My Blog List

Friday, December 9, 2016

Me & U - PRIVATE SECRET 21



AWAL DARI SEBUAH KISAH


Matahari pagi mengintip dari balik jendela kamar appartemen Al pagi ini, sayup-sayup pria itu membuka matanya lalu mengumpulkan seluruh nyawanya untuk menyatu ditubuhnya kembali. Sadar, tiba-tiba dia merasakan pening dikepala akibat kebanyakan minum minuman beralkohol semalam.

"Duhhh... masih puyeng nih kepala, eh??" Gumam Al pelan lalu sadar ternyata dia hanya sendirian didalam kamarnya saat ini.

Sempat berfikir keras, apakah kejadian semalam hanyalah sebuah mimpi. Tidak! Karena keadaannya pagi ini tampak jelas untuk menjelaskan bahwa apa yang terjadi semalam bukanlah sebuah mimpi. Didapatinya saat ini tubuhnya tanpa terbalut benang sehelai pun, hanya tertutupi oleh sebuah bedcover membuatnya menarik nafas panjang. Sebuah penyesalan langsung menghampirinya saat ini.

Tiba-tiba langkah kaki terdengar dari luar kamar, saat pintu kamar terbuka. Terlihat seorang gadis memakai seragam lengkap tempat ia bekerja. Reva, pagi ini sudah berpakaian lengkap sambil membawakan sarapan pagi buat Al dikamar.

"Pagi, lu dah bangun?" Sapa Reva saat melihat Al sudah duduk bersandar di ranjang.

"Va..." panggil Al dengan wajah yang menampakkan sebuah penyesalannya saat ini.

"Hemm" Reva hanya berdehem menjawab panggilan Al, lalu diapun melangkah mendekat ke ranjang.

"Duduk" Al mengajaknya duduk di sampingnya lalu perlahan memegang tangan gadis itu.

"Maaf..." hanya kata maaflah yang terucap di mulutnya saat ini, lalu menggenggam jemari Reva membuat Reva menarik nafasnya.

"Nda usah minta maaf Al, semua udah terjadi. Jadi pliss... jangan merasa menyesal yah, dan jangan membuat gw bersedih lagi" ujar Reva tapi nampak dari raut wajahnya saat ini sedang menahan isak tangisnya.

"Kamu pengen nangis?" Tanya Al pelan dan dijawab dengan gelengan kepala gadis itu.

Al menatap sendu wajah Reva, reva hanya bisa menunduk membuat Al langsung menarik tubuhnya untuk bersandar di dadanya.

"Maafkan Aku yah Va, maafkan atas kekhilafanku semalam" ujar Al yang sudah mengusap rambut gadis itu yang sudah bersandar dipelukannya.

"Hikz... hikz... hikz... gak tau juga Al, gw sebenarnya pengen. Tapi gak tau, dari semalam kok gw jadi sedih dan pengen nangis terus.... hikz... hikz" jawab Reva yang sudah menangis dipelukan Al.

"Iya Va, pliss maafin Al yah Va"

"Hu uh..."

"Trust me, apapun yang terjadi nantinya. Biarkan aku selalu mendampingi kamu setiap saat" ujar Al meyakinkan Reva saat ini.

"Gak usah berjanji Al, toh juga lu belum sembuh sepenuhnya kan. Sekali lagi gw bilang semua sudah terjadi. Jadi kita gak usah menyesali apa yang sudah terjadi semalam."

"Iya Va, yang jelas aku minta maaf."

"Hehe... iya iya, btw sarapan gih. Nih lemon hangat mungkin bisa mengurangi rasa pusing lu" ujar Reva lalu memberikan segelas air perasan lemon yang diseduh dengan air hangat.

"Makasih yah" ujar Al yang sudah meneguk lemom hangatnya barusan, lalu menyerahkan kembali ke Reva gelasnya.

"Nih sarapan dulu" ujar Reva memberikam sepiring nasi goreng lengkap dengan telur setengah matangnya.

"Hehe, makasih yah" jawab Al lalu mulai memakan sarapannya pagi ini yang special dibuatkan oleh gadis itu.

"Ya udah, habisin gih... gw mau make up dulu yah" ujar Reva lalu melangkah ke meja rias dikamar.

Setelah sarapan Al lalu berdiri tapi segera menyelimuti tubuhnya memakai bed cover, Reva yang baru saja selesai merias wajahnya. Langsung menoleh ke arah Al sambil tersenyum.

"Ngapain ditutupin? Kan sudah gw liat juga semuanya" ujar Reva membuat Al tertawa.

