milik Nos pagi ini.

Ternyata dua security telah stand by di dekat mobil mereka, lalu L tersenyum ke arah mereka membuat mereka menundukkan kepalanya menandakan sebuah penghormatan buat si bos.

"Mas, nih gw titip kunci ma mobil yah sekalian" ujar L saat memberikan kunci mobil kepada salah satu security tersebut untuk diparkirkan mobilnya diparkiran khusus direksi yang telah tersedia buat masing-masing orang.

"Nih gw juga yah pak, awas ampe lecet ye... gw kepret lu orang" celetuk Nos yang juga menitipkan kuncinya. "Apalagi mobilnya si Bigboss yang masih terparkir dari minggu lalu, bisa-bisa kami juga kena PHK euy" lanjutnya sambil bercandaan membuat kedua security itu hanya tersenyum melihat tingkah kedua bosnya.

"Morning Mr. L, Morning Mr. Nos" sapa Elsya didepan pintu masuk karyawan yang juga sudah berdiri memberi penghormatan kepada keduanya yang baru saja masuk menuju ke lift khusus jajaran direksi.

"Morning beib, udah sarapan belom?" Sapa Nos membuat Elsya tersipu malu dan menundukkan kepalanya.

"Bentar lagi pak, Elsya sarapannya" jawab Elsya membuat L hanya menggelengkan kepalanya atas tingkah sahabatnya tersebut.

"Lagak lu Nos nos... kalo lu diliat ama sibos bakalan di ledekin ntuh ampe bulan-bulanan lu" ujar L yang akhirnya mereka bertiga tertawa membuat suasanan pagi ini cukup nyaman. Khususnya buat Elsya yang entah mengapa dalam hatinya sangat senang bertemu pagi ini dengan sang direksi yang juga tanpa disadari telah mengisi ruang di hatinya saat ini.

"Pagi L, Nos... masih pagi-pagi udah godain nak front office... emang gak ada kerjaan lain yah?" Sapa Citra tiba-tiba yang baru saja masuk.

"Eh neng Citra, si L ntuh rada genit godain si Elsya ntuh" jawab Nos sambil cengengesan.

Plakk!

"Sialan lu Nos, elu yg godain malah nunjuk ke gw... hilang dah citra gw sebagai pria maskulin yang gak suka ngelirik cewek lain selain dia ntuh" jawab L setelah mengeplak kepala Nos dan memainkan alisnya mengisyaratkan orang yang dimaksud itu adalah si Citra adik kandung si Al.

"Pagi Ibu Citra" sapa Elsya saat Citra membuka beberapa map yang terletak dimeja si Elsya.

"Pagi Elsya, ada yang menarik gak pagi ini?" Tanya Citra.

"Belum ada sih ibu, kalo ada berkas atau apapun yang urgent akan Elsya infokan ke sekertaris ibu" jawab Elsya sambil tersenyum.

"Oke deh... woiy kalian berdua masih mau bengong disini godain Elsya atau naik bareng gw nih?" Ujar Citra saat pintu lift terbuka.

"Hehehe... bisa aja lu Cit" jawab Nos dan L bersamaan. "Yuk L" lanjut Nos lalu kemudian mereka naik ke atas lift. Meninggalkan Elsya yang hanya bisa menggelengkan kepalanya mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Suasana kantor yang nyaman tentunya bisa menambah semangat kerja para karyawan untuk bekerja lebih baik. Dengan adanya beberapa fasilitas menarik seperti arena bermain, ruangan santai, kursi pijat dan lain-lain tentunya membuat betah para karyawan di kantor dalam menjalankan pekerjaan. Semua ini adalah buah pemikiran dari ketiga pentolan 3MP, yang menerapkan hal tersebut dengan menciptakan kantor yang cool dan fun.

Contohnya di lantai 2 terdapat ruangan GYM buat para karyawan yang bisa digunakan baik pagi hari sebelum jam kantor maupun sore hari selepas jam kantor usai. Di lantai 6 terdapat beberapa hiburan, misalkan disediakan beberapa permainan baik itu game PS3 lengkap kaset, LCD TV maupun meja bilyar buat mereka saat diwaktu senjang.

Sama halnya di ruang sales & Marketing, saat Nos tiba diruangan tersebut seluruh team menyapa dan memberikan hormat kepadanya.

"Ada yang nyariin gw gak pagi ini?" Tanya Nos ke beberapa teamnya.

"Gak ada pak" jawab sekertarisnya.

"Oh kirain ada, padahal gw udah nyiapin diri mau ketemu ma orang" ujar Nos dengan mimik serius.

"Terus kami apaan pak?" Tanya salah satu manager marketing.

"Oh iya ding, kalian orang yah... hihihi ups sorry kirain" ujar Nos yang sudah dengan muka jahilnya yang hampir tiap pagi ada aja bahan untuk ngeledekin teamnya.

"Kirain apaan pak?" Tanya teamnya yang hampir bersamaan.

"Kirain manusia... heheheheh"

"Gak lucu pak," jawab sekertarisnya yang pagi ini tampil cantik.

"Kalo gak lucu kenapa kalian ketawa?" Tanya Nos.

"Karena gak lucunya itu makanya kami ketawa... hahahahahaha" jawab sekertarisnya lagi dan akhirnya tawa merekapun pecah menampakkan keakraban antara sesama team divisi sales & Marketing di ruangan tersebut.

"Gitu dong, sebuah pekerjaan diawali dengan sebuah senyuman... ya udah gw masuk dulu yah" ujar Nos dan di oke-kan yang hampir bersamaan oleh teamnya. " eh... lupa, SEMANGAT PAGI" Lanjut si Nos lalu teriakkan penyemangat buat semuanya.

"PAGIIIIIIIII PAK" Teriak bersamaan semuanya.

"APA KABAR HARI INI?" Teriak Nos kembali.

"LUAR BIASA, TETAP SEMANGAT DAN HU HA" Balas teamnya kembali dan menyuarakkan bersama-sama dua kata terakhir sambil memperagakan dua tangan bergantian seperti kata 'yes' memaju mundurkan lengan mereka masing-masing.

"Ok, Jer lu pimpin yel-yel dong" ujar Nos menunjuk salah satu Manager marketing lainnya.

"Ok semuanya, kita nyanyikan yel-yel kita pagi ini buat penyemangat kita dalam menjalani pekerjaan kita" kata Jerry yang sudah bersiap-siap memimpin yel-yel mereka.

"1... 2... 3... 3MP didadaku, 3MP kebanggaanku, ku yakin hari ini pasti menang" bersama-sama mereka menyanyikan lagu yel-yel mereka dengan nada seperti garuda didadaku dan tangan kanan mereka didekapkan didada mereka.

"Minggir dong... minggir dong... minggir dong... minggir dong 3MP mau lewat, jangan ditengah-tengah nanti terinjak-injak... minggir dong... minggir dong... minggir dong" lanjutan nyanyian mereka sambil menghentakkan bersama-sama kaki kanan mereka dilantai seperti menginjakkan sesuatu seirama dengan nadanya.

"3MP" Teriak Jerry.

"LUAR BIASA" Teriak balasan seluruh team termasuk si Nos.

"3MP" teriak Jerry kembali.

"HU HAAAAA"

Plak... plak... plakkk...

Setelah yel yel selesai mereka bertepuk tangan, tanda bahwa mereka sangat bersemangat senin pagi ini untuk mengawali pekerjaan mereka masing-masing.

Setelah semuanya selesai Nos segera melangkah masuk kedalam ruangannya yang dimana didepan pintu nampak sebuah tulisan 'Sales & Marketinh Director'. Berbeda dengan ruangan L yang dipenuhi beberapa berkas-berkas dan dokumen keuangan perusahaan. Justru ruangan Nos bisa dikatakan cukup simple, dengan papan white board yang terletak di tengan berhadapan dengan mejanya. Ada sebuah LCD TV juga tentunya. Dan juga ada beberapa foto-foto atcivity team seluruh indonesia yang tertempel di sebuah papan yang telah didesain olehnya. Saat tak lama dia mengecheck beberapa email tiba-tiba sebuah pesan masuk di HPnya dari Al.

Dear All :
20 menit lagi kita teleconference, aku harap semua sudah stand by saat aku menghubungi kalian. Thanks
"Ada apalagi yah si bos?" Gumam Nos pelan lalu segera mempersiapkan beberapa data yang mungkin akan dipertanyakan oleh Al saat telecon nanti.

Tepat pukul 10.00 wib dimana masing-masing yang dikirimkan sebuah pesan tadi oleh Al sudah stand by di tempat. Tak lama merekapun menerima telfon Al, dan semua team langsung mengangkat telfonnya masing-masing.

"Halo, morning all... sudah ada semua gak?"

"Pagi bos, gw sekarang lagi dikantor... udah stand by sejak tadi" ujar Nos.

"Iya bos, gw sekarang ama Citra dan Kim stand by di meeting room... si Nos doang gak tau dimana" ujar L di telfon.

"Gw diruangan L, lagian lu gak manggil gw euy... mentang-mentang lu diapit ma 2 awewe cakep... bagi-bagi nape" celetuk Nos kembali.

"Bercandanya bentar dulu yah, ada beberapa hal yang ingin aku diskusikan sama kalian"

"Siap bos"

"Oke bos"

"Jadi gini, aku mau nanya sama kalian... bagaimana pandangan kalian terhadap bisnis kuliner saat ini?"

"Eh busyet... jangan bilang lu mau buka bisnis kuliner bos?" Ujar Nos yang nyeletuk duluan.

"Nos serius dikit napa" L menegur Nos.

"Ok, ada yang tidak mengerti dengan pertanyaanku?"

"Ngerti bos... ok kalo menurut gw bisnis kuliner saat ini sedang berkembang... banyak pengusaha kecil berlomba-lomba mencoba bisnis Kuliner di tiap daerah dengan berbagai menu dan jenis tema yang mereka buat" ujar L.

"Kalo menurut Citra sih pak, bisnis kuliner itu menjanjikan margin yang besar dan tentu saja membuat para pebisnis menginvestasikan uangnya ke bisnis kuliner tersebut" Ujar Citra yang juga ikut menjawab.

"Tak banyak juga sih yang gulung tikar bos" L menambahkan.

"Menurut saya bisnis kuliner bukan hanya di indonesia saja yang menjanjikan sebuah keuntungan besar buat si ownernya, tetapi hampir di semua negara saat ini" giliran Kim menambahkan jawabannya.

"Kayaknya semua udah dijawab ama yang lain Al, kalo gw hanya menambahkan pengkategorian masing-masing bisnis kuliner tersebut" ujar Nos yang mulai akan menjelaskan opininya saat ini. "Jadi gini, bisnis kuliner dibagi menjadi 3 bisnis model, pertama sudah jelas Resto yang berkelas premium... yang harga permenunya di atas 50 ribu perporsi, ada yang western food misal Steak, pizza, chinese food, japanese food dan lain-lain... dimana disekitaran jakarta cukup ramai pengunjugnya saat ini... tapi kalo masalah tempat sih kategori premium tidak bisa di lihat dari bangunannya yah... karena ada juga yang di mall, di hotel, atau berdiri sendiri... nah model yang kedua itu misalnya kayak RM padang, atau mungkin kayak di daerah selatan Al... walaupun modelnya kayak tenda gitu akan tetapi harga permenunya lumayan juga kan... maksud gw masih di atas 20 ribuan perporsi... nah model ketiga itu Lokal in Lower Al yang gw bisa bilang inilah yang saat ini sedang menjamur diberbagai daerah... gw bisa bilang harga permenunya dibawah 20ribu dan tidak menyediakan menu yang banyak... biasanya hanya nasi goreng, warteg, bakso, atau bisa juga dikatakan kayak warung singgah dibeberapa jalan trans jawa misalnya, atau mungkin kayak ikon di masing-masing daerah kayak di surabaya rawon setan, atau di makassar Coto gagak, kayak dimanado Tinutuan wakeke atau dimedan RM Nelayan atau kaki lima lah misalnya... nah sasaran lu dimana Al?

"Hemm... menarik"

"Busyet dah... gw dah panjang kali lebar ngejelasin lu cuma nyeletuk simple Al" ujar Nos sambil menggelengkan kepalanya.

"So?" Ujar Kim dan L.

"Oke gini... aku gak tertarik untuk membuka bisnis kuliner saat ini... tapi aku ingin mempunyai bisnis yang bisa mengsupport atau menyupplay apa yang di inginkan mereka saat ini" Ujar Al kayak menggantung ucapannya barusan.

"Kan sampai saat ini kita juga sudah menyupllay ke beberapa Horeca Al, misal Tissue kita" Ujar L.

"Bedanya yang aku maksud itu, adalah fokus ke bisnis mereka... berapa omset kira-kira rata-rata resto yang ramai saat ini perday nya?"

"Relatif sih Al" Ujar L kembali.

"Wah itu harus disurvey dulu pak" Jawab Citra.

"Gak perlu disurvey... gini aja, gw bilang minimal 200ribuan perhari... itu gw ambil angka terkecil dengan asumsi perporsi 10 ribu dengan pelanggan perharinya 20 orang... simple kan... dan gw tau apa yang akan lu tanyakan selanjutnya Al... tapi lu lanjut dulu lah" ujar Nos yang sudah mulai menangkap arah ucapan si Al.

