My Blog List

Thursday, December 8, 2016

Me & U - PRIVATE SECRET 20



YOU ARE MY BEAUTIFULL GIRL


Rasa kesal, bodoh, marah, semuanya menjadi satu berkecamuk di tempurung kepala seorang Al. Salahkah dia atau tidak karena belum mampu membuka jati dirinya di acara pelamaran Rahma beberapa jam yang lalu? Hanya tuhan dan dia yang mengetahui jawabannya.

Sebuah Rumah bergaya minimalis tempat kediaman kedua orang tua Al, terlihat sebuah SUV Range Rover baru saja tiba di garasi rumah mereka. Nampak juga sedan Civic kesayangan Al terparkir didalam garasi tersebut.

"Assalamualaikum" Sapa Citra saat memasuki rumah mereka.

"Wa'alaikumsalam.... Loh kok kalian udah pulang?" Tanya mamanya Al.

"Iya Ma, kan acaranya udah selesai" jawab Citra sambil melihat Al setelah menyalim tangan mamanya langsung naik ke lantai 2 lalu segera masuk kedalam kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Kak Cit, bantuin setting laptop baru echi dong kak" ujar Echi adik bungsunya Al saat menghampiri kakaknya di ruang tengah.

"Bentar dulu yah say, kakak mau ganti baju dulu" jawab Citra yang langsung berdiri dan akan masuk kedalam kamarnya untuk ganti pakaian.

"Cit kakak kamu baik-baik aja kan?" Tanya Mamanya saat Citra akan melangkah masuk kedalam kamarnya.

"Hemm... biasa Mah, kayak gak tau aja anak pertama mamah kek gmn" jawab Citra yang langsung disambut sebuah senyuman oleh sang mama.

Jam dinding yang terletak di atas dinding sebelah kanan, menunjukkan pukul 22.11 WITA. Saat mama dan papanya sedang menonton bersama acara berita di ruang tengah. Dan juga Echi dan Citra sedang dalam kamar Echi tiba-tiba Al turun ke bawah memakai kaos oblong biru, jeans lengkap dengan sepatu membuat mamanya yang baru saja melihatnya segera mengernyitkan alisnya.

"Mah Cicit mana?" Tanya Al yang masih berdiri.

"Tuh dikamar adek kamu si Echi, kamu mau kemana Yud?" Ujar Mamanya heran melihat penampilan anaknya malam ini.

"Mau nyari udara segar mah" jawab Al singkat lalu segera pergi ke kamar Echi.

"Cit. Temenin kakak donk nyari udara segar" ujar Al saat sudah berada di kamar adiknya.

"Loh kakak, rapi banget nih" celetuk si Echi.

"Hehe... biasa aja kok Chi, kan ini juga cuma pake kaos santai" jawab Al lalu duduk di samping Echi sambil mengusap rambut adiknya.

"Tapi kok pakai sepatu kak?" Tanya Echi lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak.

"Kepo banget sih kamu Chi" jawab Al membuat Echi hanya memanyunkan bibirnya.

"Emangnya mau kemana Kak?" Tanya Citra setelah mengset-up Laptop si Echi.

"Gak tau juga Cit, pengen jalan aja."

"Echi ikut yah kak" ujar Echi.

"Gak usah... kamu masih kecil" ujar Al mengejek adiknya.

"Ihhh Echi dah 20 tahun kali kak, masa dibilang masih kecil sihhhh" ujar Echi kesal sambil cemberut membuat Al langsung memeluknya.

"Kok cuma Echi doank sih kak yang dipeluk? Cicit juga mauuuuu" ujar Citra lalu duduk disebelah kiri Al.

"Hahahahah... sini sayang, kalian berdua memang adek-adek kakak yang paling cantik, pinter dan paling manja" ujar Al lalu memeluk kedua adiknya di tepi ranjang. Citra sebelah kiri dan Echi sebelah kanan. Sebuah kasih sayang antara kakak adik digambarkan oleh seorang Al saat ini.

"Kak... Echi kangen ama kalian" ujar Echi manja membuat Al memeluknya erat.

"Muachhhh..." Al mencium kening keduanya bergantian, sebuah senyum terlihat di wajah mereka.

"Udah ah... mau ikut gak? Kalo gini terus ntar gak jadi keluar malah" tanya Al saat melepaskan pelukan kedua adiknya.

"Mau donk... bentar yah Cicit ganti baju juga kak" ujar Citra lalu beranjak keluar meninggalkan kamar si Echi.

"Ya udah... kalo gitu kakak nunggu didepan" ujar Al lalu bersamaan dengan Citra keluar kamar si Echi karena si Echi juga akan ganti baju.

"Baju santai aja, gak usah pake seksi-seksian segala yah" lanjut Al.

"Pakai celana pendek boleh kan Kak?" Tanya Citra dan di iyakan oleh Al.