"Hahaha... aiissshhhh, jangan mancing lagi yah. Ntar..." ujar Al terpotong.

"Ntar apa? Ntar lu nafsu lagi, gitu maksud lu?"

"Udah ah, dasar aneh kamu Va" jawab Al yang sudah melangkah ke kamar mandi.

"Oh iya, bareng yah bentar. Sekalian aku juga mau pergi pagi ini ke suatu tempat" lanjut Al yang sudah berada didepan toilet.

"Ya udah, gw tunggu di ruang tengah aja yah" jawab Reva lalu berdiri dan keluar kamar.

Memakai kaos polo berkerah dan jeans hitam lengkap dengan sepatu kickers 3/4nya pagi ini Al sudah siap lalu menghampiri Reva yang masih sibuk menonton TV.

"Eh" Reva sedikit terkejut karena Al sudah memeluknya dari belakang. Malah Al makin memeluknya erat membuat Reva mengernyitkan alisnya lalu menolehkan wajahnya kesamping.

"Lu kenapa?" Tanya Reva yang juga sudah membalas pelukan Al dengan mengusap lengan pria itu.

"Pengen meluk aja," jawab Al lalu mengecup pipi kiri Reva membuat Reva hanya tersenyum.

"Yuk ah, ntar gw telat lagi" ujar Reva tapi sepertinya Al belum mau melepaskan pelukannya.

"Biarin, kalo kamu telat trus kenapa?"

"Ihhh... kalo gw telat yah gw dimarahin tauu"

"Siapa yang berani marahin kamu?" Tanya Al membuat Reva bingung.

"Dasar orang aneh, udah ah..." ujar Reva yang mencoba melepaskan pelukan Al tapi sepertinya Al masih enggan melepaskan pelukannya.

"Va..."

"Apalagi?" Tanya Reva sambil memanyunkan bibirnya membuat Al tersenyum gemas terhadapnya.

"Aku pengen nyium kamu lagi" ujar Al pelan membuat Reva menatapnya heran.

Tanpa mendapatkan jawaban dari gadis itu Al mulai mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Lalu perlahan tapi pasti, diapun mendekatkan bibirnya ke bibir Reva. Sambil menutup kedua matanya diapun melumat bibir gadis itu yang ternyata dibalas juga oleh Reva. Sebuah ciuman hangat mampu membuat Al merasakan sebuah benih cinta yang tiba-tiba menghampirinya. Begitu juga dengan Reva, yang sebenarnya dia bingung dengan status hubungan mereka. Tapi dia hanya berserah diri terhadap takdir. Apapun yang terjadi nantinya, semua keputusan yang dia ambil semalam adalah murni karena gerakan dari hatinya dan tentu saja gejolak nafsunya.

"Va" panggil Al saat bibir mereka terlepas sambil saling menatap satu sama lainnya.

"Hemm"

"Aku harap, semua yang ada di tubuh kamu. Biarkan jadi milikku dan gak ada seorangpun yang bisa menyentuhnya lagi" ujar Al.

"Trus?" Tanya Reva makin bingung. Sebenarnya dia pengen banget menanyakan status mereka. Namun dia masih beranggapan Al adalah seorang gay.

"Pokoknya, jangan ada pria lain di hidup kamu selain aku"

"Trus? Kamu sekarang siapa gw? Dan kenapa lu ngelarang gw berhubungan dengan cowok lain?" Tanya Reva bingung.

"Yah... yah... pokoknya kamu gak boleh jadi milik orang lain selain aku. Titik" ujar Al tegas lalu melepaskan pelukannya.

"Iya, trus yang gw tanyain itu. Apakah gw selamanya kayak gini? Lu seorang gay. Masa iya gw hidup bareng dengan seorang gay sih? Dan ingat Al, gw itu cewek normal. Yang pengen ngerasain juga punya seorang pria yang gw cintai. Dan gw juga pengen menikah dikemudian hari" jawab Reva kesal. Tapi diapun bingung, kesalnya karena apa.

"Ya udah, anggap saja aku normal dan aku adalah pria yang kamu cintai. Simple kan" ujar Al santai membuat Reva sedikit emosi.

"ANGGAPPPP???"

"Iya anggap aja, bereskan"* jawab Al.

"Heh, lu pikir semudah itu? Udah ah. Gw malas berdebat. Mau bareng gw atau gak nih?" Ujar Reva kesal lalu berdiri melangkah ke depan pintu.

"Kok kamu jadi marah si Va?" Tanya Al bingung.

"Susah ngomong ama Lu, jadi mau bareng gw gak nih berangkatnya?"