"Emang gak salah kamu pegang posisi Sales & Marketing Nos... jadi gini, kira-kira jika 20 orang memakai tissue kita... perharinya omset kita berapa?" Tanya Al kembali.

"Cakep... gw ngerti maksud lu Al, jadi gini teman-teman... kalo tissue kita kan mungkin pemakaiannya gak sampai habis perpack perharinya... karena orang pake tissue hanya dua sampai tiga lembar saja perorang, jadi jika omset Restonya 200rbu kita hanya kebagian 1500 perak doang... coba bayangkan kalo di tiap menu sebuah resto kita bisa support didalamnya 10 - 20% dari bahan bakunya... itukan yang lu maksud Al?" Ujar Nos yang sudah mampu menangkap apa yang dipikirkan Al saat ini.

"Cakep Nos, yap betul... dan aku lagi dapat tawaran memegang produk untuk pendistribusian ke HorecaBa (Hotel, Restoran, Catering dan Bakery)" Ujar Al mulai menggantung lagi ucapannya.

"Produknya apaan Bos?" Tanya Kim.

"SatuLever Kim, Khusus divisi Food Servicenya dan aku disuruh megang seluruh Indonesia... gimana menurut kalian?"

"Deal Al... gw udah bisa ada gambaran pola kerja dan strategy kita akan seperti apa nantinya" ujar Nos lagi.

"Berapa yang harus gw persiapkan untuk Bank Garansinya Al?" Ujar L menjawab dari sisi Financenya"

"Apakah kita akan merekrut karyawan baru pak?" Ujar Citra.

"Kalo saya bisa menambahkan, ada baiknya masing-masing divisi mempersiapkan semua persentasinya dan kita coba persentasikan ke bos untuk masing-masing plan kalian" ujar Kim.

"Khususnya Kang Nos, tolong buatkan aku persentasi BSPnya (Bussines Strategy Plan) yah... tenang, karena aku juga akan buat... jadi nanti kita satukan apa yang kamu buat dan aku buat"

"Beres Al, serahin ama gw dah... gw yakin tuh pihak SatuLever akan terkesimah dengan presentasi BSP gw nantinya... oh iya kapan kita ketemu dengan pihak manajemen mereka?" Ujar Nos dengan sangat percaya diri.

"Dua minggu depan kang, insya allah kalo gak ada halangan" Jawab Al.

"Amiinnnn..." jawab mereka bersamaan.

"Ok akhir kata aku hanya mau bilang thanks banget atas kerja samanya selama ini"

"Sama-sama bos"


Ke-esokan harinya dengan menggunakan SUV kesayangannya, Nostra saat diperjalanan pulang menuju appartementnya. Tiba-tiba saja mendapatkan telfon dari Elsya. Beberapa saat dia mengernyitkan alisnya karena heran kenapa gadis itu meneflonnya. Walaupun beberapa kali sudah sering jalan berdua diluar jam kerja, tetapi selama ini yang menghubungi adalah Nostra.

"Yah Sya"

"Assalamualaikum wr wb Pak" ujar Elsya diseberang.

"Eh... walaikumsalam Sya, maaf tadi lupa beri salam" jawab Nos sambil cengingisan ditelfon.

"Maaf pak, apa Elsya mengganggu bapak?" tanya Elsya.

"Gak kok Sya, gw lagi menuju pulang sih"

"Bapak sibuk gak malam ini?"

"Sesibuk apapun gw, kalo buat lu sih gw balakan cancel semua kesibukan gw"

"Bisa ketemuan sekarang gak pak? Ada yang Elsya ingin katakan"

"Sejam lagi gw jemput yah Sya, lu lagi dirumah kan?"

"Iya pak, ya udah Esya tunggu yah dirumah" ujar Elsya dan segera Nos memutar arah Mobilnya menuju rumah gadis itu.

Beberapa menit kemudian...

Saat diperjalanan Elsya nampak diam diatas mobil, karena memang kebiasaan karena aura kepemimpinan Noslah yang membuat Elsya selalu gugup berhadapan dengan Mr. Nos. Berbeda dengan Nos yang sengaja diam menganalisa apa yang akan dikatakan olehnya.

"Katanya tadi mau ngomong sesuatu Sya?" Ujar Nos membuka obrolannya.

"Eh anu pak" jawab Elsya gugup.

"Udah gak usah gugup ama gw lah Sya, kan udah sering juga kita jalan berdua kek gini"

"Iya sih pak, tapi Elsya gak tau harus memulai dari mana mengatakannya" ujar Elsya yang menunduk malu.

Nampak Nos melirik kesamping sebentar, dan mendapatkan sebuah wajah yang sedih karena memegang sebuah beban dipundaknya saat ini. Ada suatu masalah tentunya yang akan dikatakan oleh gadis itu. Maka Nos segera menggenggam tangan kanan gadis itu untuk memberikan kekuatan agar dia mampu mengatakan masakahnya saat ini.

"Gak usah sedih, udah sekarang cerita ke gw yah... apa masalah Elsya saat ini"

"Gini pak, saat ini ibu Elsya dibandung sedang sakit... dan Elsya gak pu..." ucapan Elsya terpotong oleh Nos.

"Sekarang kita kebandung, gw dah tau apa masalah lu saat ini" ujar Nos makin menggenggam erat tangan gadis itu. "Dan gak usah nangis, karena Nostralah orang paling tepat yang bisa membantu Elsya dengan ikhlas" lanjutnya.

"Tapi pak?"

"Gak ada tapi-tapian... sekali lagi lu nanya, gw bakalan cium lu" ujar Nos membuat Elsya tersenyum dan sekilas air matanya mengalir di kedua pipinya.

"Kenapa bapak baik banget ama Elsya?"

"Karena gw sayang ama lu tau... ah kok pake nangis segala sih Sya?" Tanya Nos saat melihat air mata gadis itu.

"Gak pak... Elsya bingung mau ngomong apa" sambil menunduk tiba-tiba Nos memberika tissue kepada gadis itu.

"Nih hapus air mata lu... dan sekarang kita ke bandung"

"Beneran nih pak mau kebandung sekarang?"

"Iya kenapa emangnya? Besok gw bakalan nelfon ibu Citra minta izin kalo lu lagi kebandung karena orang tua sedang sakit"

"Tapi kan Elsya gak ada pakaian ganti... apa sebaiknya kita pulang dulu ambil pakaian ganti?"

"Ada toko baju disana kan? Ada mini market juga kan? Semua keperluan kita beli disana aja... gitu aja kok repot" jawab Nos dengan entengnya.

"Iya tapi kan Elsya gak punya duit"

"Ada Nostra Elsya... dan kalo mau lu pinjam aja duit gw... ntar lu balikin nyicil aja tiap bulannya 10rbu dan juga ntar biaya pengobatan ibu Elsya juga dicicil aja 10rbu perbulan"

"Kok 10ribu sih pak?"

"Anggap aja formalitas... atau mau ganti aja denga cara nikah ma gw?" Tanya Nos sambil cengingisan membuat suasana didalam mobil udah nyaman lagi.

"Ih bapak... sukanya becanda terus"

"Kalo gw suka ma elunya tuh serius kali Sya" jawab Nos.

"Tapi kan bapak punya tunangan"

"Iya kan hanya tunangan doank... belom resmi juga kan?"

"Ada aja jawaban dari bapak untuk ngeles"

"Hahahaha... udah mending lu bobo aja dulu... ntar kalo dah nyampe dibandung gw bangunin deh"

"Iya pak gak papa, kasian bapaknya nyetir sendirian gak ada yang nemenin ngobrol" ujar Elsya tapi mulutnya sering saja menguap membuat Nos tertawa.

"Hahaha... gaya lu Sya, padahal udah ngantuk berat... udah gih sana bubu aja yah"

"Makasih pak, ntar lagi deh"

"Ya udah terselah Elsya aja deh kalo gitu"

"Pak Nos, sekali lagi makasih yah"

"Sami-sami neng"


Kota Bandung dengan udaranya yang sejuk membuat orang yang kesana seakan ingin berlama-lama tinggal disana. Begitupula yang terjadi kepada Nostra saat ini, diapun banyak mengingat semua kenangan dulunya saat masih bersekolah di kota tempat kelahirannya.

Saat tiba dirumah sakit yang sebelumnya sudah dijelaskan oleh Elsya sebelum dia tertidur. Maka saat diparkiran Nos segera membangunkan gadis disebelahnya yang sudah terlelap tidur sejak masuk di tol Cikampek. Hadeh... cukup lama juga si Nos menyetir sendirian.

"Sya... sya... udah sampe nih" ujar Nos saat membangunkan Elsya.

"Hoaemmm... aduh maaf pak, Elsya ketiduran" ujar Elsya saat terbangun dan mengumpulkan nyawanya kembali ke kesadarannya.

"Biasa aja kali Sya, memang seharusnya lu tidur"

"Yuk pak kita turun"

"Tau kamarnya?" Tanya Nos.

"Tadi barusan di sms sama si teteh pak"

"Oh ya udah yuk" ujar Nos lalu mereka berdua masuk kedalam rumah sakit menuju kamar bangsal yang sudah di infokan oleh kakaknya si Elsya melalui sms tadi.

Sebuah kamar yang lumaya luas, ada beberapa ranjang pasien yang full terisi oleh pasien yang sakit. Nampak seorang ibu setengah baya sedang terbaring ditemani seorang pria juga yang tak lain adalah ibu dan ayah si Elsya saat ini.

"Assalamualaikum yah" sapa Elsya lalu menyalim tangan ayahnya.

"Eh Elsya... kok datang gak bilang-bilang sih nak?" Tanya ayahnya kaget melihat anak gadisnya sudah tiba dibandung.

"Iya yah, tadi tiba-tiba aja pak Nos ajakin ke bandung"

"Oh iya siapa nak?" Tanya ayahnya melihat Nos masih berdiri disebelah putrinya.

"Oh iya hampir lupa, kenalin yah... pimpinan diperusahaan Elsya bekerja" ujar Elsya memperkenalkan Nos ke ayahnya.

"Nostra aji om" ujar Nos memperkenalkan diri lalu membalas jabat tangan ayahnya Elsya.

"Maafin putri bapak yah Pak Nostra, sudah merepotkan bapak"

"Gak kok pak, ini juga Nos yang ngajakin Elsya untuk menjenguk ibu dirumah sakit" ujar Nos sambil tersenyum ramah.

"Kamu Sya, ngerepotin aja pak Nostra nya"

"Iya pak, habisnya pak Nos yang maksa kebandung" jawab Elsya yang sudah menggenggam tangan ibunya yang masih tertidur pulas.

"Sya bentar dulu yah... gw mau keluar bentaran" ujar Nos sedang memikirkan sesuatu.

"Emangnya mau kemana pak?" Tanya ayahnya Elsya.

"Gak kok pak, bentar doang" jawab Nos.

"Temenin atuh neng si bapaknya keluar" ujar ayahnya menyuruh Elsya.

"Ya udah yuk pak Nos"

"Gak usah Sya, bentar doang kok... ya udah Nos permisi dulu yah pak" ujar Nos yang sudah pamitan lalu kekuar menuju suatu tempat.

Tiba-tiba tak lama dua orang suster dan juga Nos sudah kembali kekamar, lalu segera si sister seperti mempersiapkan sesuatu.

"Pak... Nos minta maaf sebelumnya, dan Nos mohon bapak jangan tersinggung yah... Nos pindahin ibu ke ruangan VVIP yah pak" ujar Nos membuat Elsya dan ayahnya terkejut.

"Loh pak Nos, kami gak punya biaya buat bayarin di ruangan VVIP" jawab ayahnya bingung.

"Semuanya Nos yang nanggung pak" ujar Nos tersenyum sambil membantu para suster mengangkat beberapa barang.

"Aduh jangan deh pak, biar di..." ujar Elsya sudah terpotong karena Nos sudah melototkan matanya dihadapannya.

"Maaf pak Nos, jadi makin merepotkan pak Nostra lagi nih" ujar ayahnya yang tak henti-hentinya mengucapkan kata terima kasih ke Mr.Nos.

Setelah mengurus dan membereskan perpindahan kamar ibunya Elsya dan Nos berjalan-jalan keluar kamar sambil mengobrol sesuatu.

"Makasih yah Pak atas bantuannya" ujar Elsya saat mereka sudah keluar kamar VVIP.

"Sudah seharusnya gw sebagai calon mantu membantu ibu loh Sya" ujar Nos.

"Ih mulai lagi deh pak Nos" ujar Elsya sambil mencubit ringan pinggang pria disebelahnya.

"Emangnya lu gak mau jadi bini gw Sya?" Tanya Nos.

"Bukan gitu pak tapi..." jawab Elsya terputus.

"Udah... berarti gw anggap lu gak mau jadi bini gw yah?"

"Aduh kan serba salah lagi" ujar Elsya bingung.

"Semuanya serahin sama aa yah Sya, kalo jodoh pasti kita akan menyatu kok" ujar Nos yang sudah memegang tangannya dan dibalas pula oleh gadis itu.

Tanpa sadar sepasang mata melihat keduanya dari arah kejauhan, untuk memastikan apalah pria itu adalah pria yang dia kenal. Maka diapun mendekat ke arah Nos dan Elsya.