Suasana malam ditemani hentakan musik jazz ringan yang dilantunkan kelompok musik lokal, menambah suasana Cafe Retro yang terletak di jalan A.P. Pettarani. Lebih tepatnya satu bangunan dengan Hotel Clarion semakin meriah. Ketiga bersaudara itu terlihat baru saja memasuki Cafe yang bisa juga dikatakan sebuah Diskotik tempat muda-mudi yang ada dimakassar menghabiskan malam hari di tempat itu. Al terlihat sangat akrab dengan salah satu manager di sana, Echi dan Citra akhirnya mengikuti VIP table yang disiapkan oleh sang Manager bersama dengan kakaknya.

"Mau pesan apaan mas?" Tanya si Manager tadi.

"Jack D nya satu yah, kalau kalian soft drink aja" jawab Al dan juga menjelaskan pesanan adiknya sekalian.

"Kok kakak minum alkohol sih?" Tanya Citra.

"Pengen aja... gak boleh yah?" Jawab Al balik bertanya.

"Yah sebetulnya sih gak boleh kak, tapi kayaknya kakak emang lagi butuh untuk menghilangkan rasa sedih yang saat ini kakak rasakan. Iya kan?" Ujar Citra yang sudah membaca situasi hati kakaknya saat ini.

"Yah gak juga sih Cit... memang kakak lagi BT aja" ujar Al.

"Huuuuuuu... Ayo, Kak, jangan lesu gitu dong," ujar Echi yang sudah terbawa larut oleh irama musik di atas panggung. Dimana tubuhnya sudah bergoyang tapi masih dalam posisi duduk sambil matanya masih tertuju pada penampilan aksi panggung band di atas panggung.

Tidak dibutuhkan waktu lama. Beberapa menit Echi larut dalam hingar bingar suasana dalam ruangan, tapi masih dalam batas yang wajar. Yah, Echi memang sudah bergoyang tapi masih di meja mereka. Tapi posisinya sudah berdiri di atas sofa sambil bergoyang.

"Dasar Echi... hahahaha, maklum kak dia masih Abg" ujar Citra yang melihat tingkah adiknya.

"Gak masalah kok Cit, yang penting dia masih dalam pengawasan kita kan" ujar Al membuat Citra mengangguk sambil tersenyum.

"Emang si Rahma adalah masa lalu kakak yah?" Tanya Citra mulai membuka obrolan sambil mengemil kacang yang baru saja di bawakan oleh salah satu waiters. Begitu juga Al yang sudah meneguk se gelas minumannya yang di campur dengan pokka green tea.

"Hemm... yah gitu deh Cit, tapi mending saat ini kita gak bahas tentang dia yah" ujar Al.

"Tapi Cicit heran deh sama kakak, kok kakak diam aja sih tadi dipermalukan di rumah Rahma? Setidaknya kan kakak balas ke mereka dengan mengakui siapa kakak sebenarnya" ujar Citra.

"Gak penting juga kan kakak buka disana?"

"Huh... iya iya, tapi kan setidaknya kakak bisa mendapatkan Rahma dan membatalkan acara pertunangan mereka" ujar Citra.

"Buat apa?" Tanya Al sambil mengemil snack di hadapannya.

"Susah emang ngomong ma kakak, selalu aja sok cuek tapi sebenarnya sakit"

"Gak kok, kakak gak sakit hati dan kakak enjoy aja saat ini"

"Ok Cicit gak mau nanya lagi. Hehehe" ujar citra putus asa mengorek informasi dari kakaknya.

"Jangan kira kamu udah jago dan lulusan dari psikologi terus bisa ngorek-ngorek kakak yah? Hahahah... gak ngefek Cit"

"Terserah kakak deh... hehe"

Tempat hiburan seperti diskotik dengan hentakan musiknya yang mampu menciptakan kegembiraan, sudah membuat ketiganya makin riang menikmati dentuman bit music yang sudah di ambil alih oleh seorang DJ. Suasana didalam terlihat megah, hingar-bingar musik seakan memberi semangat para pengunjung untuk bergoyang dilantai dansa.
Berjuta perasaan senang dirasakan Al yang sudah setengah mabuk. Ia sangat puas melampiaskan semua kekesalannya dalam keadaan mabuk. Kadang sesekali diapun teriak saat andrenalinnya terpacu oleh irama musik. Pandangannya mengitari setiap jengkal ruangan itu. Sementara kedua adiknya juga merasakan hal yang sama dengan kakaknya.

Tiba-tiba tak lama dering HP si Al berbunyi, tapi sepertinya dia tak menghiraukannya malah memilih meneguk kembali minumannya.

"Haaaaaaaa" teriak Al setelah meneguk segelas lagi minumannya.

"Siapa kak?" Tanya Citra.

"Gak penting kok" jawab Al, tapi Citra langsung mengintip nama yang tertera di layar HP Al.

"Reva?..." gumam Citra dalam hati setelah mengetahui siapa yang menelfon kakaknya.