"Huuuuufffhhh" desah Al lalu melangkah bareng Reva keluar appartementnya.

Saat diperjalanan, didalam taksi mereka hanya terdiam saling menjaga gengsi untuk memulai sebuah obrolan walaupun duduk mereka saling bersebelahan. Nampak Al maupun Reva enggan mengucapkan sepatah-katapun. Bahkan saat terlihat bangunan megah tempat Reva bekerja, tak ada sedikitpun obrolan yang mereka lakukan.

Taksi itupun memasuki area parkir Hotel, lalu saat sudah tiba di depan lobby pintu karyawan. Reva hanya menarik nafas panjang, kemudian mulai membuka pintu taksi. Tiba-tiba lengannya dipegang oleh Al membuatnya terkejut lalu menoleh ke arah Al.

"Apalagi?" Ujar Reva.

"Met Kerja, dan ingat jangan lupa makan yah" ujar Al membuat Reva mengembungkan kedua pipinya menahan tawa.

"Hahaha... lu tuh yah... ihhhhh bikin gw gemes dan kesal tau. Udah ah, lu juga jangan lupa makan." Ujar Reva sambil tertawa membuat Al tersenyum.

Supir taksi yang melihat mereka dari spion depan hanya bisa diam sambil tersenyum melihat tingkah mereka.

"Ya udah... daaaahhh istriku sayang"

"Ihhhh apaann sih, hahahaha" ujar Reva malu.

"Hemmm Va," panggil Al pelan saat melepaskan pegangannya dilengan gadis itu.

"Yah... apalagi?" Tanya Reva.

"Gak cium dulu?" Tanya Al.

"Hahahaha... ya udah, muachhhh" ujar Reva menarik tangan Al lalu mencium tangannya.

"Muachhhhh" Al menarik tubuh Reva lalu mencium keningnya membuat Reva tersenyum.

"Daaaahhhhhh"

"Daaaahhhh juga"

Akhirnya taksi berwarna biru dengan logo Bosowa meninggalkan hotel Clarion mengantarkan Al ke kerumah orang tuanya. Reva maupun Al saat ini diliputi sebuah perasaan aneh. Perasaan saling memiliki, dan sama-sama memiliki perasaan sayang. Cinta? Hanya mereka yang tau. Dan apakah perjalanan cinta mereka akan semulus yang kalian pikirkan? Tsnya juga belum tau. Ditunggu aja kelanjutannya. Hehehe...




Dikantor pusat 3MP sore menjelang malam hari, nampak L maupun Nos sedang sibuk masing-masing di ruangan mereka. Mereka sedang mempersiapkan persentasi untuk proyek baru mereka untuk menghandle bisnis SFS (SatuLever Food Solutions) seluruh indonesia. Di ruangan Mr.Nos, nampak Nos baru saja meregangkan kedua tangannya saat selesai membuat persentasinya dan meng-email ke Al draft presentasinya yang barusan dia kerjakan. Beberapa menit kemudian tiba-tiba Hpnya berdering, sekilas dia melihat sebuah nama dilayar HPnya menampakkan nama Al disana.

"Hallo bos"

"Kang, aku udah terima email kamu. Dan ini aku baru saja melihat keseluruhan draft yang kamu buat." ujar Al diseberang.

"Yap... gimana bos? Ada inputan gak?" Tanya Nos.

"So far sih sesuai yang aku fikirkan, tapi ada beberapa poin yang mungkin menjadi konsen aku nantinya. Dan ada beberapa hal yang ingin aku jelasin"

"Silahkan bos, kebetulan gw juga masih dikantor. Kali aja gw bisa langsung edit kalo misalnya ada yang ingin lu tambahkan"

"Ok mulai kita bahas dari backgroundnya dulu, mungkin ada baiknya kamu buat yang lebih simple. Tapi nanti kita menjelaskan detailnya secara lisan... gimana menurut kamu kang?"

"Contohnya bos?"

"Kamu ada pulpen disitu kan?"