"Aduh beneran dia tunangan Hellen, duh kasian banget si Hellen" gumam orang itu pelan.

Akhirnya tak lama Nos pamit untuk mencari hotel untuk tempatnya menginap malam ini.

"Ya udah gw pamit dulu yah Sya, lu nginap sini aja... biar gw nyari hotek aja yg gak jauh dari sini" ujar Nos.

"Ya udah... hati-hati yah pak, dan ingat jangan nangal ama mojang-mojang disini" ujar Elsya tersipu malu setelah mengucapkan kalimatnya barusan.

"Hahahaha... cemburu yah?"

"Ahhh bapak... udah ah sana pergi" ujar Elsya mendorong Nos untuk menjauh karena dia sangat malu dihadapan bosnya saat ini.

"Ya udah... aa pamit yah neng"

"Ti ati ya a Nos"

"Hihihi... gitu donk" ujar Nos sambil memegang pipi kiri Elsya.

"Sekali lagi makasih yah a"

"Iya neng... ya udah deh byeeee... kalo ada apa-apa langsung nelfon aja yah"


○●○​


Pagi ini Bandung diguyur hujan dari tadi Subuh. Hujan rintik-rintik ini terus-menerus mengguyur kota Bandung, hingga terasa cuaca menjadi lebih dingin. Keadaan seperti ini ternyata membuat orang semakin malas untuk pergi bekerja. Mereka lebih senang menarik selimutnya kembali untuk menikmati dinginnya cuaca di pagi hari.

Tiba-tiba setelah Nos bangun segera diapun hanya bermodalkan gosok gigi dan mencuci muka, tanpa mandi karena mengingat pakaiannya masih sama dengan pakaian semalam. Maka diapun keluar hotel untuk mencari pakaian ganti.

Setelah berbelanja keperluan selama dibandung baik itu pakaian maupun keperluan mandi, maka diapun segera balik hotel untuk mandi.

Setelah selesai semuanya pria itupun segera bergegas kembali ke Rumah sakit karena mengingat Elsya belum mempunyai perlengkapan sama sekali. Dan ternyata begitu tiba didalam kamar, nampak orang yang begitu dikenalnya mengejutkannya pagi ini.

"Eh si eneng... ngapain disini?" Tanya Nos saat melihat Hellen pagi ini dikamar VVIP tempat ibu Elsya dirawat.

"Bener yah kata temen Hellen a" ujar Hellen yang mengetahui bahwa ucapan temannya semalam itu benar adanya.

"Mana Elsya?" Tanya Nos karena tak melihat Elsya dikamar.

"Dia lagi pergi nyari sarapan a" jawab Hellen.

"Ibunya belum bangun yah?" Tanya Nos karena melihat ibu Elsya masib tidur dan tak mendapati ayahnya dikamar. Hanya Hellen sendiri menemani ibu Elsya pagi ini.

"A... Hellen pengen ngomong ama aa sekarang" ujar Hellen dengan wajahnya yang sedih.

"Hilangkan pikiran negatif kamu saat ini yah neng... apa yang kamu fikirkan itu semua hanyalah sebuah kesalah pahaman doang" ujar Nos yang sudah mengetahui apa yang dirasakan oleh tunangannya saat ini.

"Jangan ngomong disini a... gak enak ama Elsya kalo ketahuan... karena biar gimana dia adalah sahabat Hellen dari kecil" ujar Hellen dan diiyakan oleh Nos.

Sebuah cafe kecil yang tak jauh dari Rumah sakit menjadi pilihan Nos dan Hellen pagi ini untuk mengobrol sesuatu. Setelah menelfon Elsya dan minta izin bahwa Hellen sedang ada keperluan mendadak maka diapun pergi bersama Nos untuk mendapatkan penjelasan dari tunangannya.

"Hikz... hikz... ayo a, kenapa aa berselingkuh dibelakang Hellen?" Tanya Hellen yang tiba-tiba saja sudah mengeluarkan air matanya dihadapan tunangannya.

"Hadehhhh... ini nih yg bikin gw puyeng" ujar Nos bingung.

"Ayo a... hikzz... hikz... jelasin ama Hellen sekarang"

"Oke gini... Elsya karyawan aa dikantor... dan dia minta tolong di antar kebandung semalam... dia gak punya duit makanya aa nolongin dia... udah gitu aja"

"Bohong a... bohong banget... dan dia itu sahabat Hellen aa... Arghhhhhhh, kenapa sih aa sekingkuh??" Masih saja menangis gadis itu tak menerima perselingkuhan tunangannya bersama dengan sahabatnya.

"Gini neng... kamu percaya sama aa gak nih?" Tanya Nos yang mencoba menjelaskan ke Hellen, sambil memegang kedua tangannya Nos mulai memberikan ketenangan kepada Hellen.

"Sakit a... sakit banget hati Hellen saat ini... hikz... hikz... hikz"

"Aa tau... pasti saat ini perasaan kamu lagi sakit, tapi mau gimana lagi neng? Aa kan bilang aa dan dia gak ada hubungan apapun... tak lebih dari rekan kerja doang" ujar Nos.

"Bohong... ayo ngaku aa"

"Neng tau sifat aa kek gimana?" Ujar Nos yang sudah merubah nada suaranya menjadi nada kesal.

"Iya a... tapi sakit loh a dikhianati kek gini" ujar Hellen masih tersendu.

"Kalo aa udah bilang sekali klo dia bukan siapa-siapa aa, neng kudu percaya yah... karena aa orangnya sekali ngomong doang, malas ngejelasin panjang kali lebar lagi" ujar Nos.

"Iya a... tapi... tapi kok aa ke bandung gak ngomong sih ama eneng?" Ujar Hellen yang sudah mulai menghapus air matanya, karena dia sangat kenal betul sifat tunangannya saat ini. Sekali ngomong dan dengan tegas maka itulah yang sebenarnya terjadi.

"Karena aa kebandung itu ngantarin Elsya doang... dan kalo aa ngasih tau kamu, pastinya kamu akan marah karena jalan dengan cewek lain.... benerkan?"

"Iya... tapikan lebih sakit lagi kalo neng taunya dari orang lain"

"Gak penting loh neng diperpanjang masalah ini... dan aa cuma mau ngomong sekali aja, percaya sama aa yah"

"Iya a... neng percaya banget ama aa Nos" ujar Hellen yang sudah menyandarkan kepalanya dibahu tunangannya.

"Nah gitu dong baru dibilang ratunya Nostra aji prasetyo... hehehe" ujar Nos membuat suasana makin menyenangkan.

"Ihh aa... hehehehe, btw a... neng kangen banget ama aa" ujar Hellen manja dipelukan Nos.

"Baru juga dua minggu lalu ketemuan neng... kok kangen lagi sih" ujar Nos.

"Ihhhh... neng itu maunya ketemuannya tiap hari a"

"Siapa yg memilih kuliah dibandung?" Tanya Nos.

"Hellen sih a... tapi tapi kan... maksdnya" ujar Hellen.

"Udah... jadi bukan salah aa dong kalo kita berjauhan... padahalkan diJakarta kampusnya juga banyak dan gak kalah bagus dengan dibandung"

"Iya a... tapi neng sukanya dibandung atuh a"

"Ya udah... btw berapa lama lagi kamu selesai kuliah?" Tanya Nos sambil meminum kopinya.

"2 tahunan lagi a selesai"

"Ya udah, setelah kamu wisuda kita nikah aja... udh gak sabar pengen merawanin kamu sayang"

Damm!

Sedetik Hellen terdiam. Ucapan Nos cukup membuatnya bersedih apabila Nos mengetahui kenyataan pahit tentang dirinya saat ini. Menyesal, tapi diapun juga menikmatinya selama berhubungan dengan Nickolai.

"Emangnya aa kuat kalo malam pertama? Hihihi" ujar Hellen mencoba berbicara dan mengalihkan kesedihannya. Kali aja emang Nos payah diranjang. Itulah pikirannya saat ini.

"Ya elah nih anak... udah nakal yah sekarang?" Ujar Nos makin mengeratkan pelukannya.

"Ihhh aa... kan Hellen udah dewasa juga kali a... kan sering baca-baca di internet atau gak, dengar dari teman-teman"

"Iya tapi awas... jangan sampai kebablasan... ingat kata-kata aa kan? Sekali kamu berbuat salah, maka aa akan meninggalkanmu tanpa menoleh sedikitpun kebelakang" ujar Nos.

"I... iya... aa, Hellen akan jaga kepercayaan aa selama ini dan gak akan mengecewakan aa dikemudian hari"

"Gitu dong... hehehe"

"Oh iya kapan aa balik jakarta?"

"Tergantung si Elsya aja neng... aa mah ngikut aja"

"Aa... hemmm, boleh Hellen minta sesuatu?" Tanya Hellen makin manja.

"Apaan lagi nih sayangku" ujar Nos mencubit hidung tunangannya.

"Minta sangunya a"

"Hahahaha... kirain mau bulan madu ama aa... sabaraha neng?"

"Emang aa berani bulan madu sekarang?"

"Husshhh... ngawur kamu neng kalo ngomong... nanti aja kalo udah nikah yah" ujar Nos tapi dalam hatinya pengen banget mengatakan iya sama tunangannya.

"Hehehehe... aa gak normal yah?"

"Hei... Nosta Ajie Prasetyo itu normal senormal-normalnya yah... aa ngelakuin itu semata-mata hanya ingin menjaga kehormatan neng aja... aa bisa aja mengambil virginnya si eneng... tapi aa masih berfikir bahwa betapa bahagianya aa jikalau semuanya aa dapatkan saat dimalam pertama kita nanti" jawab Nos.

"I... iy... iya sih a"

"Ya udah... eh ngomong-ngomong kamu gak kuliah yah hari ini?"

"Kuliah dong a... nih neng udah bbm temen neng, kali aja bisa numpang ke kampus bareng"

"Mau aa anterin?" Tanya Nos.

"Udah... gak usah a, mending aa temenin Elsya gih di rumah sakit... ada teman Hellen otw kesini... cowok sih a... namanya Nickolai teman kampus eneng" jawab Hellen.

"Hemm... ya udah hati-hati aja, jangan sampai yang aa bilang tadi yah"

"Beres deh aa ku sayang... muachhhh" ujar Hellen lalu mengecup pipi kanan Nos.

Tak lama menunggu sebuah honda Brio baru saja tiba dicafe tersebut. Tiba-tiba teman yang dimaksud Hellen tadi turun karena di telfon sebelumnya Hellen menyuruhnya sekalian turun aja dan dikenalin ama tunangannya.

"A... kenalin teman Hellen... yg suka jadi ojekan Hellen dan temen-temen cewek lainnya" ujar Hellen memperkenalkan Nickolai saat tiba di cafe.

"Hai brad... gw Nos yah"

"Nick bang" balas Nick menjabat tangan Nos.

"Ya udah... masih mau mesen kopi atau mau langsung ngampus?" Tanya Nos.

"Langsung aja deh a... takut telat"

"Ya udah kalian hati-hati yah"

"Rebeesss bang" ujar Nickolai dan akhirnya keduanya meninggalkan Nos dicafe.


Bersambung.....

By TJ44

Me & U - PRIVATE SECRET 15



STUPID BOY


Sayup-sayup sinar sang surya menembus jendela kosan Reva pagi ini, masih mengumpulkan setengah nyawanya diapun mengucek-ucek kedua matanya untuk mengembalikan kesadarannya dipagi hari ini.

Sedih dan sebuah rasa penyesalan menghinggapi perasaannya saat ini, mengingat kejadian semalam membuatnya mengeluarkan air matanya. Masih bermalas-malasan gadis itu meregangkan kedua tangannya ke atas lalu mencoba bangun dari tempat tidurnya.

"Hoaemmmm"

"Hah?" Ujar Reva tiba-tiba karena melihat keadaannya sekarang masih lengkap dengan pakaian tidur yang semalam dia pakai.

"Rian... yann lu dimana?"

Reva bangkit dari ranjangnya sambil berjalan menuju ke toilet. Karena kosannya sekarang lengkap dengan toilet dalam.

"Hah?? Kok gak sakit yah?" Ujar Reva saat membuka seluruh pakaiannya karena mengingat pagi ini dia harus bekerja, lalu mencoba meraba selangkangannya.

"Apakah gw hanya mimpi yah semalam?" Gumamnya pelan.

Setelah selesai berpakaian lalu gadis itu mencoba menghubungi Rian pagi ini.

"Halo yan, semalam lu pulang jam berapa?" Tanya Reva saat Rian mengangkat telfonnya.

"Gak lama kamu tidur, aku langsung balik Va... karena Indah semalam minta dijemput" ujar Rian diseberang.

"Syukurlah kalo gitu" ujar Reva lega karena mengingat kejadian semalam hanyalah sebuah mimpi buruk belaka.

"Kenapa gitu Va?"

"Gak... gak papa yan, ya udah kalo gitu... gw mau berangkat kerja dulu"

"Ya udah hati-hati yah"

"Oke deh... byeeee"



Sebuah sedan all new Civic pagi ini melaju dengan kecepatan sedang menuju ke Hotel Clarion. Karena setelah beberapa hari yang lalu berdiskusi dengan ke dua sahabatnya untuk posisi yang akan menghandle bisnisnya di area indonesia timur, maka manajemen memutuskan bahwa kandidat yang akan mengisi posisi tersebut lebih baiknya dari orang dalam.