"Kok gak di angkat kak?" Tanya Citra karena hpnya berdering lagi.

"Gak usah... nanti aja kakak telfon balik dia" jawab Al.

Citra hanya bisa diam lalu kembali menikmati suasana malam di cafe itu. Tapi sepertinya Al ingin ke toilet karena tiba-tiba sudah berdiri.

"Ke toilet dulu yah" ujar Al dan di iyakan oleh ke dua adiknya.

Saat Al ke toilet tiba-tiba Hpnya berdering kembali. Sebuah nama yang sama terlihat di layar HP Al. Tanpa berfikir panjang akhirnya Citra mengangkat telfon kakaknya. Hanya ingin memastikan apakah nama tersebut sama dengan nama gadis yang dikenalnya.

"Halooo" sapa Citra saat mengangkat telfon kakaknya.

"Eh... kok... ini siapa yah? Kok berisik amat?" Ujar Reva diseberang.

"Ini siapa?" Tanya balik Citra.

"Lu siapa? Kok Hp cowok gw ada di elu sih?" Tanya Reva sinis.

"Aku Citra, ini Reva yah?" Tanya Citra membuat Reva terdiam.

"Haloo... halooo"

"I... ini Ibu Citra? Ibu Citra yang HRD di perusahaan 3MP?" Tanya Reva setelah beberapa kali Citra mulai halo haloan di telfon.

"Iya bener... dan kamu Revalian kan?" Tanya Citra.

"Eh ma... maaf Bu, kok bi... bisa HP Al ada di ibu?"

"Kenapa? Heran yah?" Tanya Citra sambil tersenyum karena apa yang dipikirkan selama ini ternyata benar adanya.

"Maaf bu... maksud Reva kok bisa ibu bareng Al sekarang?"

"Hehehe... udah tenang, Cowok kamu aman kok. Dia gak ngapa-ngapain juga denganku"

Rasa cemas dan was-was berkecamuk di pikiran Reva saat ini diseberang, dan justru Citra hanya tersenyum lalu tiba-tiba sebuah ide baru saja dia pikirkan.

"Ya udah deh Bu, salam aja buat Al yah Bu"

"Kenapa gak kesini aja bilang sendiri... kamu aku tunggu sekarang di Retro. Dan gak pake lama" ujar Citra membuat Reva bingung.

"Kok?"

"Udah kamu sekarang kesini aja... byeeeee"

Tuttt... tutt... tuttt...

Tanpa memberikan kesempatan Reva bertanya lagi, akhirnya Citra memutuskan telfon sepihak.

Tak lama Al tiba di meja mereka, jalannya terlihat sudah agak sempoyongan. Sepertinya dia sudah setengah mabuk lalu diapun duduk di kursinya kembali. Tapi Citra hanya bisa senyam-senyum sendiri membuat Al mengernyitkan alisnya.

"Kenapa senyum-senyum sendiri Cit?"

"Gak kok kak, pengen aja senyum... emang gak boleh?" Jawab Citra membuat Al hanya mengangkat kedua bahunya lalu melihat HPnya.

"Dia gak nelfon lagi?" Tanya Al tapi tak membuka HPnya. Hanya menyalakan bentar untuk mengecheck apakah ada telfon lagi atau tidak. Tanpa curiga sama sekali kalo Citra baru saja mengangkat telfonnya.

"Siapa?" Tanya Citra.

"Gak kok... ya udah lupain aja" jawab Al cuek lalu mulai meneguk segelas minumannya.

"Kak udah donk... jangan minum lagi" ujar Citra yang melihat Al makin menggila meminum minuman alkoholnya.

"Kan ada kamu yang bisa nyetir bentar" ujar Al malah membuat Citra cemberut.

"Eh kak... kok sampe mabuk-mabukan gitu sih" ujar Echi yang udah duduk disamping Al dan melihat kakaknya udah bersandar dikursi dan keadaannya sudah lumayan mabuk.

"Iya tuh Ci... padahal tadi kak Citra udah ngasih tau kalo jangan terlalu mabuk"

"Terus bentar mama sama papa pasti marah donk kalo ngelihat keadaan kakak mabuk kayak gini" ujar Echi cemas.

"Udah... pasti papa ama mama cuma ngasih tau doank tapi gak marah. Dia kan laki-laki Chi. Beda ama kita berdua kalo mabuk-mabukan kek gini. Bakalan digantung kali. Hahahaha" ujar Citra.

"Iya sih kak"

Saat mereka mengobrol tiba-tiba seseorang menghampiri tempat mereka.

"Maaf bu Cit, hadehhhhh kok Al udah mabuk gini sih" ujar Reva yang tiba-tiba muncul.

"Eh kamu dah datang"

"Iya maaf Bu, Reva telat kesini" jawab Reva lalu mencoba mendekati Al.

"Eh..." ujar Echi tapi citra langsung memberikan kode bahwa biarkan saja apa yang dilakukan oleh Reva.