"Ada bos, sok aja... ntar gw langsung catet"

"Ok, Background... cukup 4 poin saja, pertama bisnis kuliner growing 175% vs tahun lalu. Secara data yang didapat dari survei nielsen, kamu note aja di samping dan siapkan data nielsen yang aku maksud. Kedua, Infrastruktur current Distributor masih kurang, contoh. Area sebesar jawa barat exclude Cirebon di cover dari wilayah bandung yaitu PD. SENTUSU. Dan wilayah seluas sulawesi selatan, barat, tengah dan tenggara di cover hanya 1 Distributor. Disitu nanti kamu jelasin secara detail bahwa delivery di atas 50KM menggunakan jasa expedisi lokal. Dan orderan area di atas radius 50KM hanya by phone saja. Sangat tidak maksimal. U Know kan maksudku? Nah ke tiga... Bakery channel khususnya yang Big fish untuk area Bandung, Medan, Dan Manado masih menggunakan produk kompetitor. Dan mereka menggunakan produk BiruBand hanya untuk di cakenya saja. Ke empat... High Potential in area Outer Island, not focus. Disini nanti kamu gambarkan wilayah indonesia timur dan area sumatra. Apalagi Manado, tiap Natal dan tahun baru, omset kompetitor margarine 3 kali lebih besar dibanding rata-rata tiap bulannya. Ngertikan maksudku? Oh iya tambahkan juga 1 poin lagi jadi ada 5 poin. Institusi yang tidak tercover secara maksimal" penjelasan Al kali ini mampu dengan cepat di tangkap oleh Mr. Nos.

"Wihhh cakep... gw pengen nanya yang mengenai institusi itu seperti apa bos?"

"Nah, saat ini dinas pemerintahan di manapun... tiap hari raya memberikan sebuah bingkisan buat pegawainya. Kamu nanti aku kirimkan datanya, disitu kompetitor merajalela. Apalagi margarin 2Kgnya. Dan berapa banyak pegawai di seluruh indonesia? Coba kamu kalikan tiap pegawai mendapatkan jatah 2 kaleng margarin 2Kg. Dan disitu pihak pemerintah hanya meminta TOPnya (Term Of Payment) 3 week. So, menurutku kita bisa memberikan TOP selama 4 week."

"Mantap, gw ngerti maksud lu bos... ya udah nanti gw coba edit lagi persentasinya" ujar Nos dengan semangat.

"Nah... kedua, di slide Opportunity... mungkin ada baiknya kamu buat by area by category"

"Contohnya bos?"

"Wilayah Jawa barat, tiap rumah makan baik high maupun segmen lower. Selalu menyediakan free tea tiap konsumennya. Nah apalagi di jalur pantura. Berapa banyak rumah makan tempat pemberhentian atau peristirahatan bus penumpang yang dari arah jawa tengah, jawa timur maupun sebaliknya... disitu kompetitor masih sangat merajalela. Di situ kita bisa mengcounter dengan brand SariWingi... trus contoh di jawa tengah, kan kamu pernah kesana. Tiap jalan dan tiap gang spanduk kompetitor kecap PiringLomsok merajai disetiap pedagang sate. Opportunity bagi kita untuk pengembangan brand kecap Bingonya... nanti di Activity Plannya mungkin kita bisa buat Jajanan Bingo misalnya, mengumpulkan para paguyuban sate untuk mengikuti perlombaan tersebut. Untuk detailnya nanti aku jelaskan saat dijakarta nanti"

"Ya udah bos, secara garis besar gw udah nangkap maksud yang lu jelasin tadi... kapan lu balik jakarta?"

"Besok lusa kang."

"Oh iya, si Citra juga masih diMakassar yah?" Tanya Nos.

"Hari ini dia balik Jakarta kok... kenapa emangnya?"

"Kagaklah... curigaan amat ma gw lu. Ntuh si L jadi lesu kalo Citra gak ada. Hehe" ujar Nostra mengajak Al bercanda kali ini.

"Hehehe, bilangin ma dia. Kalo berani, ngomong ama kakaknya"

"Hahahaha... busyet dah, lu setuju yah kalo si L nikah ama adek Lu?"

"Why not? Selama dia bertanggung jawab. Yah menurut ku kenapa aku harus gak merestui mereka?"

"Widihhhh lu emang sahabat dan kakak yang terbaik bagi kita semua... Sini Al, gw cipoookkk lu say... nunggingg buruan lu" candaan Nos kali ini cukup membuat Al ngakak.

"Wkwkwkkwwk... njirrrr, najis aku kang ama kamu dodol"

"Ya elah... pake acara malu segala. Gratis kok, gak pake bayar. Hitung-hitung lu lepasin perjaka lu di bokong gw dodol"

"Anjirrrrr... udah ye, ntar dilanjut. Aku lagi ada urusan bentar"

"Wokeh bos... see u yah"

Saat Al menutup telfonnya, Nos segera membereskan beberapa berkas dimejanya lalu menutup laptopnya tanpa meng-shutdownnya lebih dulu. Lalu Nos mencoba menghubungi sahabatnya si L kali aja bisa mengajaknya jalan bareng.