"Halo pak Toto, pagi ini aku ngantor di tempat bapak yah" ujar Al saat menelfon pak toto.

"Oke pak Al... saya tunggu dikantor pak"

Saat tiba di hotel, dia tak segera menghubungi pak Toto tetapi lebih memilih menengok si Reva. Al dengan santai melangkah masuk ke receptionis.

"Eh Al... ngapain lu disini?" Tanya Reva saat melihat Al baru saja masuk dari pintu lobby hotel.

"Mau melamar kerja Va" ujar Al saat tiba di meja receptionis.

"Hehehe... cie cie yang udah mau kerja" ujar Rio nyeletuk, salah satu teman kelas Al dulu dijaman sekolahan.

"Pak Toto ada?" Tanya Al.

"Ngapain lu nyari big-boss?" Tanya Reva nampak menyelidik.

"Kepo kamu Va... urusan aku donk" jawab Al lalu tiba-tiba matanya bertemu pandang dengan rahma yang baru saja tiba di meja receptionis.

"Hai Zy... ngapain disini?" Tanya Rahma menyapa Al pagi ini.

"Mau check in ma," jawabnya.

"Bo'ong banget lu Al... paling juga mau ngelamar jadi OB dia mah" ujar Reva.

Tiba-tiba ada panggilan masuk di HP Al dari pak Toto membuat Al harus menjauh dari mereka.

"Iya Pak, ok aku bentar lagi naik ke ruangan bapak"

Ruang GM milik Pak Toto dengan ruangan lumayan luas, terlihat beberapa berkas tertata rapi di lemari besi belakang meja pak Toto. Al duduk berhadapan dengan Pak toto sambil mengobrol mengenai perkembangan hotel beberapa bulan terakhir.

"Jadi begini pak, aku butuh seorang Regional Business Director buat menangani bisnisku di wilayah indonesia timur" ujar Al dengan mimik muka yang serius sambil menatap wajah pak Toto dihadapannya.

"Iya pak terus? Apakah udah ada kandidat untuk mengisi posisi tersebut?" Tanya Pak Toto.

"Udah" jawab Al.

"Alhamdulillah pak kalo gitu, biar nanti saya akan support apa aja yang beliau butuhkan" ujar Pak Toto sambil tersenyum.

"Menurut pak Toto, untuk growing bisnis di area Sulawesi apa yang harus kita lakukan?"

"Wah... kebetulan dulu saya pernah bekerja di FMCG juga pak... justru di bisnis hotel saya baru 2 tahun belakangan ini menguasainya... jadi menurut saya, untuk wilayah Sulawesi saat ini sedang di dominasi oleh bisnis FMCG khususnya di bidang Home Care... dan beberapa produk RTD (Ready To Drink), dan juga mungkin di bisnis kuliner" ujar Pak Toto.

"Ok bisa kasih gambaran sedikit, seperti apa yang bapak maksud?" Al mulai bertanya sambil menyiapkan buku agenda kecilnya yang selalu dibawanya disaku celananya tiap saat.

"Pertumbuhan ekonomi sudah jelas makin meningkat di wilayah sulawesi, dan juga masyarakat saat ini khususnya sulawesi lebih mementingkan harga dibanding kualitas"

"Hemm... jawaban bapak masih belum menjawab pertanyaanku" ujar Al sambil tersenyum membuat suasana supaya tidak kaku.

"Jadi gini, produk home care yang saya maksud itu adalah produk-produk rumah tangga... nah saya sangat optimis produk baru 3MP akan menguasai pasaran indonesia timur"

"Hemm... kenapa bapak sangat yakin?"

"Karena dinilai dari sisi price pak, terakhir istri saya membeli produk tersebut walaupun masih sedikit avaibilitynya dimarket... ternyata harganya sangat jauh dibawah produk kompetitor... tetapi kualitasnya hampir sama dengan kompetitor"

"Kalau bapak diposisi bisnis distribusinya, apa yang akan bapak lakukan untuk meningkatkan salesnya?" Al memposisikan dirinya agak santai sambil menyandar di kursi.

"Saya akan lakukan TP(Trade Promotion) pak, karena biar bagaimana yang memegang kendali peningkatan omset kita itu ada di tangan grosir maupun wholesalers"

"Contohnya?"

"Saya akan mengajukan kontrak grosir memakai koin emas, bukan kontrak volume diskon... karena emas adalah salah satu investasi yang sangat bagus... dan juga pihak grosir akan senang apabila diberikan sebuah hadiah atas kerjanya selama ini... maka mereka akan bergairah menjual produk kita semakin banyak dibandingkan menjual produk kompetitor... karena menurut saya, iklan produk yang paling bagus itu adalah iklan yang keluar dari mulut si grosir... konsumen akan mendapatkan informasi lebih detailnya dari para grosir dibanding kita buat iklan Vtv ataupun iklan media cetak... cuma berapa persen doang efektifnya untuk menunjang peningkatan sales dimasa akan datang"

"Menarik, mungkin akan saya fikirkan bareng team marketing"

"Tambahan lagi pak, mungkin adakan team spreading di area pinggiran... karena saya sangat yakin jika kita memakai pola obat nyamuk bakar... menyisir area pinggiran maka sales produk kita lebih mudah diterima di market dibanding di daerah perkotaan"

"Apakah bapak udah persiapkan counter attack dari para kompetitor?" Tanya Al sambil mencatat beberapa poin yang disebutkan oleh pak Toto barusan.

"Pastinya pak, kompetitor pasti akan melakukan perlawanan balik terhadap kita... tapi, selama ini pengalaman saya di FMCG... kompetitor akan melakukan down price gila-gilaaan dimarket... tetapi tetap tidak mampu menyaingi price kita saat ini... karena kenapa? Karena price kita masih selisih 35% dari harga kompetitor.... dan imposible apabila kompetitor menyamakan harganya dengan harga kita"

"Lebih tepatnya 40% pak" ujar Al.

"Yah lebih kurangnya begitulah pak... hehehe"

"Oke, pertanyaan aku yang kedua... bagaimana cara menentukan target per area buat produk kita?"

"Kalau saya, berapa jumlah rumah di area tersebut... maka itulah sasaran target kita... tidak muluk-muluklah, 5% saja kita bisa merebut market share kompetitor itu sudah sangat lumayan"

"Adakah gambaran jumlah valuenya?"

"Berapa yang pihak manajemen inginkan, itulah yang akan saya kejar... tapi tanpa menelan mentah-mentah target yang diberikan oleh manajemen... karena harus melihat kondisi dan aktivity kompetitor kedepannya nanti... jadi intinya, kalau bapak bisa mendapatkan data avarage sales kompetitor... maka kita akan bisa menentukan target yang akan kita capai"

"Kalau aku bilang target yang manajemen inginkan untuk 3 bulan terakhir sebesar 3 Milyar... menurut bapak bagaimana?"

"Hemm... saya optimis bisa mengejarnya dalam waktu 3 bulan"

"Bisa coba gambarkan salesnya datang dari mana?" Al mulai mengasah kemampuan pak Toto tentang dunia Distribusi.

"Berapa harga perkartonnya pak?"

"127 ribu perkarton, isi 24 Pcs"

"Berapa jumlah langganan yang teregister di data base?"

"Sekitaran 40 ribuan toko"

"Saya hanya butuh 25% saja kita bisa masukin ke toko-toko tersebut... masing-masing toko kita coba system konsinyasi menitip jualkan 2 karton perbulannya... dengan memberikan sebuah gimmick CP (Consumers Promo), supaya membuat konsumen menjadi tertarik untuk membeli produk kita... dan tentu saja dibantu oleh pihak toko untuk memperkenalkan produk kita ke mereka... yah dengan cara yang tadi saya bilang pak... target volume"

"Oke saya lock statement kamu saat ini... dan apakah bapak sudah mempunyai kandidat untuk menggantikan posisi bapak di hotel?"

"Maksud bapak?" Tanya Pak Toto sedikit terkejut atas ucapan Al.

"Untuk posisi RBD east Indonesia itu akan aku berikan ke bapak"

"Alhamdulillah pak... insya allah akan saya buktikan kepada manajemen karena sudah yakin dan percaya kepada saya untuk memegang amanah tersebut"

"Jadi apakah bapak sudah punya kandidat untuk mengisi posisi bapak di hotel?"

"Reza pak... Marketing Manager kita"

"Atas dasar apa bapak memilih dia?" Tanya Al sambil meminum soft drink dihadapannya yang sebelumnya disiapkan oleh pak Toto.

"Karena biar bagaimana dia paling mengerti akan bisnis hotel saat ini, dan hanya dia yang mampu memegang kendali di Hotel ini"

"Attitudenya gimana?"

"Saya bisa pastikan attitudenya lumayan baik pak selama ini bekerja dengan saya"

"Oke... semua keputusan ada di tangan pak Toto... nanti lebih detailnya biar ibu Citra yang akan menjelaskan kebapak mengenai semuanya"

"Siap laksanakan pak... dan sekali lagi terima kasih atas kepercayaan manajemen terhadap saya pak"

"Ur Welcome... ini juga karena hasil kerja keras bapak selama ini... dan juga tentu saja atas masukan dari pak Ferdi selaku pemilik Hotel sebelumnya"

"Oh iya waktunya makan siang pak... bapak mau makan dimana? Biar bareng saya saja makannya"

"Hemm... apa aja deh" ujar Al yang sudah membuka Hpnya dan melihat beberapa pesan masuk maupun telfon masuk karena tadi sempat dia silent HPnya.


Mall Panakukang yang terletak di jalan Boulevard berhubungan dengan jalan Adiyaksa maupun jalan pengayoman tampak ramai pengunjung. Baik dari anak muda yang hanya sekedar nongkrong maupun orang dewasa yang menghabiskan duitnya untuk berbelanja keperluan mereka.

Sore ini Al janjian dengan Rahma di Mall Panakukang, saat setelah memarkirkan mobilnya di parkiran mall maka segera Al mengkonfirmasi ke Rahma bahwa posisinya sudah di TKP.

Excelso Cafe menjadi pilihan Al saat ini untuk janjian bersama Rahma, maka saat dia tiba di meja bagian dalam maka seorang waiters menghampirinya untuk menawarkan pesanan yang di inginkannya.

Selang beberapa menit akhirnya orang yang di tunggupun tiba juga, dengan penampilan santai dan tak lupa jilbab berwarna hitam menambah kecantikan gadis itu, membuat Al hanya tersenyum menatap dari kejauhan.

"Hai Zy... sorry aku telat" ujar Rahma saat beberapa menit kemudian gadis itu tiba di TKP yaitu Exelso cafe yang berada di lantai 1 depan pintu masuk Mall.

"Aku juga baru tiba kok" ujar Al sambil mempersilahkan Rahma untuk duduk dan memesan minumannya sendiri.

Secangkir hot chocolate baru saja disajikan oleh waitersnya dihadapan si Rahma, lalu Al melirik ke waiter itu dan mengucapkan 'terima kasih'. Walau telah bertahun tidak melihat gadis dihadapannya akan tetapi wajah itu tidak bakal bisa Al lupakan. Wajah yang dulu pernah menolak cintanya di masa putih abu-abu.

"Dari tempat kerja atau sempat pulang kerumah dulu?" Tanya Al memulai pembicaraan.

"Aku pulang dulu kerumah keles... biasa cewek Zy, harus dandan dan lain-lain dulu" jawab Rahma sambil menyeruput minumannya sambil tersenyum ke arah Al.

"Dari rumah tadi jam berapa?"

"Jam 4... dan pertanyaanmu basi amat sih Zy, yang berbobot kek. Hehehehe" ujar Rahma sambik geleng-gelengkan kepalanya.

"Maaf atas kejadian itu malam" ujar Al yang rada malu mengingat kejadian didalam mobilnya dua hari yang lalu.

"Gak apa-apa Zy, kan aku juga butuh... dan juga aku udah mengungkapkan perasaanku sama kamu"

"Eh, kenapa jadi ngomong kaya gitu yah... Sorry, aku cuma mau bilang kalo aku benar-benar mau ketemu dengan kamu" ujar Al masih sedikit kaku membuat Rahma tersipu dan segera pindah tempat. Lebih tepatnya disamping Al duduk berdua di sofa berwarna coklat dengan cahaya sedikit remang membuat suasana makin mendukung.

"Iya, aku tau"

"Kenapa kamu pindah tempat?” tanya Al saat Rahma sudah menyandarkan kepalanya di pundak Al.

"Emang gak boleh aku menyandar dibahu kamu?" Ujar Rahma sambil mendongakkan wajahnya menatap wajah Al.

Kembali suasana saling diam. Al hanya memandang meja-meja di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa dijadikan bahan pembicaraan, sayangnya tidak banyak tamu saat ini.

"Kok diam Zy?" Tanya Rahma kembali.

"Bingung mau ngomong apa" ujar Al sambil meminum kembali minumannya, sebetulnya lebih tepatnya mencairkan dahaganya dari sebuah kebingungan.

"Hahahahaha... udah, gak usah bingung... kan aku udah ada sekarang" ujar Rahma sambil melingkarkan lengannya diperut Al.

"Ini kita ngapain yah ma?"

"Pacaran Zy," ujar Rahma singkat.