"Eh ngapain kamu Va... uwekkk" ujar Al sedikit tersadar karena Reva sudah mulai mengangkat tubuhnya.

"Huuhhhhh lu tu yah... bikin gw malu aja ama Bu Citra" ujar Reva.

"Aku gak apa-apa kok Va... uwekkkk" Al saat ini sudah mulai dibopong oleh Reva dan sedikit kehilangan kesadaran karena mabuk.

"Aduhhhh Bu Cit, sekali lagi maaf banget sudah buat Ibu repot kayak gini" ujar Reva sambil memberi hormat dengan menunduk-nunduk.

"Loh gak apa-apa kali Va... biasa aja"

"Tapi kamu mau bawa kemana dianya?" Lanjut Citra bertanya. Echi yang melihat kejadian itu malah memilih diam.

"Mau bawa pulang Bu" jawab Reva.

"Kemana?" Tanya Citra.

"Ke appartementnya Bu" jawab Reva membuat Citra hanya menganggung-ngangguk.

"Ohhh... Mau aku antar?" Tanya Citra.

"Gak usah Bu, biar kami naik taksi aja" ujar Reva menolak tawaran Citra.

"Ya udah deh... skalian aja bareng turunnya. Karena aku dan adikku udah mau pulang juga" ujar Citra dan akhirnya setelah membayar bil di kasir merekapun turun ke bawah.

Saat melangkah ke bawah, Al hampir saja terjatuh untungnya dengan cepat Citra membantu Reva untuk memegangnya sampai ke parkiran.

"Kak Cit, kok?" Tanya Echi terpotong.

"Hsssttt... nanti kakak jelasin bentar" ujar Citra pelan.

"Hemm... makasih banyak yah Bu Citra dan mbanya yang satu" ujar Reva saat sebuah taksi Bosowa singgah didepan mereka.

"Echi kak... hehehe" ujar Echi.

"Iya mba Echi juga makasih banyak yah, Maafin juga cowok Reva yang udah nyusahin kalian"

"Cowok?" Eh..." Gumam Echi pelan karena sudah di sikut ama Citra untul berhenti berbicara.

"Ya udah... Reva pamit yah Ibu, dan Mba Echi" ujar Reva lalu naik kedalam taksi bersama Al yang sudah mabuk berat.

"Iya sama-sama... hati-hati yah, dan sampai jumpa lagi" ujar citra lalu merekapun berpisah meninggalkan beberapa pertanyaan dibenak Echi saat ini.

Dalam perjalanan pulang Echi langsung menatap aneh wajah Citra sambil menunggu penjelasan atas kejadian barusan.

"Apa?hahahaha" Tanya Citra sambil tertawa.

"Sok lupa atau?"

"Hahahaha... hemm apa yah, gini deh. Kamu mau kan kakak kita yg ganteng itu punya cewek?" Ujar Citra.

"Iya dong... selama ini kan kak Yud gak pernah ngenali perempuan satupun ke kita"

"Yah... jangankan ama kamu, Kak Citra aja yg udah 3 tahunan bareng dia dijakarta gak pernah liat ataupun dengan dia dekat ama cewek" ujar Citra.

"Jadi?"

"Hadehhh... dasar abg. Gak ngerti juga maksud kakak Ci?" Tanya Citra.

"Kan kak Cicit belum jelasin kejadian tadi, kenapa dan mengapa" ujar Echi kesal.

"Yah sudah, tadi itu masalah cinta. Udah kan?"

"Hadehhhh... trus?" Tanya Echi.

"Kamu belum cukup umur untuk mengetahui detailnya Ci... hehehe"

"Kak Cicit dan kak Yud selalu deh kek gitu, Echi ini udah gede kali kak. Apa perlu Echi buktiin kalo Echi itu dah gede?"

"Caranya?"

"Hehehehe... gak tau" jawab Echi nyengir.

"Udah kan... ketahuan kalo kamu itu masih Abg" ujar Citra makin ngeledekin adiknya.

"Iya deh yang udah dewasa"

"Udah... gak usah nanya lagi, dan kak Citra mau ntar kalo mama dan papa nanya kemana kakak. Bilang aja dia nginap di appartementnya untuk menenangkan diri. Jangan ngomong kejadian tadi yah"

"Karena?"

"Kak Cicit mau tau aja apakah kamu udah dewasa atau masih Abg"

"Mulai deh"

"Emang benerkan... kalo kamu ngomong, berarti bener kamu masih kecil. Hehehehe" ujar Citra.

"Huuuu"



Kamar yang terang dan bersih yang tak lain adalah kamar appartement Al saat ini terlihat Reva dan Al baru saja tiba. Reva lalu membantu Al untuk naik ke atas ranjang sambil membukakan sepatunya.

Susunan kamar masih tampak sama seperti saat terakhir Al nginap bersama dengan Reva, hanya saja kesan ada beberapa foto Reva yang tergantung di dinding kamar. Sinar lampu yang terang berwarna putih membuat seisi kamar ini tampak begitu jelas.