"Halo L, lu masih depen laptop?"

"Iye kang, kenape lu?"

"Jajan yuk... kemane gitu" ujar Nos mengajak L.

"Wihhhh bahasa lu, beneran dah PK emang lu Nos. Jijik gw bersahabat ama lu" ujar L.

"Anjirrr Lu, lagak lu kayak yg udah bener aje. Mau kagak lu?" Ujar Nos.

"Ogahh... gw mau jemput calon bini gw dibandara bentar" Jawab L menolak ajakan Nos.

"Cailehhhhh... yang mau ngejemput ayank Citra... awas lu di hajar ama abangnya nanti"

"Eh iya ding... hahahahaha, udah... pokoknya lu jangan ember aja dodol. Nanti biar gw jadian dulu ama si Citra baru gw yg ngomong ama si bos"

"Lah... emangnya lu belom jadian apa?" Tanya Nos mulai ngeledek.

"Lebih tepatnya belum ada omongan Nos, tapi udah sama-sama saling menyukai"

"Yakin lu dia suka ama lu? Kali aja dia deket ama lu tapi sebenarnya dia sukanya ama gw... dan ngorek-ngorek informasi tentang gw ke elunya" Tanya Nos membuat L gerang.

"Busyet dah lu, lu pikir Citra cewek apaan yg suka ama cowok PK kayak lu"

"Kan kali aja... ya udah kalo gitu gw cabut dulu yah"

"Ya udah... hati-hati lu, jangan lupa pake kondom ye. Ntar anaknya orang bunting lu nya yang bakalan repot... hahahahaha"

"Emang gw pikirin... mau bunting kek, mau apa kek... gw gak peduli lah L. Hahahaha... udah ah byeeeeee" ujar Nos dan dijawab oleh L hanya ngakak doank.



Cuma satu yang ada dibenak Nos saat ini, yaitu menghampiri Elsya di rumahnya. Tanpa menelfon sebelumnya, Nos langsung mengemudikan SUV kesayangannya menuju rumah Elsya malam ini.

Saat tiba didepan rumahnya, Nos segera turun dari mobilnya lalu melangkah menuju pintu rumah gadis itu yang bernama lengkap Elsya Kirana yang kebetulan pintu pagarnya tak terkunci.

Tok... tok... tok...

"Siapaaa?" Sayup-sayup suara Elsya terdengar dari dapur.

"Astagaaaaa... kok datang gak bilang-bilang sih pak? Eh a' " tanya Elsya yang sudah melihat Nos berdiri didepan pintunya. Gadis itu hanya menggunakan hot pants dan kaos oblong yang lumayan tipis dan rambutnya sudah berantakan. Mungkin dia lagi masak didapur.

"Hehe... santai aja Sya, gw juga cuma pengen aja maen ke rumah lu"

"Masuk dulu a, maaf berantakan" ujar Elsya dengan panggilan akrabnya sebagai panggilan kakak bagi orang sunda. Itupun sebetulnya Nos yang menginginkan jika diluar kantor, elsya cukup memanggilnya dengan panggilan "aa".

"Lu lagi masak yah?" Tanya Nos melihat penampilan Elsya yang sedikit berantakan.

"Iya a, bentar yah. Sekalian aja aa makan disini aja yah. Hehehe" jawab Elsya saat Nos duduk di sofa ruang tamunya.

"Wah kebetulan gw belom makan juga nih... ya udah, mau gw bantuin masaknya?" Tanya Nos.

"Gak usah a... ntar juga selesai kok, mau minum apa a?" Ujar Elsya yang masih berdiri didepan Nos.

"Apa aja deh..."

"Yah udah bentar yah a, Elsya buatin dulu"

"Wokehhhh..." jawab Nos lalu Elsya beranjak menuju dapurnya untuk menyiapkan segelas syrup bermerk ABK dengan rasa jeruk tak lupa memakai es batu yang baru saja dia ambil di kulkasnya.

Saat Elsya kembali ke ruang tamu dan memberikan segelas syrup buat Nos, maka dia pun meminta izin untuk melanjutkan kegiatannya memasak didapur. Nos meng-iyakannya dan segera gadis itu melanjutkan pekerjaannya didapur.

Rumah yang bertype minimalis, tapi nampak asri dan bersih menunjukkan pemiliknya sangat memperhatikan kebersihannya. Sebuah senyum simpul tersirat diwajah Nos saat ini.

Nampak Nos memperhatikan tiap sudut ruangan tamu rumah tersebut, ada beberapa foto Elsya di dinding. Baik foto selfie maupun foto bareng keluarganya yang masih berada di bandung.