Suasana mereka berdua saat ini memang yang selama ini dinantikan oleh Al, berdua dengan wanita yang dicintainya membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Kadang Al hanya sesekali menarik nafas panjang memikirkan semua yang selama ini dilewatinya. Ada perasaan dalam hati ingin mengungkapkan jati dirinya saat ini, akan tetapi logikanya mengalahkan segalanya. Karena prinsip Al saat ini yaitu mencari pasangannya dikemudian hari adalah seorang wanita yang menerimanya apa adanya. Bukan karena melihat apa yang ada pada dirinya sekarang.

"Oh iya tadi ngapain kamu ketemu dengan pak Toto?" Tanya Rahma yang sudah mulai mengangkat kepalanya dari bahu Al, dan meminum minumannya kembali.

"Ada penerimaan marketing Ma, kali aja bisa lulus dan bekerja dengan kalian"

"Ohhh berarti nanti kamu jadi bawahannya mas Reza donk" ujar Rahma sambil meletakkan kembali gelas minumannya dimeja.

"Hehe... cowok kamukan"

"Kamu marah yah?" Tanya Rahma menyesal telah menyinggung nama Reza di antara mereka.

"Ngapain juga aku marah Ma, kan aku bukan siapa-siapa kamu" ujar Al.

"Tapi kamu calon suami aku Zy, diakan hanya pilihan orang tuaku saja... andai kamu bisa membuktikan ke papa aku bahwa kamu bisa jadi lebih baik dari mas Reza... insya allah kan kita bisa menikah dikemudian hari"

"Hufhhh... gak tau juga Ma, apakah masa depanku bisa lebih baik dari si Reza atau malah jauh lebih buruk" Al sepertinya belum mau membuka jati dirinya saat ini, TSnya pun bingung kok dia main rahasia-rahasiaan sih. Kan sekali ngomong, dia bakalan bisa dengan gampang mendapatkan wanita impiannya selama ini.

"Stttttttt... Rahma yakin kamu bisa Zy," ujar Rahma sambil meletakkan telunjuk kanannya dibibir Al.

"Maybe," ujar Al membalasnya dengan singkat.

Tidak ada lagi wajah kaku yang beberapa menit yang lalu terlihat. Sekarang mereka tertawa ceria, senyum dan tawa membuat Rahma terlihat lebih cantik, dalam hati Al bahkan baru menyadarinya kalau gadis itu terlihat lebih cantik dari yang selama ini ada diingatannya. Atau mungkin selama sepuluh tahun ini Al membayangkan dia seperti wanita penyihir yang telah melukai hatinya. Entahlah, karena dalam hatinya saat ini adalah menikmati saja masa-masa berdua dengan gadis itu.

"Anyway, terusin lagi donk cerita tentang pacar kamu si Reza" ujar Al.

"Mau cerita apa lagi?" Tanya Rahma heran.

"Ya, apa aja. Kalian jadiannya kapan... atau apalah" jawab Al sambil tersenyum dan menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Aku ketemu dia di sini Al, kita ketemu secara gak sengaja... lalu berlanjutlah keseringan ketemu, sering ngobrol, sering jalan terus… yah, enak aja kalau bareng dia..* ya udah, kebetulan dia juga saat bertamu ke rumah, papa dan mama aku langsung srek ma dia... udah deh gitu aja" jawab Rahma membuat Al jadi dongkol kembali.

"Koq, gak diajak kesini" tanya Al.

"Ntar ada yang cemburu lagi... hehehe, gak kok, sekarang dia lagi sibuk karena banyak kerjaan kali" jawab Rahma sambil tersenyum menatap wajah Al yang rada dongkol.

"Aku doain kalian baik-baik aja, dan kedepannya bisa nikah. Amin…amin…" ujar Al sambil mengangkat kedua tangannya dengan gaya berdoa lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aku maunya ma kamu Zy"

"Amiiiiiiinnnnnnn" ujar Al sambil tertawa kecil membuat suasana cair kembali.

Tidak terasa mereka sudah lama duduk dicafe, meja-meja disebelah mereka juga sudah mulai terisi. "

"Kita jalan keluar, yuk." Ujar Rahma dan Al hanya menggangguk mengiyakan permintaan Rahma. Setelah membayar dikasir akhirnya mereka memutuskan berjalan-jalan sambil melihat-lihat di Mall. Tak lupa Rahma dengan manja menggandeng lengan Al seperti halnya pasangan suami istri.

Mereka berhenti di depan toko baju bermerk internasional.

"Masuk yuk, temenin aku nyari baju" ujar Rahma.

"No problem, yuk" jawab Al lalu merekapun masuk kedalam toko tersebut.

Selagi Rahma sibuk memilih-milih baju yang tergantung, Al sama sekali gak tau mau ngapain. Dia hanya bisa memperhatikan gadis itu.

"Yang jaga toko pasti ngirain kita suami istri yah Zy" ujar Rahma berbisik. Al gak menjawab hanya mengangkat kedua bahunya.

"Aku tunggu di luar ya" ujar Al karena makin lama dia jadi serba salah, ini pertama kalinya dia masuk ke toko pakaian berdua dengan wanita. Sementara Rahma kelihatan masih serius memilih baju, maka Al melangkah keluar. Baru beberapa langkah tiba-tiba Rahma teriak.

"Papa tunggu di kasir ya," suara Rahma lumayan keras, atau memang disengaja, cukup untuk membuat beberapa pasang mata melirik ke arah mereka berdua. Membuat Al cuma bisa tersenyum meringis.

"Udah selesai belanjanya, Ma?" Ujar Al saat melihat Rahma keluar setelah beberapa menit di dalam toko. Al mengulurkan tangannya untuk membawa tas kertas berisi baju.

"Sorry ya, ngerepotin kamu"

"No Problem... hehehe" jawab Al.

“Kamu tau kalau nanti kita punya anak, aku mau anak cewek. Trus baju-bajunya aku pengen kayak gitu" ujar Rahma manja sambil menggandeng lengan Al lalu menunjuk beberapa pakaian anak kecil yang terdispay didepan kaca disalah satu toko pakaian baby yang baru saja mereka lewati.

Akhirnya mereka berdua berjalan ke lantai dasar, air mancur yang ada di depan mall sudah terlihat. Rasanya Al belum mau keluar. Karena dalam benaknya saat ini jika keluar berarti, mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa. Kata hatinya masih belum mau mengakhiri sore ini.

"Kamu mau pulang jam berapa?" Tanya Rahma membuat Al sedikit tersadar dari lamunannya. Kata ‘pulang’ sebenaranya tidak ingin dan terasa berat didengar ditelinga Al. Dia melirik ke jam tangannya. Sepertinya Al masih ingin menjalani sore ini lebih lama.

"Kamu naik apa tadi kesini, Ma?" Tanya Al.

"Taksi... hehehe" jawab Rahma saat mereka tiba di depan pintu Mall.

"Gimana kalau kita jalan-jalan lagi? Karena kebetulan aku masih bawa mobil yang kemarin" ujar Al menawarkan ke Rahma, karena cuma Ide tersebut yang Al bisa ucapkan untuk menahan gadis itu untuk tetap bersama dengannya. Dan terlintas begitu saja dalam kepalanya.

"Ya udah yuk" jawab Rahma dan akhirnya mereka melangkah menuju parkiran tempat mobil Al teroarkir tadi. "Bentar yah, kamu jangan bersuara aku mau telfon mas Reza dulu yah" lanjutnya saat mereka sudah berada didalam mobil.

Saat Rahma sibuk menelfon Reza bahwa dia pulangnya agak telat, Al hanya bisa kembali memandang gadis itu dari samping, entah kenapa Al begitu menikmati setiap momen memandang dia. Tanpa harus mengucapkan satu kata, cukup hanya dengan memandang dia saja.

"Hei, jangan melamun... yuk jalan" ujar Rahma memecahkan lamunan Al setelah menutup telfonnya tadi.

"Hemmm, ya udah yuk jalan"



Tak terasa waktu sudah lumayan menunjukkan jam 10 lewat. Lalu Al menutuskan untuk mengantar gadis itu pulang. Saat mereka tiba didepan rumah Rahma, tiba-tiba papa Rahma melihat Rahma turun dari mobil Al. Lalu kemudian mendekat ke arah mereka.

"Rahma, dari mana aja? Mana Reza?" Tanya papanya mengagetkan Rahma.

"Eh papa, Mas Reza lagi sibuk pa... banyak kerjaan katanya" jawab Rahma.

"Siapa dia?" Tanya Papanya saat Al turun dari mobilnya lalu mendekat ke arah Papanya Rahma.

"Kenalkan pah, dia teman Rahma... namanya Izzy" ujar Rahma memperkenalkan Al ke papanya.

"Alfrizzy om" ujar Al memperkenalkan dirinya.

"Papanya Rahma, kenapa gak masuk nak?" Ujar Papanya sok ramah karena melihat sebuah mobil sedan yang dikendarai si Al saat ini. Mungkin dibilang papanya Rahma itu seorang yang materialistis.

"Iya pak gak usah, mungkin lain kali aja" ujar Al mencoba menolak tawaran papanya Rahma.

"Ya udah... kalo gitu om masuk dulu" ujar Papanya lalu meninggalkan mereka berdua di depan rumah.

"Hemmm... Ma, aku pulang yah" ujar Al mencoba pamit ke Rahma.

"Ya udah... hati-hati yah sayang, kalo udah nyampe rumah sms" jawab Rahma sambil tersenyum.

"Oke deh... ya udah aku pamit yah"

"Gak cium dulu?"

"Hehehe... ya udah sini... muachhhhh" ujar Al yang langsung mengecup kening gadis itu.

"Ya udah ti ati yah," ujar Rahma lalu Al pamit dan meninggalkan Rahma yang masih berdiri melihat mobil Al sampai keluar dari gapura perumahannya.

Rahma melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, dan sang papa sudah menunggunya diruang tamu saat ini.

"Siapa dia?" Tanya papanya saat Rahma sudah masuk kedalam rumah.

"Teman Rahma pah" jawab Rahma menunduk.

"Apa kerjaannya? Bibit, bobot, bebetnya bagaimana?" Tanya Papanya.

"Saat ini anu pa... dia itu kerja bareng Rahma dihotel" jawab Rahma berbohong.

"Bosnya Reza dong? Atau?"

"Anu pah... itu dia itu... eh" jawab Rahma terbata-bata kaku bingung mau menjawab apaan ke papahnya.

"Kenapa kamu gak menjawab pertanyaan papa?"

"Pokoknya dia itu satu level dengan Reza pah" jawab Rahna berbohong lagi.

"Ya udah syukur deh kalo gitu, kelihatan sih dari penampilannya kalo dia itu berasal dari keluarga terhormat" ujar Papanya yang sudah tersenyum kembali.

"Iya pah, ya udah Rahma naik dulu ke kamar yah pah... mau bersih-bersih dulu"

"Oke sipp" jawab Papanya lalu Rahma melangkah naik ke kamarnya dengan berbagai perasaan yang tak menentu saat ini.


Ke-esokan harinya kembali Rahma dan Al sedang jalan berduaan menuju sebuah rumah makan didaerah pantai losari. Saat mereka baru saja turun dan lengan Al sedang menggandeng lengan Rahma, tiba-tiba sepasang mata melihatnya dari arah kejahuan. Lalu pemilik mata tersebut mendekati mereka berdua yang baru saja akan masuk kedalam rumah makan tersebut.

"Rahma," Ujar orang tadi membuat Rahma terkejut lalu melepaskan lengannya dilengan Al.

"Eh Mas Reza... ngapain mas disini?" Tanya Rahma yang sudah ketangkap basah oleh Reza sedang berselingkuh dibelakangnya.

"Kamu memang perempuan tak tau di untung... ternyata selama ini kamu berselingkuh dibelakanhku yah... dan kau juga, sudah tau Rahma punya cowok kenapa masih didekatin?huh!" Ujar orang itu yang ternyata si Reza pacar Rahma.

"Bukan salah Rahma, ini salahku" ujar Al masih dengan gayanya yang cool.

"Halaaahhhh... kalian berdua memang sama" ujar Reza yang sudah terbakar api cemburunya saat ini.

"Mas... ini salah sangka, biar Rahma jelaskan nanti"

"Apa lagi yang mau dijelaskan? Nanti biar aku yang bilang ke papah kamu bahwa kamu ternyata selingkuh dibelakangku" ujar Reza.

"Pak Reza, biar aku jelasin kalo..." ujar Al terputus.

"Udah... anda tidak sepantasnya ngomong denganku... dan jangan pernah dekatin lagi tunanganku... Rahma sini, kamu ikut denganku sekarang" ujar Reza memutus ucapan Al lalu menarik lengan Rahma.

"Jangan kasar dengan wanita bos... biasa aja kalo bertingkah" ujar Al dingin.

"So what?huh! Anda mau cari masalah denganku?" Ujar Reza yang melangkah maju ke Al.

"Udah... udah... ngapain kalian, Zy... plis tinggalkan kami berdua.. dan mas Reza ayo kita pulang" ujar Rahma menengahi. Karena melihat kondisi Reza akan memukul Al saat ini.