"Huuuuuhhhhh" Ujar Al lalu tertidur di atas ranjang.

Reva perlahan melangkah untuk mengganti pakaian dan hanya berpakaian seadanya. Gadis dengan wajah sendu itu kemudian berdiri, secara perlahan ia mendekat ke ranjang.

Tiba-tiba saat sudah berada di tepi ranjang, tubuhnya ditarik oleh Al yang langsung tejatuh di atas ranjang bersama dengan pria tersebut.

"Eh Al... mau ngapain" ujar Reva saat Al sudah mulai meremas kedua payudaranya yang berada dibawah pria itu.

Reva masih terdiam, melihatnya dan terheran atas tingkah laku Al saat ini.

"Va..." ujar Al sambil menatap wajah Reva dari atas.

"Lu kenapa Al?" Tanya Reva saat Al sudah mulai mengusap rambutnya dan menghentikan remasannya dikedua Reva.

"Uweekkk... kamu kenapa tadi datang? Uweekkk" ujar Al yang masih merasa pusing dan mual.

"Habisnya... udah, yuk tidur aja. Ngapain lu di atas gw?"

"Pengen perkosa kamu" jawab Al.

"Hah??? Ngawur lu... lagian juga emang berani?" Ujar Reva malah menantangnya balik sambil merentangkan kedua tangannya.

"Hahahahah... jangan nyesal loh yah" ujar Al lalu mulai meremas kembali kedua payudara gadis itu.

"Al... ougghhhh lu serius?" Desah Reva saat nafsunya mulai naik.

"Hemmm..." Al kemudian menghentikan remasannya lalu memegang dagu Reva dengan tangan kanannya dan mencium lembut, bahkan sangat lembut dan Reva membalasnya dengan ciuman yang lebih lembut layaknya seorang kekasih yang penuh rasa cinta. Reva kemudian memejamkan matanya, tapi Al justru masih membuka matanya untuk selalu menatap gadis itu. Semakin lama ciuman mereka semakin tak terkendali. Nampak sekali Al malam ini berbeda. Dia seperti menginginkan tubuh gadis itu. Dan juga Reva memang sudah pasrah selama ini untuk menyerahkan tubuhnya kepada Al jauh-jauh hari. Al sudah tidak peduli dengan pintu kamar tamu yang masih terbuka. Dan masih terus mencium gadis itu dan sambil menyedotnya begitupula dengan Reva.

"Heeemmmmmmmmmm..." desahan Reva mulai keluar.

"Oughhtttt Al... " desah Reva saat Al mulai menyium leher, kening dan dagunya dengan sangat lembut. Lalu kemudian Al mulai meremas kembali payudaranua dari balik lingerienya yang juga masih tertutup oleh branya sembari menyatukan bibirnya ke bibir Reva, Ciuman Al begitu dahsyat membuat Reva juga membalas ciumannya, Pagutan berbalas pagutan, hisapan berbalas hisapan.

"Al..." ujar Reva dengan desahan dan dijawab oleh Al dengan anggukan.

"Oughgttt Jadikan gw miliklu malam ini Al" desah Reva saat Al mulai mencium kembali leher jenjangnya sambil menjilatnya membuat gadis itu pasrah dengan apa yang Al lakukan.

Al dengan cepat membuka lingerie gadis itu dan melepaskannya melalui kepala Reva dan gadis itu membantunya dengan mengangkat kedua tangannya ke atas mempermudah terlepas dari tubuh gadis itu. Tampak pemandangan yang sering Al lihat dan sekarang dia melihatnya lagi, sebuah payudara yang masih tertutup Bra hitam dan vagina yang tertutup Gstring senada dengan warna bra. Al membuka Bra dengan sangat lembut dan Reva memudahkannya dengan sedikit mengangkat tubuhnya lalu terlepaslah kaitan Bra milik gadis itu. Lalu Al kemudian menarik kaitan lingerienya dan dibantu oleh Reva sekali tarik maka terlepas sudah Gstringnya dan terlihatlah apa yang selama ini mencoba mengagalkan pertahanannya sebagai seorang perjaka. Tapi malam ini? Hanya dia dan sang pencipta yang akan mengetahuinya.

Al mulai menyentuh tiap kulit ditubuh Reva baik payudaranya maupun Vaginanya dengan perlahan-lahan bergantian dengan menggunakan jarinya, sekejap itu terdengar sudah desahan dan rintihan gadis itu merasakan kenikmatan. Dengan cepat Al melepas celananya beserta celana dalamnya lalu Reva membantunya untuk membuka kaos oblongnya. Lalu sebuah pedang tumpul berwarna kecoklatan dengan mengacung gagahnya membuat Reva tersenyum lalu tangannya kirinya mulai mengelus-elus penis milik Al.

"Va... oughhhttt" desah Al saat jemari Reva mulai mengocok penisnya.