Nos kemudian mengambil sebuah majalah yang terdapat di bawah meja, tiba-tiba sebuah album foto dengan sampul berwarna biru dibawah majalah membuat Nos mengalihkan majalah tersebut lalu lebih memilih mengambil album foto yang menurutnya mungkin banyak foto-foto kenangan gadis itu didalamnya.

Nos membuka tiap lembar album foto milik Elsya. Nampak beberapa foto Elsya dan keluarga baik waktu dia masih kecil maupun sudah dewasa. Nos yang melihat foto-foto tersebut hanya tersenyum sendiri, lalu diapun membalik lembaran demi lembaran album foto lalu nampak sebuah foto dengan wajah cantik yang sangat Nos kenal.

Lama Nos memperhatikan ke akraban keduanya di dalam foto tersebut. Ada perasaan bersalah yang menghampirnya, akan tetapi segera ditepisnya rasa bersalah tersebut. Karena bukan Nos namanya kalau dihidupnya ada acara galau-galauan.

Tiba-tiba sebuah foto yang menampakkan 2 orang muda-mudi saling bermesraan di foto tersebut, membuat Nos mengernyitkan alisnya. Lama dia memandang foto itu, tetapi sepertinya di hatinya biasa aja.

"Hemm..." Nos hanya berdehem setelah melihat satu foto yang membuatnya sedikit terkejut. iapun hanya mengangkat kedua bahunya kemudian menutup kembali album foto itu lalu meletakkannya kembali ketempat semula.

Siapakah orang yang berada didalam foto itu? Tapi Nos sangat yakin bahwa saat ini sesuatu memang sedang terjadi. Tapi tak nampak di wajah Nos saat ini sebuah wajah kekecewaan. Bahkan sebuah senyuman sinis yang tersirat diwajah tampannya dan terlihat sedang memikirkan sesuatu. Tak lama Elsya tiba diruang tamu.

"A, makan yuk" ujar Elsya mengajak si Nos.

"Oke... hehehe" ujar Nos yang sudah berdiri dan beranjak ke dapur. Lebih tepatnya meja makan yang terletak di ruang tengah yang tersambung dengan dapurnya.

Dimeja makan sudah tersaji sayur kangkung, ayam goreng dan juga semur jengkol makanan kesukaan Elsya. Nos yang sudah duduk terkejut karena Elsya langsung mengambil piringnya lalu menuangkan nasi ke piringnya.

"Ups.. udah gitu aja" ujar Nos menghentikan Elsya dan merasa nasinya sudah cukup.

"Hehe.. lagi diet yah"

"Gak juga... tapi emang gw jarang makan banyak kalo malam" ujar Nos.

"Nih a, mau jengkol?" Ujar Elsya memberikan lauk ke Nos.

"Ohhh iya dong, biar gw aja yang ambil" kata Nos tapi sepertinya Elsya langsung mengambil sepiring semur jengkol lalu menyendokkan ke piring si Nos.

Elsya sangat telaten memperlakukan Nos selayaknya seperti suaminya sendiri. Lama Nos menatap wajah cantik gadis itu, dan Elsya yang sudah menyiapkan makanan Nos tersadar sudah diperhatikan langsung tertunduk malu membuat Nos tersenyum.

"Udah a, makan gih"

"Makasih yah Sya, lu emang calon istri yang baik... gak sabar gw nikah ama lu" ujar Nos lalu mulai menyantap makanannya.

"Ah aa bisa aja" Elsya hanya tersipu dihadapan Nos kali ini. Seperti biasa, Nos mampu membuat Elsya menjadi malu dan bahagia atas perlakuannya.

Saat selesai makan, Nos dipersilahkan untuk duduk sebentar di ruang tamu karena Elsya mau membersekan piring sisa makan mereka.

Nos yang sudah duduk diruang tamu segera membakar rokok Downhill filternya saat ini. Lalu menghembuskan asapnya ke langit-langit. Nos memang bukanlah perokok yang sangat aktif, tapi yang jelas sehabis makan dia wajib merokok walau hanya sebatang.

"Loh aa ngerokok yah?" Ujar Elsya mengagetkan Nos.

"Hehehe... iya, tapi kadang habis makan doank" jawab Nos membuat Elsya cemberut.

"Kok Elsya baru liat kalo aa ngerokok sih?"

"Hehe... kan emang gw jarang ngerokok kok... kenapa? Mau nyuruh gw matiin rokoknya?" Tanya Nos tersenyum.