"Mas Reza pliss... saat ini mas lagi terbakar cemburu sampai tidak berpikir jernih? Dan Zy tolong pergi dari sini" lanjutnya memeluk tubuh Reza dan menyuruh pergi Al. Mau gak mau akhirnya Al melangkah menjauh dan segera naik ke dalam mobilnya untuk meninggalkan tempat tersebut.

Saat tiba dirumah segera Reza menyuruh Rahma masuk kedalam rumah dan kebetulan papa dan mama Rahma sedang duduk diruang tamu.

"Duduk" ujar Reza menyuruh duduk Rahma.

"Ada apa ini? Kalian kenapa tiba-tiba datang sudah berantem?" Ujar papanya yang kaget melihat tingkah keduanya.

"Rahma selingkuh om" ujar Reza yang masih emosi.

"Hemm... si Alfrizzy yah?" Tanya papanya.

"I... iya pah... tapi dia hanya teman Rahma kok... gak lebih" jawab Rahma menunduk.

"Dia bohong om... aku memergokin mereka sedang bermesraan" ujar Reza.

"Ok... begini nak Reza, om hanya bisa menerima keputusan Rahma... siapa pria yang akan dia pilih... baik si Alfrizzy ataupun kamu" jawab Papanya menengahi mereka.

"Iya om... tapi aku gak terima kalo dia bersekingkuh sama orang yang levelnya jauh dibawahku" ujar Reza membela diri.

"Maksud kamu?" Tanya papanya lagi.

"Jangan dengarkan mas Reza pah... udah mas... plisss mending kamu pulang aja sekarang" ujar Rahma yang sudah meneteskan air matanya di depan mereka.

"Kamu diam Rahma... biar papa mendengarkan penjelasan nak Reza sekarang" ujar Papanya dengan mimik muka yang marah.

"Iya om... dia itu berasal dari keluarga biasa aja... dan juga asal usul kerjaannya juga gak tetap... karena itu aku gak terima kalo dia menjadi sainganku saat ini" ujar Reza.

"Kata Rahma, dia kerja di tempat kalian?" Sekarang mamahnya yang angkat bicara.

"Dia bohong tante... mana ada model kayak gitu kerja ditempat kami, dan sebelum dia melamar ditempat kami... aku duluan yang akan menolaknya" jawab Reza yang masih dengan keadaan emosi membuat Rahma menggelengkan kepalanya tak terima Al dihina didepan kedua orang tuanya.

"Rahmaaaa.... kenapa kamu membohongi papa?" Ujar Papanya yang juga terpancing emosinya.

"Iya pah... tapi kan sekarang Izzy lagi berusaha untuk mencari kerjaan... dan Rahma yakin dia akan mendapatkan pekerjaan yang jauh diatas mas Reza" jawab Rahma sambil menangis.

"Stop kamu berhubungan dengan dia... laki-laki yang gak punya masa depan... gak pantas mendapatkan anak saya" ujar papanya.

"Tapi Rahma mencintai Izzy pah... hikz... hikz... hikz"

"Nak Reza... maafkan Rahma yah, dan om akan janji kejadian ini gak akan terulang lagi" ujar papanya.

"Paaahhhh... hikz... hikz..." rahma memohon ke papahnya, akan tetapi papahnya tidak menggubrisnya.

"Nak Reza... kapan kamu mau melamar Rahma?" Tanya papahnya.

"Secepatnya om, oh iya sekedar informasi aja... tadi siang Reza baru saja mendapatkan informasi dari pak Toto bahwa Reza sebentar lagi akan dipromosikan naik jabatan menjadi General Manager loh om menggantikan pak Toto, karena beliau dipromosikan juga naik jadi direktur... nah kalo Reza udah jadi GM, Reza akan langsung melamar Rahma om" jawab Reza sedikit membusungkan dadanya, bangga akan jabatannya saat ini.

"Alhamdulillah yah nak Reza... om bangga dengan kamu" ujar Papahnya.

"Lihat itu Rahma... masa kamu gak mau punya suami seorang General Manager?" Ujar Mamanya yang sudah memeluk Rahma dan mencoba menasehati anaknya.

"Tapi Rahma cintanya sama Izzy mah"

"Udah lah nak... kenapa juga kamu pertahankan orang kayak dia yang gak punya masa depan... lihat nak Reza, dia sudah mapan dan sebentar lagi jabatannya akan naik... apa kamu gak bangga?" Nasehat mamanya tetap tak bisa membuat Rahma berpaling dari Izzy.

"Tapi mah..."

"Udah, gak ada tapi-tapian... papa setuju nak Reza menjadi suami kamu. Titik" bentak papanya membuat Rahma terdiam dan mau gak mau dia harus menurutin perkataan papahnya saat ini.

"Ya udah kalo gitu Om, Reza balik dulu yah... karena masih ada kerjaan yang harus Reza selesaiin sekarang" ujar Reza berpamitan kepada mereka.

"Iya nak, maafin anak om yah"

"Iya Om... Reza sayang banget sama Rahma om... makanya Reza berbuat kayak gini" jawab Reza yang memang dia beneran cinta dengan gadis itu.

"Ya udah, Reza pamit yah om... tante... Rahma" ujar Reza dan di iyakan oleh papa dan mamahnya Rahma.

"Ma... mas Reza minta maaf yah udah kasar ma kamu tadi" ujar Reza ke Rahma.

"Iya Mas gak apa-apa"

"Ya udah Asslamualaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab mereka bertiga bersamaan.



Malam harinya sebuah Motor Ninja 600cc berwarna hijau sedang membelah jalan menuju perumahan Minasa Upa, berpakaian santai hanya menggunakan Tshirt dengan jaket kulit berwarna coklat. Dan juga jeans biru menemani Al malam ini menuju rumah Rahma. Al ingin sekali membuka jati dirinya saat ini dihadapan kedua orang tua Rahma. Dan semoga saja kedua orang tuanya bisa menerima Al karena sebetulnya dialah owner dari tempat anaknya bekerja saat ini.

Brummmm... bruummmm...

Banyak mata melihat motor Al saat melaju dijalan raya Alauddin, apalagi saat dilampu merah. Banyak yang mengagumi kuda besi tunggangan pria tersebut.

Saat tiba didepan rumah Rahma, Al segera memarkirkan motornya lalu turun menuju pintu rumah gadis itu yang kebetulan pagarnya tidak tertutup.

Tok... tok... tok...

"Assalamualaikum" ujar Al saat mengetuk pintu rumah Rahma.

"Wa'alaikum salam... siapaaa?" Suara Rahma teriak dari dalam membalas salam Al dari depan pintu.

"Eh Rahma" ujar Al saat Rahma membukakan pintu rumahnya.

"Izzy... ngapain kamu kesini?" Tanya Rahma terkejut melihat Al sudah berada didepan pintu rumahnya.

"Siapa Ma?" Tanya Papanya yang keluar melihat siapa yang datang.

"Ini pah... si Izzy" jawab Rahma ketakutan.

"Malam Om" sapa Al sambil tersenyum.

"Ohhh kamu toh, mau ngapain kamu kesini?" Tanya papahnya dengan pandangan yang berbeda sebelumnya waktu pertama kali bertemu dengan Al.

"Ini om... mau bertamu aja" jawab Al masih dengan gayanya yang cool.

"Naik apa kamu kesini?" Tanya papanya melihat ke arah pekarangan rumahnya dan mendapati motor Al terparkir di depan rumahnya.

"Itu om, naik motor... hehehe" ujar Al mencoba tersenyum.

"Motor siapa yang kamu pinjam?" Tanya papahnya dengan senyum sinisnya seakan memandang remeh si Al.

Dammm!

Al sangat tersinggung dengan ucapan papahnya Rahma, akan tetapi dia masih bisa menahan diri. Karena sebentar lagi dia akan membuka jati dirinya bahwa siapa dirinya sebetulnya.

"Pah... plis jangan gitu dong" ujar Rahma memotong ucapan papahnya.

"Kamu diam" bentak papahnya.

"Itu motor aku om" jawab Al mencoba menahan emosinya saat ini.

"Hemmm... mahal loh tuh motor" ujar Papahnya masih dengan senyuman sininya.

"Hehehe... bisa aja sih Om"

"Kok kamu tertawa?" Ujar papahnya yang mencoba mendekat ke arah Al. Membuat Rahma sedikit gemetar dan was-was jikalau sesuatu yang akan terjadi nanti.

"Gak kok om, ini motor beli dari teman beberapa minggu yang lalu" jawab Al saat papahnya Rahma menepuk-nepuk pundaknya.

"Ohhhh... beli atau nyolong?" Ujar papahnya membuat Al mengepalkan kedua tangannya.

"Maksud om apaan?" Tanya Al menatap tajam wajah papahnya si Rahma.

"Iya maksud saya, kamu dapat duit darimana bisa beli motor kayak gitu?huh!" Ujar Papahnya makin menghina Al.

"Kalo om hanya ingin menghinaku, mending aku pamit saja om" ujar Al yang sebetulnya ingin sekali rasanya membuka jati dirinya saat ini. Tapi entah mengapa mulutnya seakan terkunci untuk berterus terang tentang siapa dirinya.

"Lebih baik... dan ingat, jangan lagi kamu dekatin anak saya... ingat... kalian itu tidak cocok, karena anak saya itu cocoknya dengan laki-laki yang mempunyai masa depan yang cerah. Camkan itu baik-baik" ujar Papahnya.

"Zy... plis mending kamu pulang aja sekarang" ujar Rahma.

"Makasih Om sudah menghinaku, semoga dikemudian hari om tidak menyesal karena sudah menghina dan mengusirku sekarang" ujar Al menatap tajam papah si Rahma. Bodoh sekali dirinya saat ini, yah itulah yang ada dibenaknya sekarang. Karena jika dia membuka jati dirinya pasti papahnya Rahma akan dengan senang hati menerimanya menjadi pendamping anaknya.

"Yah... ngapain saya menyesal?"

"Oke om, Rahma... aku pamit yah... Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" jawab Papahnya dan segera Al meninggalkan rumah gadis itu dan mengutuk keras kebodohannya saat ini.

Apakah Al menyesal tidak membuka jati dirinya saat ini? Belum tentu juga. Karena yang ada dibenaknya saat ini yaitu cuma satu. Akan membalaskan perlakuan papahnya Rahma dikemudian hari.

"Va... kamu dimana sekarang?" batin Al mengingat Reva saat diperjalanan pulang. Segera dia menepi dan menelfon si Reva untuk menemaninya malam ini menghilangkan rasa kesal dan amarahnya terhadap perlakuan keluarga Rahma.

Bersambung....

By TJ44

Me & U - PRIVATE SECRET 14



COMING OUT


Rumah bergaya western dengan cat bernuansa coklat dan beberapa goresan cat kuning gading membuat rumah tersebut terlihat mewah. Kolam ikan dengan pancuran air di sebuah patung ayam jago menandakan empunya rumah berasal dari kota Daeng. Yap, Ayam Jantan dari timur itulah selogan buat sang pahlawan dari kota Makassar. Beberapa mobil mewah, ada Lamborghini, Audi A8, Range Rover maupun JEEP Wrangler terparkir dengan rapinya digarasi rumah dan juga sebuah SUV Grand CH yang saat ini mesinnya sedang dipanasin oleh Al. Yah rumah tersebut yang terletak disebuah perumahan elita ibu kota adalah milik Al.

Saat Al akan naik ke atas mobil tiba-tiba HPnya berdering menandakan adanya panggilan masuk. Nomor dengan kode area 0411, membuatnya mengernyitkan alisnya.

"Nomor baru, siapa yang nelfon pagi-pagi gini yah?" Gumam Al pelan lalu mengangkat telfonnya.

"Halo, selamat pagi Pak Alfrizzy. Saya Mira dari pengelola gedung appartemen Pnk Square, saat ini seseorang ingin berbicara dengan anda" ujar orang yang berbicara ditelfon.

"Iya dengan aku sendiri, siapa yah yang ingin berbicara denganku? Kenapa gak telfon saja langsung ke nomor HP aku?"

"Bentar yah pak, ibu nih silahkan" ujar Mira lalu sepertinya berbicara dengan seseorang diseberang.

"Hallo... Al, hadeeehhh susah amat lu di hubungin sih" tiba-tiba suara yang berbeda terdengar diseberang.

"Reva, ngapain kamu nelfon dari kantor pengelola?" Tanya Al sembari naik ke atas mobilnya lalu memasang headset dikedua kupingnya karena mengingat dia akan menyetir pagi ini.

"Ya elah, kalo gw punya nomor HP lu gak bakalan gw nelfon dari kantor pengelola"

"Ya udah mana nomor HP kamu, biar aku telfon ke HP kamu sekarang" ujar Al lalu mengambil sebuah pulpen disaku bajunya dan secarik kertas kecil siap-siap menulis nomor HP si Reva.

Setelah Reva menyebutkan nomor HPnya lalu Al segera menghubungi nomor tersebut.

"Halo Va, yah ada apa?" Ujar Al saat Reva mengangkat telfonnya.

"Gini Al, gw kan dah punya duit sekarang. Jadi gw rasa sudah saatnya gw keluar dari appartement lu dan nyari kosan buat gw"

"Loh kenapa? Kan kamu bisa hemat duit buat keperluan yang lain"

"Gak lah Al, gaji gw juga cukuplah untuk biaya keseharian gw dan juga untuk bayar kosan perbulannya... lagian gw juga gak enak numpang terus di appartement lu tau. Hehehe" ujar Reva membuat Al hanya geleng-geleng kepala.