Al memang belum berpengalaman, tapi entah mengapa saat ini nafsunya tak bisa terkontrol. Dan sepertinya sudah cukup dia mempertahankan keperjakaannya selama ini dan dia harus mencoba merasakan juga nikmatnya berhubungan badan dengan lawan jenisnya.

Kemudian Al mulai menyuruh Reva berhenti mengocok penisnya lalu membaringkan gadis itu kembali keranjang. Sebuah senyuman di wajah keduanya menampakkan kesiapan dari mereka untuk melepas semua yang selama ini dipertahankan.

"Aaaaahhhhhhh... Al plissss..." lenguh Reva ketika jemari Al mulai mengusap bibir vagina Reva.

"Oughhhttttt Al... memek gwwwww" desahan Reva makin keras saat lidah Al mulai menjilati seluruh vaginanya.


Al kemudian kembali naik ketubuh ke atas dan mencium bibir Reva kembali sambil tangan Reva mulai mengelus penisnya membuat Al menikmati elusan jemari gadis itu.

"Mmffhhhhmmm" Ciuman mereka makin panas membuat Reva menggigit bibir Al karena saking bernafsunya dia malam ini.

"Oughhttt... Al... memek Gw kayaknya udah basah deh" Erang Reva saat ciuman mereka terlepas sambil kening mereka menyatu.

"Sabar yah..." Ucap Al.

"Lu demen yah nenen di puting gw, oughhhtttt nikmatnya Al" ujar Reva sambil mendesah saat Al mulai mengenyot kedua puting payudaranya bergantian.

"Ini puting paling aku kangenin Va" ujar Al sambil menyentuhkan ujung jari telunjuknya di puting sebelah kiri payudara gadis itu.

"Oughhttt plisss... sentuhlah pria Gayku sayaaangg... belajarlah dengan cepat untuk jadi pria normal... oughttttt" Desah Reva saat Al masih bermain di gundukan payudaranya dan menggelitik seperti menulis sesuatu memakai ujung telunjuknya tanpa menyentuh putingnya.

"Oughhhttttt.... remas Allll yang kuat..." Erang Reva saat jemari Al mulai meremas lembut payudaranya.


"Mmfffhhhmmmm" mereka kembali berciuman bahkan makin panas.


Jemari Reva kembali mengocok lembut penis Al sambil menghisap bibir Al mencari tambahan sensasi kenikmatan untuknya.

"Sssthhhh...." Desah Al saat melepas ciuman mereka lalu mulai bergeser kebawah menyentuh puting payudara Reva memakai ujung lidahnya.

"Plisss... hisaaapp Allll " Desah Reva yang mengangkat sedikit tubuhnya agar putingnya menyentuh mulut Al.

Sluuurppppp.... sluurrpppp...

Akhirnya Al kembali mulai menghisap puting kirinya dengan lembut sambil menggelitiknya memakai lidahnya membuat tubuh Reva terangkat keatas dan kepalanya mendongak keatas menikmati hisapan di puting payudaranya.

"Oughhhtttt.... Alll... enak banget sayaaanggg" Desah Reva sambil meremas rambut Al.

Sluuurpppp.... slurppp...

Bergantian puting Reva di hisap dan di gelitik oleh Al sambil tangannya meremas payudara sekalnya bergantian membuat gadis itu menggelengkan kepalanya.

Kemudian sambil fokus menghisap putingnya, jemari Al mulai meraba turun dari pusar menuju ke paha lalu menggaris naik memakai kelima jemari tangan kiri Al lalu berhenti tepat di selangkangan Reva.

Pantat Reva bergoyang mencari jemari Al untuk segera menyentuh clitorisnya.

"Oughhhttttt Al... gw kangeeennnn jemari lu saayaanggg.... memek gw gataaall bangetttt" Desah Reva yang sedikit agak keras.


Crrreeekkkk..... crrrreeekkkkk....

Bunyi vagina Reva saat Al mulai mengusap Clitorisnya dan bibir vaginanya dengan menggunakan jari telunjuk pria itu. sambil menghisap puting payudara gadis itu dengan posisi menyamping.

"Aaahhhhh.... ahhhh.... iiigghhhhtttttt....". Desah Reva menahan suaranya sampe di leher.

Sluurrrppp.... Sluurrpppp....

Hisapan Al makin cepat dan menggelitik putingnya bergantian membuat tubuh Reva menggelepar-gelepar lalu pantatnya bergerak kesana kemari tak tahan kenikmatan yang diberikan oleh Al.

Ccrreeekkkkk..... Creekkkkk.....

Sedangkan jemari Al di bibir vagina Reva makin cepat membuat Reva melotot dan membuka mulutnya selebar-lebarnya.

"Uuuhhhhh.... Uh....uh.... Memek gwwwww percepaaattt.... udaahhh pengenn pipisss" Erang Reva saat orgasmenya hampir tiba.

CREEEKKKK..... CREEEKKKK...