"Eh nggak kok a... Elsya kan cuman nanya doank tadi. Hehehe sok atuh, habisin aja rokoknya" ujar Elsya.

Setelah habis merokok, Nos meneguk segelas air putih yang disiapkan oleh Elsya barusan. Kemudian menyuruh Elsya untuk duduk disampingnya.

"Sini..." ajak Nos untuk duduk disampingnya.

"Eit... awas a, ntar ada setan di antara kita. Hehehe" tepis Elsya saat Nos ingin memeluknya.

"Hahahaha... santai Sya, gw gak seburuk yang lu pikirkan. Dan prinsip gw, buat cewek yang gw sayangin. Gw gak akan ngerusaknya sampai saatnya tiba alias setelah nikah" jawab Nos membuat Elsya hanya tersenyum dan menoleh ke arahnya.

"Emang Aa sayang ama Elsya?" Tanya Elsya yang sudah mempersilahkan Nos untuk memeluk tubuhnya.

"Kalo sayang kenapa, kalo gak kenapa?"

"Tuhhh... di tanya malah jawabnya kek gitu" ujar Elsya cemberut.

"Trus lu maunya gimana?" Tanya Nos balik.

"Emangnya aa gak malu punya cewek pegawe rendahan kayak Elsya?" Ujar Elsya membuat Nos tersenyum lalu timbul rasa ingin ngeledek gadis itu.

"Trus? Emangnya kita pacaran yah?"

"Ihhhhhhh aa.... ngeselin banget deh" ujar Elysa malu lalu melepaskan lengan Nos yang memeluk tubuhnya.

"Loh benerkan yg gw bilang... kita kan gak pacaran" ujar Nos membuat Elsya terdiam lalu menatap kosong lantai dibawahnya.

"Iya sih A, Elsya nyadar diri kok" jawab Elsya mampu membuat Nos menggelengkan kepalanya dan menangkap kekecewaan dihati gadis itu.

"Lu bukan cewek gw... tapi lu calon bunda buat anak-anak gw nantinya" jawab Nos membuat Elsya hanya menoleh kembali ke wajahnya.

"Apa sih mau aa? Jujur Elsya bingung dengan semua ini a" ujar Elsya menatap sendu wajah Nos. Seakan ingin mendapatkan sebuah kepastian atas hubungan mereka saat ini.

"Gw mau lu jadi istri gw" jawab Nos tapi tidak membuat Elsya senang.

"Tapi... kan aa punya tunangan"

"So what? Just tunangan doank kan. Di agama apakah dibenarkan sebuah pertunangan?" Tanya Nos lalu mulai merangkul kembali gadis disampingnya.

"Tapi..."

Elsya tak melanjutkan ucapannya, karena Nos sudah menarik dagunya dari samping. Seperti tak menolak, Nos langsung mengecup bibir tipis gadis itu. Sebuah rasa bahagia yang saat ini Elsya rasakan. Tapi diapun tak menginginkan hubungan sejauh ini dengan si Nos selaku pemimpin perusahaan tempat dia bekerja. Dan diapun tak pernah bermimpi bisa menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria kaya seperti Nos. Apalagi sampai mempunyai suami seperti Mr.Nos. hanya sebuah angan-angan belaka.

"A... ini nyata kan?" Tanya Elsya setelah Nos melepaskan kecupan bibirnya di bibir gadis itu.

"Percaya ama gw Sya... ini nyata kok." Jawab Nos.

"Gak tau A, Kok Elsya berfikir kalo ini hanyalah sebuah permainan dari para pria kaya seperti aa" ujar Elsya tapi Nos segera menepisnya dengan menggenggam erat jemarinya.

"Sabar dikit yah, ada hal yang gw harus selesaikan secepatnya. Kalo udah beres segera gw ngelamar lu jdi bini gw"

"Aa yakin?"

"Yakin banget... kenapa? Lu mau bilang kalo lu gak sempurna? Lu gak virgin? Atau lu gak gini dan gono... iya?" Tanya Nos tersenyum membuat Elsya mengernyitkan alisnya lalu tersenyum ke arah Nos.

"Ihh kok aa pikiran kek gitu. Hehehe"

"Kan cewek biasanya akan ngomong kek gitu, bener kan?" Tanya Nos membuat Elsya hanya menggelengkan kepalanya.

"Hahaha... aa percaya kalo Elsya masih itu?"

"Itu apaan?"

"Ahhhh aa, ituloh a... masih itu" ujar Elsya malu.