"Kamu jangan ngambil keputusan sepihak dulu, tunggu aku di sana. Paling sorean aku tiba di appartement"

"Loh emangnya lu lagi dimana? Katanya lu lagi dijakarta?"

"Gak usah banyak nanya, udah yah. Aku mau jalan dulu byeeeee" ujar Al tanpa membiarkan Reva berbicara lalu kemudian menutup telfonnya sepihak.

Al menyetir SUVnya dengan kecepatan tinggi sambil menelfon seseorang.

"CKG UPG hari ini dan secepatnya kalo bisa" ujar Al.

"Maaf pak Al, yang available saat ini hanya bisnis class dan harganya diatas 4jtaan" Ujar pemilik travel langganan Al.

"Apakah pernah aku permasalahin masalah harga? Aku gak perduli" ujar Al dengan nada sedikit tinggi khas bahasa kota kelahirannya.

"Baik pak Al, dua jam dari sekarang pesawat akan boarding. Apakah Pak Al setuju atau kalo tidak pesawat jam 2 siang supaya memberi bapak waktu untuk preparation"

"Gak usah mikirin aku, lebih cepat lebih baik. Issued sekarang pesawat jam 10 yah" ujar Al dan akhirnya di 'oke'kan oleh pemilik travell. Kemudian Al menelfon Kim saat setelah menutup telfonnya dengan si pemilik Travell.

"Kim, please handle Head Office. Aku ada urusan mendadak yang harus segera aku selesaikan"

"L dan Kang Nos, aku hari ini lagi ada urusan mendadak. Kalo ada masalah urgent segera konfirmasi yah"

Setelah menelfon semuanya, Al segera memutar balik menuju bandara tanpa membawa persiapan baju. Karena dipikirannya saat ini adalah bagaimana caranya supaya dia bisa membatalkan keinginan gadis itu untuk keluar dari appartementnya.

"Kok aku memperdulikan gadis bodoh itu yah? Arghhhh perduli setan. Otakku mengatakan kenapa... tapi hatiku mengatakan lain" bathin Al sambil masih fokus menyetir. Dan beberapa menit kemudian sebuah pesan masuk di HPnya dari nomor pemilik travel mengirimkan kode booking tiketnya.



Dengan Civic hitam miliknya Al segera menjemput Reva di tempat kerjanya sore ini, setelah mengkonfirmasi dahulu melalui telfon.

"Hai sorry nih Al, gw lagi ada janji ma seseorang... bentar aja yah kalo mau ketemuan" ujar Reva saat menghampiri Al di parkiran.

"Aku dah bela-belain jemput kamu, kok malah kamunya janjian sama orang lain?" Ujar Al rada kesal.

"Yah mau gimana lagi Al, gw kan dah bilang tadi di telfon gak usah dijemput" ucap Reva sedikit membela diri sambil memperlihatkan wajahnya yang juga kesal dengan kelakuan Al yang tiba-tiba saja datang ditempat kerjanya.

"Jadi?" Tanya Al.

"Ya udah gw pergi dulu yah... bye Al bodoh" jawab Reva lalu segera meninggalkan Al diparkiran.

Al menatap punggung Reva yang sudah menjauh dan menghilang dibelokan gedung Hotel Clarion, dengan menarik nafas dalam-dalam Al sadar bahwa dirinya saat ini sedikit terguncang. Tanpa dia sadari perasaan-nya pada Reva makin tak menentu, membuatnya tak tahu harus berbuat apalagi.

"Hai Zy, ngapain disini?" Tiba-tiba Rahma menyapa Al, karena barusaja gadis itu keluar dari pintu karyawan.

"Eh Rahma, habis nganterin teman tadi Ma" jawab Al berbohong.

"Ohhh... kirain jemput Rahma" ujar Rahma sambil tersenyum dihadapan Al saat ini yang masih juga berdiri bingung dan keki tak tau mau ngapain.

"Maunya sih,"

"Hehehe... seriusan?" Tanya Rahma.

"Kalo gak mau juga gak apa-apa kok" ucap Al.

"Hayoo... siapa takut" ujar Rahma lalu menggandeng tangan Al mengajaknya masuk kedalam mobil.

"Loh harusnya aku yg gandengin tangan kamu tau, kamu kan cewek... udah sana naik" ujar Al melepaskan lengan Rahma dan menyuruhnya naik kedalam mobil.

"Ini mobil kamu Zy?" Tanya Rahna saat diperjalanan.

"Hemmm... bisa dibilang rental Ma, aku mah gak ada duit buat beli mobil tau" Jawab Al bohong.

"Tapi platnya itu loh... kayak nama kamu... 4 YP alias AYP, benerkan?"

"Kebetulan doang Ma, aku juga gak tau kenapa bisa sama... hehehe"

"Bo'ong banget kamu Zy, kamu gak bisa bohong ma aku tau" ujar Rahma sambil menatap wajah Al.

"Ya udah kalo gak mau percaya, lagian kan emang dari dulu aku gak pernah dipercaya ama kamu"

"Maksud kamu Zy?"

"Yah maksud aku, kamu gak percaya ma aku untuk jadi pacar kamu sejak dulu"

"Hehehe... maaf yah Zy, Rahma udah jahat banget ma kamu"

"Its Ok, udah lupain aja" ujar Al.

Tiba-tiba saat hampir tiba di tujuan yaitu Mall Ratu Indah, sebuah pesan masuk di HP Al membuatnya melihat pemilik sms tersebut. Reva mengirim SMS pada Al ("Lu lagi dimana?" Sms dari Reva), tapi Al saat ini ragu untuk membalasnya. Al berhenti di SPBU dulu untuk mengisi bahan bakar mobilnya. Tanpa Al sadari Saat mobil masuk kedalam SPBU, motor yang dikendarai oleh teman Reva dan jiga Reva berada di belakang sedang dibonceng oleh teman prianya baru saja lewat di sebelah mobilnya yang juga baru saja mengisi bahan bakar di SPBU yang sama.

"Eh stop dulu" ujar Reva menyuruh stop temannya tadi.

"Kenapa kamu Va?"

"Udah tunggu disini dulu, kayaknya tadi teman gw lagi ngisi bahan bakar di SPBU"

"Ohhh... ya udah buruan"

"Kok perasaan gw kek gini sih?" bathin Reva saat melihat mobil Al yang baru saja lewat didepannya. Dan karena kaca mobil Al tidak terlalu gelap maka dengan mudah Reva melihat dengan jelas siapa gadis yang berada disebelah Al saat ini.Rahma? Ada apa dengan mereka?" lanjutnya dalam hati dan lucunya dia tak punya keberanian untuk menahan mobil itu, bahkan sekujur tubuhnya terasa kaku dan batinnya saat ini sedang berkecamuk.


Beberapa saat kemudian...


"Makasih yah yan udah ngantarin gw dikosan gw yang baru" ujar Reva saat mereka udah tiba dikosan Reva yang baru.

"Iya gak apa-apa Va, ini memang udah tanggung jawab aku untuk ngantarin kamu" ujar Rian.

"Ya udah aku masuk dulu yah yan" ujar Reva dengan wajah lemas dan tubuhnya yang lunglai membuat Rian curiga dengan keadaan gadis itu.

"Kamu kurang fit yah Va?"

"Hemm... iya sih yan, gak tau kenapa badan gw jadi lemas kayak gini" ujar Reva sambil memijit-mijit belakang lehernya.

"Ya udah kalo gitu aku temenin kamu dikosan, siapa tau kamu kenapa-kenapa bentar" ujar Rian sambil melangkah masuk kedalam kosan Reva.

"Eh gak usah yan, gw gak apa-apa kok" ujar Reva mencoba menolak tawaran Rian.

"Udah gak usah bawel, aku hanya ingin menunggu sampai kamu tidur dan setelah itu aku akan pergi"

"Kenapa lu bisa berubah dalam sekejap?" Tanya Reva sambil menoleh ke arah Rian.

"Berubah kayak gimana Va?"

"Udah lupain aja, tapi beneran gw gak apa-apa kok yan kalo lu mau ninggalin gw di kosan"

"Va... biarkan Rian menemani kamu malam ini yah, pliss!" Rian memelas memohon kepada Reva membuat gadis itu hanya menganggukkan kepalanya tanda menyetujui permintaan Rian.

Ditempat yang berbeda nampak Al dan Rahma baru saja selesai makan malam bersama, sempat ngobrol bentar lalu kemudian mereka keluar dari resto tersebut menuju parkiran Mall untuk pulang.

"Hemm... Zy boleh nanya gak?"

"Iya tanya aja Ma, gak usah sungkan" jawab Al sambil menoleh tersenyum ke arah Rahma.

"Kamu masih suka denganku?"

"Kalo iya kenapa, kalo tidak kenapa?" Ujar Al.

"Kalo iya, Rahma berterima kasih karena masih mencintai Rahma sampai detik ini"

"Ma... kamu tau? Karena rasa cintaku dulu begitu besar terhadapmu, maka membuatku sekarang lebih mencintai diriku sendiri"

"Jadi?" Tanya Rahma yang matanya sedikit berkaca-kaca.

"Iya Ma, jadi sekarang itu aku lebih mencintai diriku sendiri daripada ke kamu"

"Kok muter-muter gitu sih Zy?"

"Bingung kan? Hehehe aku aja bingung" ujar Al mengalihkan perhatian.

"Zy..." ujar Rahma sambil menggenggam erat tangan Al.

"Ka... kamu kenapa Ma?" Tanya Al gugup.

"Cintailah aku sampai waktunya tiba Zy, hikz... hikz... hikz" jawab Rahma yang sudah tak bisa lagi membendung tangisannya. Air matanya membasahi kedua pipinya membuat Al tak kuasa menahan perasaannya saat ini.

"Kamu kenapa Ma? Kok kamu nangis?" Al udah mengusap air mata gadis itu dan memarkirkan mobilnya sebentar di sebelah kiri jalan.

"Aku itu... aku itu sebenarnya dari dulu juga mencintai kamu Zy... hikz... hikz... hikz... tapi... tapi papa aku gak menyetujuinya karena mengingat latar belakang kamu yang menurut papa tidak mempunyai masa depan... huaa... huaaa... huaa... dan kamu tau? Sakit Zy... sakit banget menolak kamu saat itu di perpisahan sekolah" ujar Rahma melampiaskan perasaannya selama ini ke Al.

"Hufhhhh... syukurlah akhirnya aku tau bahwa cintaku tidak bertepuk sebelah tangan selama ini" ujar Al sambil membalas genggaman erat tangan Rahma.

"Zy... plisss, buktikan ke papa aku bahwa kamu juga mempunyai masa depan yang cerah" ujar Rahma sambil menatap wajah Al dengan berlinang air mata. Widih pake berlinang pula nih kata-kata. Hehehe...

"Iya... iya aku harus gimana Ma? Aku kan saat ini gak punya kerjaan tetap dan duit juga pas-pasan... trus aku harus buktikan kayak gimana?" Tanya Al.

"Iya usaha kek... cari kerjaan kek yang tetap Zy... aku yakin kamu pasti bisa"

Ingin sekali rasanya Al mengungkapkan jati dirinya saat ini, akan tetapi perasaan dihati kecilnya menolak untuk mengungkapkannya. Apakah dia salah dengan keputusannya saat ini? Menurut TSnya sih belum tentu. Karena cinta tak bisa dinilai dengan materi. Tapi sebuah hubungan rumah tangga juga gak bisa berjalan tanpa sebuah materi.... hadehhhh gw TSnya aje bingung.

"Ya udah nanti aku coba nyari kerjaan tetap deh"

"Makasih Zy, dan makasih juga sudah menjaga cinta kamu ke Rahma selama ini"

"Iya Ma sama-sama"

Lama mereka saling menatap, dan sesaat kemudian kedua insan tersebut tanpa mengetahui siapa yang memulai. Bibir mereka bertemu dan sebuah ciuman mesrah yang selama ini mereka inginkan akhirnya terlaksana juga.

Rahma menarik leher Al untuk lebih mendekat ke arahnya. Dan segera gadis itu melingkarkan kedua lengannya dengan posisi miring di belakang leher Al. Ciuman mereka makin panas, bahkan lidah Rahma mulai memasuki rongga mulut Al saat ini.

"Hemmfffhhhhhhh"

Al akhirnya membalas permainan lidah Rahma dan membalas pelukan erat di punggung gadis itu, beberapa menit mereka melakukan french kiss membuat keduanya kehabisan nafas dan menghentikan kegiatan mereka saat ini didalam mobil. Kening mereka menyatu dan nafas keduanya memburu. Sambil menutup mata meresapi rasa sebuah ciuman mesra membuat dada Rahma maupun Al berdetak kencang.

"Love you Zy" bisik Rahma kemudian.

"Hemmm," jawaban Al membuat Rahma menarik nafas dan melepaskan keningnya sambil menatap kedua mata pria dihadapannya.

"Kenapa kamu gak jawab?"

"Aku bingung mau jawab apa," ujar Al tersenyum.