Kocokan Al makin cepat dan beberapa detik kemudian tubuh Reva mengejang dan menukik ke atas lalu melebarkan kedua pahanya mendapatkan puncak klimaksnya.

"ARGHHHHHH.... GWWWW.... PIPIIISSSSSS " Teriak Reva tak tahan karena mencapai orgasmenya.

CRRUUUUUTTTTT..... CRUUUTTTT....

Squirting Bo...

Kencing kenikmatan yang muncrat keluar dan menembak dengan kencangnya sampai keluar ranjang membuat Al melepaskan jemarinya sambil tersenyum menatap wajah Reva yang baru saja merasakan sensasi orgasmenya yang begitu dahsyat.

"Hash... hashh... hashh... kak.. basah lantainya" Ujar Reva sambil nafasnya naik turun sangat kencang melihat kasur dan lantai basah akibat kencingnya tadi.

"Besok tinggal dibersihkan lagi kok" Ujar Al sambil mulai menindih tubuh Reva.

"Kamu dah siap??... rileks dan nikmatilah..." ujar Al yang sudah berada di atas tubuh Reva sambil menggesekkan ujung penisnya di bibir vaginanya.

"Hu uh... " jawab Reva juga yang sudah siap.

"Awalnya kata orang sakit... dan ini adalah pertama kali buatku Va" ujar Al.

"Gw juga Al... tapi" ujar Reva terhenti.

"Kalo belum siap... kita berhenti aja Va" ujar Al yang mulai sadar. Tapi Reva hanya menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya tanda bahwa diapun menginginkan permainan mereka dilanjutkan.

"Yakin?" Tanya Al memastikan tapi ujung penisnya sudah menyibak bibir vaginanya perlahan-lahan.

"Hu uh" jawab Reva yang melototkan kedua matanya merasakan sensasi kenikmatan didalam vaginanya.

"Tahan yah Va" ujar Al.

"Hu uh..."

"Satu... dua... tiga..."

Sreeekkkk.....


"Arghhhhhhhh..." teriak Reva saat penis Al merobek selaput keperawanannya. Dan Al segera mencium bibirnya dan mengusap rambutnya memberikan kenyamanan untuk gadis itu membiarkan penisnya tertancap gak sampai penuh di dalam vagina gadis itu.

"Makasih" ujar Al pelan tapi tiba-tiba air mata gadis itu menetes membasahi kedua pipinya.

"Kok kamu nangis?" Reva gak menjawabnya hanya menggelengkan kepalanya. Keperawannya telah hilang di tangan Al.

Al mulai mengangkat naik pantatnya, nampak darah segar dan sedikit lendir di batang penisnya saat dia mengangkat penisnya tapi tidak sampai terlepas kemudian mendoronya masuk kembali perlahan-lahan.

Reva kembali memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya menikmati inci demi inci batang panjang milik Al membelah liang Vaginanya.

"Mentok Al... ssstttthhhh" ucap Reva saat penis Al mentok di rahimnya menyisahkan sedikit batang kemaluannya di luar.

"Hemmm... aku goyang yah Va"

"Hu uh"

Plokkk... Plok.... Plokk....

"Oughhhttt " Desah Reva saat Al mulai memompa pelan penisnya keluar masuk di liang vagina gadis itu.

"Oughhhttt Va" Desah Al juga menikmati pijatan vagina Reva di penisnya.

Plokkk.... Plokkk...

Al mulai meremas payudara Reva sambil menghisap putingnya menambahkan kenikmatan buat gadis itu yang juga sudah melingkarkan kedua kakinya di pantat Al.

"Oughhtttt... dede Lu besar bangeeettt.... kerasa ampe ke tenggorokaaannnn tusukaaannya" Desah Reva seperti tercekik menahan desahannya.

Plokkk.... plokkkk....

Sluurrrpppp.... sluurrpppp....

"Ssstttt...."


"Oughhhttttt" Erang Reva makin menaikkan pantatnya agar penis Al semakin dalam menyentuh ujung rahimnya.

Kemudian Al mengambil bantal guling lalu diletakkan di bawah pantat Reva membuat posisi vaginanya makin ke atas dan mempermudah Al melakukan genjotannya semakin dalam.


"Iya.. iya... iya... gitu Al... iya enak.... kerasin Al... robekin aja memek gw oughhttt... robekinnn aja... oughhhtttt shiitttt nikmattnyaaa kasihaaannnn" Erang Reva yang sudah tak karuan.

Al kemudian melipat ke atas kedua kaki Reva lalu ditekuk merapat ke dadanya dan makin menggenjot penisnya di liang vagina gadis itu.

Plok.... plok... plokk....

"Ciumm gw Al... buruaaannnnn." Erang Reva membuat Al melebarkan kembali paha Reva dan menabrak bibirnya lalu melumatnya dalam-dalam dan menghisap air liur serta lidah gadis tersebut.

Plokkk.... Plokkk....