"Hahahaha... iya, itu apa? Perjelas atuh neng" tanya Nos padahal dia sudah mengerti maksud Elsya saat ini.

"Udah ah, aa sukanya bikin malu Elsya"

"Loh, lu nya itu yang ngomong gak jelas. Hayuuuu... itu apaan?"

"Nah kan mulai lagi, lupain aja a... anggap aa gak pernah dengar" ujar Elsya makin malu. Nampak rona merah dikedua pipinya membuat Nos makin gemas terhadap gadisnya.

"Hahahaha... Sya Sya, kok lu jadi malu kek gini lagi sih. Biasa aja Sya kalo ama gw kali"

"Ya udah, Elsya hanya mau bilang. Kalo Elsya itu gak seperti yang aa pikirkan. Walau pergaulan Elsya dulunya rada begal. Tapi alhamdulillah Elsya masih bisa menjaga amanah orang tua untuk mempertahankan sebuah kesucian untuk suami Elsya kelak" penjelasan Elsya mampu membuat Nos bangga dan makin sayang ama gadis itu.

"Hemm... kenapa lu bilang seperti yg gw fikirkan? Emang gw mikir apaan tentang lu Sya?"

"Yah kali aja. Hehehe" ujar Elsya.

"Hehe... tapi gw hanya pengen bilang. Thanks udah ngejagain buat gw yah"

"Ihhh sapa juga yang ngejagain buat aa. Inikan buat suami Elsya"

"Kan suami lu nantinya gw... jadi jelas donk buat gw" kata Nos.

"Hahaha kok yakin banget kalo aa ntar jadi suami Elsya."

"Eh..."

Elsya terkejut karena Nos sudah menyosor kembali bibirnya lalu melumatnya membuat Elsya hanya bisa diam dan menikmati ciuman hangat dari Mr.Nos. Elsya mulai membalas ciuman Nos lalu mulai membuka mulutnya memberikan ruang untuk lidah Nos menjelajahi rongga mulutnya saat ini. Sambil menutup kedua matanya sambil jemarinya meremas rambut Nos, membuat Nos makin bringas mencium gadis yang dia sayangi.

"Hhhmmmmffff"

Hanya bunyi desahan tertahan di antara keduanya, tapi sepertinya saat ini Nos mampu mengendalikan nafsunya karena kedua tangannya hanya memeluk erat tubuh Elsya tanpa melakukan gerakan grepe-grepean segala.

"Hashh... hash... hashh..."

Nafas mereka beradu setelah kening mereka bertemu dan melepaskan bibir keduanya yang beberapa menit yang lalu sangat panas melakukan ciuman mesra.

"Ya udah, gw balik dulu yah Sya. Takut ntar keterusan. Hehe" ujar Nos pamit.

"A... makasih yah" ujar Elsya tapi tidak melepaskan genggamannya di tangan Nos.

"Hahahaha... lu nafsu yah ama gw?" Tanya Nos membuat Elsya cemberut dan memanyunkan bibirnya.

"Mulai deh"

"Hehe... ya udah deh sayang, aa balik dulu yah."

"Hu uh... ti ati dijalan yah a, kalo udah nyampe rumah kabarin Elsya yah"

"Wihhh... ini nih yg bikin gw demen ama lu neng. Ya udah aa pamit yah."

"Wa'alaikumsalam" ejek Elsya karena saat Nos keluar pintu tanpa memberikan salam apapun.

"Astagfrullaahhhh... lupa. Hehehe. Ya udah assalamualaikum"

"A. Bentar." Ujar Elsya lalu menarik lengan Nos dan menyalim tangannya.

"Wa'alaikumsalam wr wb... ti ati aa ku sayang"

Saat dalam perjalanan pulang, Nos menelfon seseorang dan sebuah senyuman sinis tersirat di wajahnya saat ini.

"Halo, gw butuh lu kali ini. Sesuai yang gw infokan itu hari"

"Iya, lu yang paling tau. Tapi ingat, jangan sampai ketahuan. Krn gw cuma pengen buat dia merasakan sebuah penyesalan. Dan gw gak mau duit gw habis gitu aja selama ini tanpa ngedapatin apa-apa dari dirinya. Lu ngertikan maksud gw?"

"Ok, gw percaya ama lu... dan gw hanya nunggu hasil akhirnya aja"



Setelah Nos menutup telfonnya, segera dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju appartementnya.

Siapakah yang ditelfon oleh Mr.Nostra? Dan siapakah yang Nostra maksud tadi?.. akan terjawab dibeberapa update berikutnya.

Bersambung...

By TJ44

No comments:

Post a Comment