"Zy... aku akan menjadi wanita yang akan mencintai Kamu sepenuhnya, asal kamu bisa membuktikan ke keluargaku bahwa kamu memang punya masa depan yang cemerlang"

"Bingung Ma, aku juga gak tau menurut keluarga kamu itu yang cemerlang kek gimana"

"Hufhhhhhh... pokoknya punya kerjaan tetap dan penghasilan yang lumayan"

"Ntah lah Ma, biar waktu yang akan menjawabnya"

"Jangan pasrah gitu donk dengan nasib, aku yakin kamu bisa"

"Hemmmm... maybe"

"Kamu cintakan ma Rahma?"

"Iya bisa dibilang kayak gitu lah" jawab Al dengan coolnya.

"Kalo gitu Rahma tunggu kamu datang kerumah untuk meminangku di hadapan kedua orang tuaku,"

"Udah gitu doank?" Tanya Al.

"Yah pasti dengan semua syarat yang aku jelasin tadi tau... ihhhh Izzy bikin kesal deh"

"Hehehehe... kamu masih cantik kayak dulu yah Ma,"

"Masa sih? Kan Rahma udah berhijab... masa iya masih keliatan cantik?" Tanya Rahma sambil tersenyum manis dihadapan Al.

"Justru kamu makin terlihat cantik dengan jilbab ini" ujar Al sembari membetulkan letak jilbab gadis itu dan mengecup keningnya membuat Rahma tersenyum bahagia diperlakukan kayak gitu.

"Udah ah yuk... kamu makin jago ngegombal sekarang Zy" ucap Rahma menutupi rasa malu dan rona merah di kedua pipinya denhan cara menunduk dan menyuruh Al untuk mengantarnya pulang.

"Yuk kemana?"

"Antar pulang lah... tapi sampai depan gapura aja yah"

"Iya iya... ya udah yuk"



Saat tiba diappartement, Al duduk di sofa panjang sambil menatap sebuah foto di dinding dengan menampakkan wajah cantik yang sedang tersenyum membalas tatapannya. Foto Reva saat ini terpajang di dinding membuat Al mengingat beberapa minggu kebelakang saat-saat bersama gadis itu.

Al berdiri dan berjalan melangkah menyusuri semua ruangan appartementnya, saat membuka pintu kamar utama yang didapatinya hanya sebuah kamar yang gelap gulita. Sepi saat ini yang dia rasakan, tetapi diapun tau bahwa gadis itu memang sangat keras kepala.

"Maaf Va" guman Al pelan saat menyalakan lampu kamarnya dan menadapati sebuah lemari kosong dan kamar yang sudah tertata rapi.

Diapun duduk di tempat tidur yang menjadi saksi bisu kebodohannya bersama Reva di beberapa moment yang tak akan pernah dia lupakan. Sebuah senyum simpul terlihat diwajah Al saat mengingat kejadian dimana dia membantu Reva untuk mencapai puncak orgasmenya.

"Andai saja lu normal, pasti kita bakalan ngentot terus tiap saat... hihihi"

"Heyyyy Al, nyimpan baju tuh pada tempatnya tau... jangan main lempar kayak gitu"

"Al... lu kerja apaan sih?"

"Al... hikz... hikz... gw sedih banget, pengen banget gw balik lagi kayak dulu ma Rian"

Suara-suara Reva mengiang-ngiang dimemori Al saat ini, dimana saat dia sedang mengobrol di ranjang. Ruang tamu bahkan didapur. Kenangan yang begitu indah untuk dilupakan.

"Dasar gadis bodoh," gumam Al sambil tersenyum menggelengkan kepalanya mengingat semua kenangan bersama Reva.

Sebuah foto terpajang di atas meja rias dengan wajah Reva yang dibuat manyun, Al melangkah meraih foto itu dan mendapatkan sebuah memo dengan beberapa tulisan yang ditulis oleh gadis itu.


Terima kasih atas semuanya...

Maafkan Reva yang selama ini sudah merepotkan lu Al, Reva sekarang tau diri dan seharusnya bisa mandiri tanpa bantuan orang lain...

Tapi...

Reva bakalan kangen masa-masa indah bersama lu Al, masa-masa dimana lu begitu bodoh tidak menjamah gw selama ini... hehehe weekkkk.

Tapi gw bangga ma lu Al...

Dan lu tau? hati kecil gw mengatakan bahwa kayaknya lu tuh normal, beberapa kali gw mergokin konti lu yang panjang dan gede... uhhhhh, berdiri tau dipagi hari. Tapi gak tau lah... lagian juga bukan urusan gw kok. Hehehe

Oh iya apakah lu masih mau bersahabat dengan gw lagi gak?...

Gw rasa tidak... hehehe secara lu kan pria Gay yang misterius... datang tak dijemput, pulang tak di anter... yah kayak jelangkung aja lu tuh ahhh.

Ya udah... akhir kata, Reva mohon maaf selama ini kalo Reva ada salah... baik disengaja maupun tak disengaja.

See you yah Al... daaaaahhhhhh.


Tanpa terasa kedua mata Al berkaca-kaca saat ini, ingin rasanya dia menelfon gadis itu. Akan tetapi rasa kesal tadi sore masih menghantui pikirannya saat ini.

Tiba-tiba...

DUGG...

Detak jantung Al berdetak sekali dengan sangat keras dan saat ini tiba-tiba saja perasannya menjadi tak enak. Seperti sesuatu akan terjadi membuatnya memegang dadanya dan berfikir keras tentang berbagai kemungkinan kejadian yang akan terjadi dan menimpa dirinya ataupun keluarganya saat ini.

Berbeda saat ini yang terjadi dikamar kosan Reva, dimana gadis itu sudah terlelap dalam tidurnya.

Geli dan nikmat saat ini dirasakan oleh gadis itu, tapi dia merasa ini hanyalah sebuah mimpi.

"Oughhttttt..." desah Reva saat merasakan puting payudara sebelah kanannya di hisap dan dipelintir oleh lidah seseorang.

Perlahan tapi pasti orang itu menarik kebawah celana pendek miliknya dan juga sekalian CD gstring hingga memperlihatkan gundukan vaginanya yang ditumbuhi oleh beberapa bulu tipis. Kayaknya Reva sangat rajin mencukurnya dan merawat Vaginanya selama ini.

Sluurrrpppp... sluurpppp... slurpppp...

Lidah orang itu berganti turun ke selangkangannya, dan menujulrkan persis ke bibir vagina miliknya.

Damm!

Reva merasakan bahwa ini bukan sebuah mimpi, maka perlahan-lahan diapun membuka matanya.

"RIAAANNNN" Teriak Reva tersadar karena mendapatkan Rian yang sedang menghisap bibir vaginanya dan mencoba mengangkat wajah pria itu.

Secepat kilat Rian bangkit dan mendorong kembali Reva ke posisi tidur, lalu menindih gadis itu yang sudah meronta-ronta untuk melepaskan diri dari cengkraman pria itu.

"Tolonggggg lepasin gw... lu emang bangsat yan... mnmfhhhhhhhhh" teriak Reva yang langsung disumbat mulutnya oleh Rian.

Bug... bug... bug...

Reva masih berusaha dengan sekuat tenaga untuk memukul dan mendorong pria itu, tapi apa daya kekuatannya tak lebih besar dari kekuatan Rian.

"Udah Va, kamu nikmati aja... lagian kalo kamu hamil aku siap bertanggung jawab"

"Hemmmffffhhhhh,"

Reva masih saja meronta-ronta dan berusaha menendang perut Rian, tetapi pria itu langsung menindihnya dengan sekuat tenaga. Alhasil tenaga Reva mulai habis dan gerakannya mulai melemah. Mendapat kesempatan emas, Rian segera membuka resleting celananya dengan lengan kirinya. Dan mengeluarkan penisnya yang sudah sangat tegang lalu menempelkan ke bibir vagina gadis itu.

"Henmmmmmfffhhhhhh" Reva mencoba berbicara tetapi mulutnya disumbat lagi oleh Rian, dan dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tanda penolakan akan perbuatan Rian saat ini terhadapnya.

"Aku masukin yah Va,"

Air mata gadis itu mengalir membasahi wajahnya, sebuah penyesalan apabila Rian berhasil merebut keperawanannya saat ini yang selama ini dia jaga dari kelakuan pria-pria seperti Rian.

Rian mencoba menancapkan penisnya kedalam liang vagina Reva, akan tetapi beberapa kali gagal.

Reva hanya bisa menangis dan menggelengkan kepalanya, tetapi pria itu dengan cuek dan tidak mengindahkan permintaannya.

Zlebbb... sregggg...

"Hemmmmfhhhhhhhhhh...."

Tembus sudah keperawanan gadis itu, membuatnya mendongak ke atas menahan sakit di vaginanya. Reva hanya bisa pasrah dan menangis merelakan kehilangan keperawanannya saat ini. Dan dihatinya saat ini hanya mengingat satu orang saja yaitu Al. Dia menyesal meninggalkan appartementnya dan lebih memilih untuk kos sendiri. Anda saja!... yah itulah dua kata yang ada dipikirannya sekarang. Nasi sudah jadi bubur, semua kesalahan dan masalah ada hikmahnya dikemudian hari.

Plokk... plok... plokk...

Rian menggenjot penisnya didalam vagina Reva dengan cepat, dan gadis itu hanya bisa pasrah menahan sakit dan juga penyesalan.

"Oughhhttt Va, dari dulu kek kamu kasih vagina kamu"

"Nikmat banget tau Va" desah Rian menikmati vagina milik gadis itu tanpa menghiraukan air mata Reva saat ini.

"Aku lepasin tanganku asal kamu diam saja" ujar Rian dan Reva hanya bisa mengangguk, karena biar bagaimana saat ini dia juga merasakan suatu sensasi kenikmatan di liang vaginanya. Karena buktinya cairan pelumasnya saat ini juga sudah sangat banyak mempermudah Rian menambah goyangannya diselangkangan mereka.

"Hikz... hikz... hikz.. lu jahat yan.. lu jahat"

"Iya Va, hash... hash... tapi aku sangat mencintai kamu tau"

Plok... plok... plok...

Slurppp... slurppp... slurppp...

"Oughhhtttt... Va, enak?"

"Hikz... hikzz.. hikzz... bodoh lu yan... bodoh"

"Iya Va... udah terlanjur basah, lagian kalo kamu hamil nanti aku bakalan tanggung jawab kok"

"Janji? Hikz... hikz..." ujar Reva yang sudah mulai menikmati permainan Rian saat ini.

"Iya janji sayang"

Plokk... plok... plokk...

"Oughhhttt yan... ternyata ML enak banget" desah Reva yang sudah merasakan nikmatnya diselangkangannya.

"Iya sayang... memek kamu nikmat banget"

Rian menicum bibir Reva dan kedua tangannya meremas bongkahan kedua payudara milik Reva, membuat Reva makin merasa nikmat.

"Oughhtttt yan... gw mau pipis"

"Keluarin aja sayang,"

Plokk... plok... plokk...

"Oughhhtttt yan percepat" desah Reva makin tak karuan dan kepalanya menatap mata Rian dengan tatapan sendunya yang sebentar lagi merasakan puncak orgasmenya.

Slurppp... slurppp...

Rian membantu dengan menghisap puting payudaranya untuk menpercepat proses orgasmenya.

"Arghhhhhh oughhhttttt yannnn Revaaa pipissssss," erang Reva saat orgasmenya tiba.

"Aku juga bentar lagi" ujar Rian yang masih saja menggenjot liang vagina Reva saat ini.

Plokk... plokkk... plokkk...

"Cabut yan, gw lagi subur"

Croott... croottt... croottt...

Terlambat.

Sperma Rian menyembur ke dalam rahim Reva yang tidak sempat mencabutnya.

"Hash... hash... hash... maaf kepablasan sayang"

"Gak papa yan... tadikan lu bilang kalo gw hamil lu mau tanggung jawab"

"Iya pasti Va, hash... hash..."

Perasaan Reva saat ini tak menentu antara senang, puas, sedih, menyesal. Tetapi dia hanya bisa pasrah terhadap nasib yang tentu saja sudah digariskan sama sang pencipta. Tak terasa air matanya keluar membasahi kedua pipinya.

"Kok kamu nangis lagi?" Tanya Rian sambil mengusap air mata gadis itu.

"Gak papa kok" jawab Reva sambil memegang kedua tangan Rian yang masih mengusap kedua pipinya.

"Ya udah kamu bersih-bersih gih"

"Malas... mau langsung bobo yah"

"Hehehe... ya udah kalo gitu, aku juga mau bobo nemenin kamu" ujar Rian yang juga merebahkan tubuhnya disamping Reva.

"Met bubu Reva sayang"

Prangggg...

Tiba-tiba ditempat berbeda, lebih tepatnya diappartement Al saat ini baru saja dia menjatuhkan gelas ditangan kanannya saat selesai membasahi dahaganya.

"Ada apa ini? Kok tiba-tiba gelasnya bisa jatuh yah?" Gumam Al terkejut karena menjatuhkan gelas ditangannya.

"Siapa yang kena musibah?"

Setelah menelfon seluruh keluarganya dan mendapatkan kabar bahwa papa dan mamanya baik-baik saja, dan juga kedua adiknya yang juga baik-baik saja. Akhirnya diapun mencoba mengalihkan perhatiannya dengan membuka laptopnya dan membalas satu-persatu email yang masuk di akun email pribadinya.

Bersambung...

By TJ44