"Hhmmmfffhhmmmm......". Erang Reva yang mulutnya tersumbat.

"Hashhh... hashh... ". nafas Reva sudah mulai tak teratur.

Plokkk.... plokkk.... plokkk.....

"Percepaaattt.... aduuuhhh duhhh duhhh duhhh..... memek gwwww keram.... kayak terasaaa robekk nihhh.... oughhhhtttt.... percepaatt udah pengen pipis lagi" Erang Reva yang sudah mulai merasakan orgasmenya sudah di ujung vaginanya.

PLOK.... PLOKKKK.... PLOKKK...

Genjotan Al mulai sangat kencang lalu meremas sedikit keras payudara Reva membuat Reva mengejang dan menegang tanda orgasmenya akan tiba.

"PPIPPPISSSSS LAGIIIIIIII" Teriak Reva saat orgasmenya tiba.

CRUUUTTTTT.... CRUUTTTT....

Tembakan kencing kenikmatannya ke perut Al saat Al mencabut penisnya seketika.

Cruuuttt....

Sisa kencing gadis itu yang sedikit-sedikit keluar dari Vaginanya dan terlihat lubang vaginanya berdenyut-denyut menikmati sisa orgasmenya membuat Al tersenyum bahagia sudah memberikan kenikmatan kepada gadis itu.

"Ampunnn... hashh... hashhh... lemes nih kaki gw... bentar yahh" Ucap Reva dengan nafas yang tersengal-sengal saat Al mulai menggesekkan penisnya di bibir vagina gadis itu.

Sreeekkkkk....

"Arghhhh lu kok main tancap aja sih". Ucap Reva saat penis Al mulai menembus kembali liang vaginanya.

"Ergghhh.... bentaarr dulu oughhtttt sialan lu Al oughhttt" Ucap Reva yang mulai mendesah karena Al sudah menggenjot vaginanya dengan sedikit cepat.

PLOOKKK.... PLOKKK... PLOOKKK....

Sluuurrrpppp.... sluurpppp....

"Pentil gwwww... kenyottt dalam-dalaaammm sayaanggg... tiati putusss". Erang Reva saat Al dengan gemasnya menguyel-uyel putingnya sambil menggenjot penisnya makin dalam di liang vagina Reva.

"Hmmmmmfffhhhhh ". Desah Reva saat bibirnya langsung dilumat oleh Al.

Plokkkk.... Plokkkk.....


Al kembali mulai meremas payudara Reva dan masih fokus menggenjot penisnya membuat tubuh Reva mengejang lalu menukik ke atas tanda orgasmenya bentar lagi akan tiba.

"Oughhhhhttt gw pengennn pipis lagiiiii ". Erang Reva sambil kepalanya mendongak keatas menerima detik-detik menuju klimaksnya.

Plokkk.... Plokkk....Plokkk....

"Oughhhhh my gosssshhhhh.... nikkkmaaatttnyaaa " Erang Reva.

Plokkkk.... Plokkk... Plokkk....

Genjotan Al makin keras dan memeluk tubuh Reva karena sebentar lagi orgasmenya juga akan tiba.

"Pengeeennn pipisss". Erang Reva.

"Bareeenggg Vaaaa" Al.

Plokkk.... Plokkk.... Plokkk.....

"ARGHHHHH.... GW PIPISSSSSS" Teriak Reva saat orgasmenya tiba.

"Nyaampeeeeee" Erang Al bersamaan dengan Reva lalu dengan cepat diapun mencabut penisnya dari vagina gadis itu.

CRUUTTTT.... CRUUUTTT....

CROOTTTT.... CROOITTT....

Tembakan berkali - kali sperma milik Al ke perut gadis itu yang bersamaan dengan orgasme Reva.

"Hash... hash... hash.." Nafas Reva dan Al memburu yang akhirnya menyuruh Al melepaskan pelukannya dan memberikan udara kepada gadis itu.

Akhirnya Al rebahan disamping Reva. Sebuah tetesan air mata mengalir lagi membasahi wajah cantik gadis itu. Al yang menyadarinya langsung memeluknya dan tersenyum.

"Makasih yah Va" ujar Al.


"Hu uh"

"Kamu nyesal?" Tanya Al.

"Gak tau Al... " jawab Reva sambil membalas pelukan Al.

"Aku ada selamanya buat kamu kok Va... makasih sudah mengajarkanku menjadi seorang pria normal"

"Iya Al sama-sama... hikzz... hikzzz" pecah sudah tangisan gadis itu lalu memeluk erat Al disisinya. Sebuah rasa penyesalan tentu saja menghampirinya saat ini. Tapi diapun bingung kenapa dengan mudah menyerahkan keperawanannya kepada Al. Biar waktu yang menjawabnya, toh Al juga sudah sangat begiti baik kepadanya. Mungkin inilah saatnya dia membalas kebaikan pria itu.

Bersambung...

By TJ44

No comments:

Post a Comment